08 April 2025
19:46 WIB
Masih Impor Banyak Bahan Pangan, Zulhas Pastikan Indonesia Nego Tarif ke AS
Pemerintah memastikan akan menempuh jalur negosiasi dengan AS terkait pengenaan tarif resiprokal. Langkah ini mengingat Indonesia masih banyak mengimpor bahan pangan dari AS.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
Ilustrasi salah satu komoditas pangan yang diimpor dari AS. Pekerja mengolah kedelai untuk dijadikan tempe di industri tempe rumahan, Bekasi, Jawa Barat, Senin (20/11/2023). ValidNewsID/Darryl Ramadhan
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) memastikan pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan melakukan negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) usai penerapan tarif resiprokal. Pada negosiasi tersebut salah satu yang menjadi pertimbangan Indonesia adalah impor pangan yang masih dipenuhi dari AS.
Seperti diketahui, Indonesia dikenakan tarif resiprokal oleh AS 32%, karena dinilai telah menyumbang defisit neraca perdagangan bagi AS. Tarif resiprokal tersebut juga diberikan pada hampir seluruh negara di dunia dengan besaran yang berbeda-beda, karena turut menyumbang defisit neraca dagang negara yang dipimpin Donald J Trump tersebut.
Baca Juga: Tak Lakukan Retaliasi Hadapi Tarif Resiprokal AS, RI Pilih Negosiasi
Mengenai negosiasi, Zulhas menuturkan, hal itu akan dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. Negosiasi dengan AS pun dimintanya bisa dilakukan sesegera mungkin.
"Soal tarif, saya sudah koordinasikan juga sama Pak Menko Ekonomi, Pak Airlangga. Tentu kita harus melakukan segera, secepatnya untuk melakukan diplomasi," ucap Zulhas saat ditemui di kantornya, Selasa (8/4).
Zulhas menilai, negosiasi merupakan salah satu jalan yang bisa ditempuh Indonesia daripada menerapkan tarif balasan atau retaliasi. Pasalnya, ia mengakui bahwa Indonesia pun masih membutuhkan beberapa komoditas dari AS, baik minyak dan gas (migas) maupun bahan pangan.
"Kita kan banyak jalan sebetulnya. Misalnya kita impor minyak kan besar tuh. Kita juga impor terigu dan kedelai (dalam jumlah) besar.. jadi saya kira bisa dibicarakan, dinegosiasikan. Oleh karena itu perlu segera diplomasi atau negosiasi perdagangan dengan AS, dan saya dengar Pak Menko (Perekonomian) akan berangkat mungkin 1-2 hari," sambungnya.
Terkait impor pangan, Indonesia diketahui banyak mengimpor kedelai asal AS, sebagai bahan baku tempe dan kedelai. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2024, Indonesia telah mengimpor 2,6 juta ton kedelai dengan kode HS 12011000 dan 12019000. Jumlah tonase tersebut senilai US$1,25 miliar.
Baca Juga: Kemenkeu Siapkan Ragam 'Menu' Negosiasi Tarif Dagang Dengan AS
Sementara untuk ekspor, Indonesia juga diwacanakan berencana mengekspor telur ke AS yang tengah mengalami krisis pasokan telur imbas flu burung, atau dikenal fengan fenomena eggflation, yakni harga telur yang melonjak tinggi. Sehingga menurut Zulhas, ekspor telur tersebut juga akan dibahas dalam negosiasi.
"(Indonesia akan dorong negosiasi ekspor telur?) Iya, banyak lah..Makanya nanti dibicarakan, negosiasi. Kita kan gak soal balas membalas, kita gak gitu. Kita melakukan perbicaraan diplomasi. Karena kita lihat, kita ini saling membutuhkan, ya. saya kira diplomasinya Pak Menko akan menyelesaikan semuanya," tutup Zulhas.