27 Januari 2023
13:54 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) bersiap melakukan intervensi teknologi mekanisasi pertanian dalam menyikapi potensi krisis pangan global di dunia saat ini. Sejumlah program Kementan eksisting akan terus dilaksanakan dalam menyukseskan mekanisasi pertanian Indonesia.
“Intervensi teknologi mekanisasi sangat penting dalam meningkatkan produksi pangan nasional,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada saat menghadiri Raker Teknis Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) Kementan 2023, Jakarta, Kamis (26/1) malam.
Untuk itu, Syahrul pun mendorong jajaran Ditjen PSP untuk memperluas penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) di seluruh Indonesia, salah satunya melalui program Taksi Alsintan. Dia menargetkan, perluasan Taksi alsintan sudah selesai pada Maret 2023.
“Taksi Alsintan harus kita implementasikan untuk membantu petani meningkatkan produksi," ujarnya.
Dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian, Syahrul juga menyebutkan pentingnya tata kelola air sekaligus mitigasi iklim dan cuaca di sektor pertanian. Pemantauan cuaca dapat dilakukan dengan mengoptimalkan data dan informasi iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG).
Selain itu, dia juga menyebut, alih fungsi lahan juga menjadi tantangan yang tengah dihadapi sektor pertanian Indonesia.
Untuk itu, Kementan telah melakukan upaya pencegahan sebagai tindak lanjut UU 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B).
Dirinya juga meminta pemerintah daerah turut aktif mengurangi laju alih fungsi lahan. Menurutnya, hal ini penting untuk dilakukan demi menjaga produktivitas lahan pertanian nasional.
“Pemerintah daerah harus memiliki ketegasan serta perencanaan yang baik, dalam menjaga lahan pertanian dan alokasi lahan untuk kegiatan pembangunan lainnya,” tegasnya.
Terakhir, SYL berharap, penggunaan kredit usaha rakyat (KUR) pertanian dapat ditingkatkan menjadi skema dan pilihan yang paling mudah, dalam memperluas cakupan usaha tani di seluruh Indonesia.
Pemanfaatan KUR sangat membantu penyediaan alsintan secara mandiri oleh pelaku usaha sektor pertanian.
"Pakailah KUR untuk memperluas usaha tanimu. Ini yang saya sebut pakai gagasan tidak semua kegiatan harus pakai APBN. Terbukti berhasil karena KUR yang macet hanya 0,3%. Alhamdulillah semua berjalan dengan baik," katanya.
Mengenai hal ini, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Ali Jamil menyebut, jajarannya siap mempercepat pembangunan sektor pertanian Indonesia yang lebih kuat dan modern.
Dia mengungkapkan, pada tahun ini, jajarannya juga telah menyusun program dan kebijakan yang disesuaikan untuk menghadapi tantangan krisis pangan global.
Kebijakan-kebijakan tersebut di antaranya penyediaan irigasi pertanian, perlindungan lahan sawah berkelanjutan serta optimalisasi program Taksi Alsintan. Pihaknya juga terus berupaya menekan kehilangan hasil panen padi dengan mengoptimalkan pemanfaatan KUR pertanian.
"Karena itu kita berharap para Kepala Dinas Pertanian memanfaatkan dan mengawal program dan kebijakan-kebijakan tersebut dengan baik," terang Ali.
Ke depan, sambungnya, jajaran PSP harus menjadi penggerak utama dalam mengawal perubahan besar mengimplementasikan berbagai program yang telah ditentukan.
"Saya berharap, semua berperan sebagai penggerak utama (prime mover) dan pengarah (trend setter) menuju pembangunan pertanian yang maju, mandiri, dan modern," jelasnya.
Kementan mencatat, pagu alokasi anggaran Ditjen PSP Kementan pada 2023 mencapai Rp3,1 triliun. Pemerintah juga mencatat, sejumlah kegiatan pendukung berupa sarana dan prasarana ditujukan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian 2023.
Kegiatan tersebut mencakup pengembangan Taksi Alsintan,optimalisasi lahan lewat intensifikasi dan ekstensifikasi lahan, program irigasi pertanian sebagai upaya adaptasi dan mitigasi Dampak Perubahan Iklim (DPI), pembiayaan pertanian melalui KUR pertanian, hingga pengelolaan pupuk bersubsidi.
Mitigasi Kemarau 2023
Sebelumnya, Mentan Syahrul juga menyampaikan, pihaknya telah mengupayakan langkah mitigasi terhadap musim kemarau di atas normal (El-Nino) pada 2023.
Beberapa program aksi adaptasi tersebut mencakup penggunaan varietas adaptif kekeringan, bantuan benih bagi yang terkena puso, normalisasi saluran dan pembuatan embung.
“(Kemudian) melakukan budidaya tanaman adaptif iklim, optimalisasi pompa air dan penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI), program Asuransi Pertanian dan penanganan kebakaran lahan,” jabar Mentan, Senin (16/1) lalu.
BMKG memprediksi, pada 2023 peluang terjadinya hujan dengan intensitas di atas normal akan lebih kecil, sehingga berpotensi terjadi kemarau di atas normal alias El-Nino.
Sebagai informasi, setiap kejadian El-Nino ekstrem berpotensi menyebabkan kekeringan sekitar 560-870 ribu hektare, sedangkan pada tahun normal hanya berkisar 200 ribu hektare.
El Nino juga berpotensi meningkatkan terjadinya kebakaran lahan pertanian. Pada 2021 dan 2022, fenomena La-Nina sangat dominan terjadi, sehingga musim kemarau 2021-2022 cenderung basah, situasi ini akan berbeda dengan tahun 2023.
La Nina (Basah) masih berpotensi terjadi hingga tahun akhir 2022, dengan intensitas yang terus berangsur melemah selama 2023. Pada 2023, La Nina diprediksikan akan berangsur beralih ke fase Netral.Tak seperti 2021 dan 2022, peluang terjadinya hujan dengan intensitas di atas normal akan lebih kecil terutama di musim kemarau.