c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

04 Februari 2025

19:00 WIB

Makan Bergizi Gratis Dan Kantin Sekolah Yang Miris

Para pedagang di kantin-kantin sekolah merasa miris. Omzet menurun drastis sejak program Makan Bergizi Gratis (MBG) dijalankan. Mereka berharap bisa terlibat di ’hajatan besar’ MBG.

Penulis: Yoseph Krishna, Nuzulia Nur Rahma, Aurora K M Simanjuntak

Editor: Rikando Somba

<p>Makan Bergizi Gratis Dan Kantin Sekolah Yang Miris</p>
<p>Makan Bergizi Gratis Dan Kantin Sekolah Yang Miris</p>

Sejumlah siswa tengah jajan saat jam istirahat di kantin SMPN 30 Jatiasih Bekasi, Jawa Barat, Jumat (31/1/2025). Kantin sekolah mulai sepi pembeli terdampak program Makan Bergizi Gratis. ValidNewsID/ Aurora KM Simanjuntak

JAKARTA - Pada suatu pagi menjelang siang, Ros (45) terlihat tengah menjalani kesibukannya melayani pelajar SMPN 30 Bekasi yang membeli dagangannya. Es buah segar, es teh manis, mi instan, dan jajanan lainnya, dengan segera berpindah tangan dari lapaknya, bertukar dengan uang receh dari para pelajar.

Selain menjual minuman dan mi instan, Ros juga menjajakan aneka macam gorengan, ayam bakar, hingga jamur krispi. Menu makanan ringan itu dipatok dengan harga di kisaran Rp2.000 sampai Rp7.000 per porsinya.

Validnews pun datang di waktu yang tepat, yakni pada jam istirahat pertama di SMPN 30 Bekasi. Saat itu, kantin terlihat agak ramai, tetapi tidak terjadi antrean yang mengular.

Ros yang berdagang di kantin sekolah itu menyebutkan hanya pada momen istirahat sesi pertama itulah, dia bisa menjajakan dagangannya kepada para pelajar. Pasalnya, setelah itu, pada waktu istirahat sesi kedua, siswa mendapat jatah makan siang gratis dari pemerintah.

“Jam 11.00 sampai 11.30 itu anak-anak mulai masuk kelas untuk makan,” kata Ros saat berbincang dengan Validnews, Jumat (31/1).

Sejak program Makan Bergizi Gratis (MBG) diluncurkan beberapa waktu lalu, jam kerja Ros praktis terpotong. Ini disebabkan hampir tidak ada lagi pelajar yang membeli dagangannya selepas menikmati makan siang dari pemerintah. 

“Ketika sudah masuk lagi, ya sudah kita pulang karena dia tidak ada istirahat lagi ya karena sudah makan, sudah kenyang,” tuturnya.

Setelah menyambangi kantin SMPN 30 Bekasi, Validnews bergeser lebih kurang sejauh 3 km ke arah utara, tepatnya ke SDN 4 Jatiasih. 

Validnews mencoba berinteraksi dengan Husnul Khotimah (43) yang menjual nasi ayam katsu di SD tersebut. Tak jauh berbeda dengan Ros, Husnul juga mengalami hal serupa.

Dia mengamini, lapaknya di kantin sekolah menjadi sepi sejak ada program MBG. Padahal, sejak 2015 silam, lapak milik Husnul menjadi salah satu yang ramai dikunjungi anak murid SDN 4 Jatiasih. Selama 10 tahun menjalani dunia perkantinan, baru kali ini kiosnya sepi.

“Tidak seperti dulu-dulu sebelum dikasih makan (MBG) gitu. Jadi rada sepian ya. Jadi ngaruh juga (MBG) ke kantin,” serunya.

Meringis Karena MBG
Husnul mengungkapkan, sebelum ada program MBG, dirinya bisa menghabiskan 4-5 liter beras setiap hari. Namun, kini 2 liter pun kadang masih tersisa mengingat anak-anak SDN 4 Jatiasih sudah mendapat menu makan siang secara cuma-cuma. 

Pada kondisi normal atau sebelum MBG diberlakukan, dirinya bisa meraup omzet di kisaran Rp400.000-Rp450.000 dalam sehari. Kini, pendapatan yang dikantonginya pun terpaksa anjlok nyaris setengahnya.

“Kadang Rp450.000, kan jualan nasinya sampai 5 liter (beras) kadang-kadang. Sekarang 2,5 liter menyiapkan saja masih utuh, bocahnya sudah pada makan. Anak-anak paling jajan Rp2.000 atau Rp3.000. Itu nasi dari tadi jualan masih segini,” ucap Husnul sambil menunjukkan termos nasi yang masih penuh.

Baik Ros maupun Husnul yang sama-sama berdagang di kanton sekolah, mengaku mengalami kekurangan pendapatan. Terjadi penurunan omzet hingga 50% belakangan ini. 

“(Turun) setengahnya karena biasanya dua kali istirahat, sekarang hanya sekali. Jadi otomatis setengahnya lah pasti kan,” cetusnya.

Menurunnya, omzet pengusaha makanan dan minuman di kantin-kantin sekolah, seolah menjadi sebuah keniscayaan kala Presiden Prabowo Subianto menjalankan janji kampanyenya untuk memberi makan siang gratis bagi anak-anak sekolah dari Sabang sampai Merauke.

Dengan adanya operasional dapur sentral, yakni Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang memberikan makan siang bergizi gratis, siswa-siswi sudah mendapatkan buah, makan siang, bahkan susu saban hari. Logis, ini membuat perut mereka terisi penuh. Konsekuensinya, mereka akan berkurang jajan. Pendapatan dari penjual makanan di kantin sekolah praktis mengalami penurunan.

“Anak-anak ini sudah dikasih makanan sama dikasih susu, misalnya ada buah juga dan segala macam, ini anak jadi kenyang dan tidak jajan. Nah, jadi wajar jika misalkan terjadi penurunan omzet (kantin),” ujar pengamat dari Center of Reform on Economic (CORE) Eliza Mardian saat berbincang via telepon pada Jumat (31/1).

Melihat fenomena ini, Eliza menilai, pemerintah memang selayaknya harus memikirkan dampak MBG ini. Semestinya, MBG juga melibatkan UMKM, seperti kantin-kantin di sekolahan. Tujuannya, supaya tak semakin banyak usaha rakyat yang berguguran akibat program tersebut.

“Entah misalkan ada yang dilibatkan di proses masaknya, atau di pengantarannya, atau misalkan bisa menyuplai bahan bakunya, itu banyak pilihannya nanti opsinya,” kata dia.

Level Terbawah
Pada suatu kesempatan, Utusan Khusus Presiden RI Bidang Iklim dan Energi Hashim S. Djojohadikusumo pernah mengungkapkan, program MBG dirancang untuk menyentuh hingga level ekonomi paling bawah. Puluhan, atau bahkan ratusan triliun rupiah yang dikucurkan pemerintah nantinya diperuntukkan bagi pembelian bahan baku MBG, seperti telur, daging ayam, beras, maupun sayur-mayur.

“Uang ini akan disuntik, sedang disuntik kepada pelaku-pelaku ekonomi di tingkat yang paling dasar, yaitu di pedesaan untuk beli telur, beli ayam, beli sayuran, kelor, beli ikan, beli nasi, beli jagung, dan sebagainya,” ucap Hashim dalam sebuah sesi diskusi di Jakarta, Jumat (31/1).

Artinya, pemerintah tak menutup kemungkinan untuk tetap melibatkan pelaku UMKM, termasuk kantin sekolah, dalam program MBG. Walaupun, pada akhirnya, realisasi kemungkinan itu masih jauh dari harapan.

Untuk diketahui, anggaran program MBG yang awalnya sebesar Rp71 triliun telah mendapat suntikan tambahan sebesar Rp100 triliun. Dengan demikian, anggaran program andalan Prabowo Subianto kala berkontestasi di Pilpres 2024 itu bakal tembus Rp171 trilun. 

Dengan anggaran yang besar, adik Presiden Prabowo Subianto itu memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional bisa terdongkrak sesuai dengan harapan Kepala Negara.

Berdasarkan hitung-hitungan Bappenas, anggaran Rp71 trilun ditengarai bisa mendorong pertumbuhan ekonomi 0,83%. Kemudian, dengan tambahan Rp100 triliun, pertumbuhan ekonomi digadang-gadang bisa terkerek lebih tinggi 1,95%-2%.

“Ditambah Rp100 triliun (anggaran MBG), berarti pertumbuhan ekonomi kita bisa bertambah 1,95% atau 2%,” sambung Hashim.

Antara SPPG Dan Kantin
Adapun Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana menerangkan, hingga saat ini program MBG berjalan baik dan lancar meski ada beberapa evaluasi yang terus diperhatikan. 

Sampai kini, dijelaskan Dadan sudah ada 245 SPPG yang tersebar merata di 34 provinsi, termasuk 4 provinsi di Pulau Papua yang melayani program Makan Bergizi Gratis.

“Bahan Baku dibeli dari wilayah masing-masing dan dimasak di SPPG. Untuk anak sekolah dikirim ke sekolah, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita dikirim ke rumah,” katanya saat berbincang dengan Validnews lewat pesan singkat.

Namun, Eliza Mardian justru menekankan, program MBG bakal lebih berdampak positif bagi level ekonomi terbawah, jika pedagang di kantin-kantin sekolah turut terlibat. 

Dia menggambarkan, 3.000 porsi MBG akan lebih baik digarap merata oleh 10 pelaku UMKM ketimbang hanya 1 unit SPPG. Dengan begitu, ada lebih banyak pelaku usaha yang terlibat dan multiplier effect bisa tercipta secara lebih luas.

“Dari situ, semakin banyak masyarakat atau misalkan vendor-vendor lokal yang dilibatkan. Otomatis, multiplier effect-nya akan lebih luas lagi, dan partisipasi publiknya pun meningkat,” papar Eliza.

Berdasarkan rencana pemerintah, dia mengatakan, porsi UMKM dalam program MBG masih belum dominan. Dari target 2.000 UMKM yang terlibat pun masih belum terealisasi sepenuhnya dan belum berdampak nyata bagi perekonomian di tingkat terbawah.

“Misal 5.000 itu dari SPPG, 1.500-nya dapur milik BGN, 1.500-nya lagi milik TNI-Polri, nah 2.000 ini UMKM, sedikit. Jadi, memang sekiranya sekolah ini memungkinkan untuk di-supply oleh vendor, oleh UMKM, itu bisa saja,” ungkapnya.

Pembenahan Administrasi
Terkait peluang keterlibatan kantin dalam program MBG, Dadan Hindayana menuturkan, hal tersebut masih digodok dalam rencana pemerintah. Sejauh ini, BGN masih membenahi administrasi keuangan pada program makan bergizi gratis. Oleh karena itu, kantin nantinya tak perlu ‘nombok’ untuk membeli bahan baku menu makan siang bagi para siswa-siswi di sekolah.

“Tentu ada (rencana keterlibatan kantin), terutama setelah administrasi keuangan tuntas dan mengirimkan uang terlebih dahulu ke mitra. Jadi, mitra tak perlu menyiapkan anggaran terlebih dahulu yang pasti akan memberatkan pengusaha mikro dan kecil,” ucap Dadan.

Sekadar informasi, vendor program MBG saat ini harus merogoh anggaran secara mandiri sebelum nantinya dilunasi oleh pemerintah dalam periode tertentu. Karena itu, BGN tengah menyusun skema terbaru supaya vendor, supaya kantin dan UMKM tidak harus mengeluarkan uang pribadi terlebih dahulu untuk membuat menu makan siang.

“Mekanisme keuangan tetap sesuai prosedur, aspek higienis dan keamanan pangan juga tetap. Untuk awal begitu (nombok), tapi kita lagi atur supaya tidak seperti itu,” imbuhnya.

Eliza pun menyebutkan jika wacana keterlibatan kantin dalam program MBG bisa terealisasi, ada baiknya pemerintah langsung melunasi pembayaran supaya tidak memberatkan pelaku usaha. 

“Maksimal itu H+1 setelah mereka mengirimkan, itu mereka harus langsung dibayar. Kalau misalkan nanti sistemnya per minggu atau per bulan, ini akan memberatkan dari sisi permodalan mereka,” tambahnya.

Angin Segar UMKM
Wacana keterlibatan UMKM dalam program MBG itu, tentu menjadi angin segar bagi usaha cilik. Artinya, UMKM dalam hal ini pengusaha di kantin bakal masuk dalam putaran anggaran Rp171 trliun program MBG.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani beberapa waktu lalu juga telah memberi sinyal bakal mengabulkan permintaan tambahan anggaran MBG senlai Rp100 triliun. Penambahan anggaran itu tak lepas dari keinginan Presiden Prabowo Subianto yang ingin mempercepat pemenuhan target penerima manfaat MBG, serta menambah target penerima manfaat menjadi berjumlah 90 juta orang.

Mulanya, target itu dijadwalkan terpenuhi pada akhir tahun 2025. Belakangan, Prabowo meminta untuk dipercepat menjadi September 2025. 

“Apabila program makan bergizi gratis ini akan ditingkatkan dari Rp71 triliun naik ke Rp100 triliun, ditambah Rp100 triliun, bukan naik ke Rp100 triliun, maka menjadi Rp171 triliun, jumlah sentranya akan meningkat,” jelas Bendahara Negara tersebut di Tangerang, Kamis (30/1).

Meski begitu, Eliza kembali mewanti-wanti harus ada kejelasan skema dalam tender UMKM pada program MBG. Jangan sampai ada satu pun UMKM yang terpilih menjadi vendor, lalu pada tahun berikutnya tidak terpilih lagi. Jika demikian, mereka bakal kehilangan kepastian pendapatan dari program MBG. 

Di lain sisi, UMKM dipastikan bakal mengambil tawaran pinjaman modal dari pemerintah jika sudah terpilih menjadi mitra MBG. Sementara itu, apabila pada tahun selanjutnya UMKM tersebut tak terpilih menjadi vendor, mereka bakal kewalahan untuk membayar cicilan.

Para penjual makanan di kantin sekolah yang disambangi Validnews di atas pun menyambut hangat soal adanya peluang keterlibatan mereka dalam program MBG. Ros, misalnya, tanpa pikir panjang menyebut, akan menerima ajakan tersebut, jika pemerintah melayangkan tawaran untuk terlibat di program MBG.

Tanpa menunggu perubahan skema pembayaran pun, dirinya mengaku siap untuk merogoh modal di awal untuk menggarap pesanan Makan Bergizi Gratis.

“Seandainya pemerintah mendengar keluhan kita, lalu akan memikirkan caranya untuk penghasilan kita tidak berkurang, ya mungkin dengan cara kita dikasih jatah. Siap, siap, untuk kita dapat jatah berapa porsi untuk makan berapa kelas, otomatis modal sendiri siap,” tuturnya.

Siti (63) sang penjual minuman segar di SMPN 30 Bekasi pun mengaku siap, jika pemerintah menawarkan dirinya terlibat di program makan bergizi gratis bagi generasi penerus bangsa.

“Karena kan kita juga harus sewa tempat. Ini sewanya kita mahal Rp5 juta setahun. Selain itu, bayar listrik token bayar sendiri, bayar air juga patungan sama kantin-kantin. Listrik kita bisa ngisi Rp100 ribu sebulan,” tandasnya.

Begitupun Husnul Khotimah, dia berharap ada tawaran dari pemerintah untuk terlibat di program andalan RI 1, yakni makan bergizi gratis. Dengan begitu, keuangannya bisa kembali pulih seperti sediakala.

Insyaallah siap nanti ya kalau dikasih pekerjaan itu malah semangat. Ada rezeki lagi namanya,” sebut Husnul.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar