c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

27 Juni 2024

18:52 WIB

Marak Serangan Siber, BEI Pastikan Data Sekuritas Aman

Bursa memastikan bahwa data investor dan anggota bursa (AB)/sekuritas saat ini masih aman, di tengah maraknya serangan siber.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Marak Serangan Siber, BEI Pastikan Data Sekuritas Aman</p>
<p id="isPasted">Marak Serangan Siber, BEI Pastikan Data Sekuritas Aman</p>

Ilustrasi serangan siber file berbahaya. Sumber: Kaspersky

JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) memastikan bahwa data investor dan anggota bursa (AB)/sekuritas saat ini masih aman.

Hal itu merespon ramainya pemberitaan terkait serangan siber ransomware terhadap server Pusat Dana Nasional (PDN).

"Sejauh ini, alhamdulillah belum ada informasi dari anggota bursa (AB) yang terkena impact dari hal ini," ujar Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy kepada media, Kamis (27/6).

Kendati demikian, dirinya mengaku akan menelusuri lebih lanjut terkait hal ini.

Asal tahu saja, pada akhir tahun 2023, terdapat 12,2 juta investor pasar modal Indonesia atau terdapat penambahan 1,8 juta investor baru, meningkat sebesar 18% dibandingkan tahun 2022.

Kemudian, sampai dengan 21 Juni 2024, jumlah investor pasar modal Indonesia telah mencapai 13 juta.

Baca Juga: BI: Serangan Siber Ke Sistem Keuangan Meningkat

Sementara itu, dikutip dari laman resmi BEI, hingga saat ini, tercatat terdapat 91 anggota bursa/sekuritas, seperti Ajaib Sekuritas Asia, Bahan Sekuritas, BCA Sekuritas, J.P Morgan Sekuritas Indonesia, Mandiri Sekuritas, dan Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

Sebelumnya, dalam sepekan terakhir, telah terjadi keresahan di tengah masyarakat terkait adanya gangguan siber yang menyebabkan gangguan pada layanan publik.

Dilansir dari Antara, Pusat Data Nasional (PDN) dilaporkan telah terkena serangan siber ransomware. Adapun, pihak yang menyerang PDN meminta tebusan sebesar US$8 juta atau sekitar Rp131 miliar.

Setelah ditelusuri, didapatkan fakta bahwa Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 mengalami serangan siber berupa ransomware bernama Brain Cipher, sebuah varian baru dari ransomware Lockbit 3.0.

Hingga Selasa (25/6) teridentifikasi ada sebanyak 282 instansi yang terimbas dari insiden PDNS 2. Pemerintah pun segera fokus melakukan pemulihan beragam layanan publik yang terdampak dan sekaligus melakukan investigasi berupa forensik digital.

Di sisi lain, laporan dari BlackBerry mengungkapkan 10 negara teratas yang paling sering menjadi target serangan siber, di mana Amerika Serikat (AS) berada di posisi puncak.

Berdasarkan laman Blacberry Blog, laporan Intelijen Ancaman Global BlackBerry membahas secara mendalam serangan selama 90 hari yang berhasil dihentikan oleh solusi keamanan titik akhir Cylance® dari BlackBerry.

Baca Juga: Berharap Amannya Data Perbankan

Jumlah ini mencapai 1.757.248 serangan siber yang terjadi antara 1 September hingga 30 November 2022.

Adapun, 10 negara yang paling banyak diserang di dunia maya menurut laporan tersebut adalah Amerika Serikat (65%), Jepang (8%), Brazil (6%), Kanada (5%), Australia (4%), Meksiko (4%), Korea (2%), Chile (2%), India (2%), dan Peru (2%).

Secara terpisah, berdasarkan data International Monetary Fund (IMF) tahun 2020, estimasi total kerugian rata-rata tahunan yang dialami sektor jasa keuangan secara global yang disebabkan oleh serangan siber, yaitu senilai US$100 miliar atau lebih dari Rp1.433 triliun.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar