11 Mei 2024
11:48 WIB
Maskapai AirAsia Indonesia Bukukan Pendapatan Rp6,62 T Sepanjang 2023
Dengan kenaikan harga bahan bakar pesawat serta biaya perbaikan dan pemeliharaan, PT AirAsia Indonesia Tbk mencatatkan kerugian.
Penulis: Aurora K M Simanjuntak
Editor: Fin Harini
Pesawat Air Asia di saat landing si Chiangmai dari Phuket. Shutterstock/nitinut380
JAKARTA - PT AirAsia Indonesia Tbk membukukan pendapatan senilai Rp6,62 triliun sepanjang tahun 2023. Capaian tersebut meningkat sebesar 75,24% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Direktur Utama Indonesia AirAsia Veranita Yosephine Sinaga mengatakan, sebagian besar pendapatan berasal dari operasi penerbangan. Itu mencakup penjualan tiket kursi pesawat senilai Rp 5,63 triliun, diikuti pendapatan dari bagasi Rp731,74 miliar.
Veranita juga menyampaikan pendapatan maskapai Indonesia AirAsia juga disumbang dari layanan penerbangan senilai Rp125,85 miliar, kargo Rp44,26 miliar dan charter Rp14,08 miliar.
"Pendapatan perusahaan meningkat 75,24% year-on-year (yoy) menjadi Rp6,62 triliun," ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (11/5).
Baca Juga: AirAsia Buka Kembali Rute Jakarta-Kinabalu
Veranita menjelaskan Denpasar menjadi sumber pendapatan utama senilai Rp2,63 triliun. Kemudian diikuti oleh Jakarta senilai Rp2,58 triliun, serta rute Surabaya dan Medan yang masing-masing mencatat angka pendapatan senilai Rp784 miliar dan Rp624 miliar.
Lebih lanjut, ia memaparkan per Maret 2024, Indonesia AirAsia melayani 33 rute, termasuk 12 rute domestik dan 21 rute internasional. Tingkat ketepatan waktu (OTP/On Time Performance) meningkat 14% dari 73% pada kuartal I/2023 menjadi 87% pada kuartal I/2024.
Kemudian, tingkat keterisian penumpang (Load Factor) pada kuartal I/2024 tercatat sebesar 83% atau meningkat 2% dari kuartal I/2023. Adapun jumlah penerbangan selama kuartal I/2024 tercatat sebanyak 10,874 penerbangan atau meningkat sebesar 30% dari kuartal pertama 2023. Secara total, penumpang AirAsia mencapai sebanyak 1,63 juta atau meningkat sebesar 33% dari kuartal I/2023.
Namun, dengan kenaikan harga bahan bakar pesawat serta biaya perbaikan dan pemeliharaan, perusahaan mencatatkan kerugian. Secara operasional, AirAsia mengalami kerugian senilai Rp702,62 miliar. Setelah ditambah dengan beban keuangan dan pajak, total kerugian yang dicatatkan perusahaan mencapai Rp1,08 triliun.
Berdasarkan laporan neraca PT AirAsia Indonesia Tbk, pada akhir Desember 2023, kas perusahaan berada di angka Rp56,25 miliar atau naik lebih dari dua kali lipat dari awal tahun karena pertumbuhan kas dari aktivitas operasional yang meningkat. Sementara itu, aset AAID/CMPP tercatat sebesar Rp6,12 triliun, tumbuh 14,17%, sedangkan liabilitas AAID/CMPP mencapai Rp14,02 triliun, naik sebesar 15,17% (yoy).
Baca Juga: Meneroka Tingginya Harga Tiket Pesawat Udara
Veranita mengatakan manajemen PT AirAsia Indonesia Tbk juga aktif mencari solusi untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan kelangsungan operasional perusahaan. Ia menambahkan pihaknya juga sedang aktif dalam memperoleh sumber pendanaan.
Ia mengeklaim hingga saat ini, operasional penerbangan Indonesia AirAsia berjalan lancar, termasuk dalam melayani pengangkutan penumpang dan barang baik untuk penerbangan domestik maupun internasional.
"Komitmen Indonesia AirAsia untuk terus meningkatkan strategi keberlanjutan dan kelangsungan perusahaan. Langkah ini tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga turut membantu pemerintah dalam menjaga stabilitas industri penerbangan di Tanah Air," kata Veranita.