14 Juli 2023
20:55 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Lulusan pendidikan vokasi saat ini masih berkontribusi besar kepada jumlah pengangguran. Hal ini dinilai karena kompetensi yang dimiliki tak sesuai dengan kebutuhan industri.
Berdasarkan olahan data Sakernas 2022, jumlah pengangguran terbuka lulusan vokasi di tahun 2022 adalah sebesar 1,8 juta atau 22% dari total pengangguran. Jumlah dan tingkat pengangguran terbuka lulusan vokasi yang paling tinggi merupakan lulusan SMK.
Wakil Ketua Umum Bidang Vokasi dan Sertifikasi Kadin, Adi Mahfudz mengatakan dalam mengatasi bonus demografi serta pengangguran lulusan vokasi di Indonesia, pihaknya tengah mengupayakan format magang maupun praktek kerja yang berfokus pada usaha di UMKM.
"Karena, adik-adik kita kan masih belajar. Belajar yang sesungguhnya itu di UMKM, baik itu bekerja maupun wirausaha. Kalau di perusahaan yang besar-besar itu kan memang sudah bagus sistemnya, namun kita sama-sama paham bahwa kalau kita hanya mengandalkan di klasifikasi usaha besar saja itu tidak akan mencukupi," katanya kepada Validnews, Jumat (14/7).
Baca Juga: Cetak SDM Unggul, STMI Jakarta Jaring Masukan Industri Otomotif
Kadin sendiri mengatakan Indonesia saat ini tengah mempersiapkan diri melewati bonus demografi. Menurutnya, terdapat 3,8 juta lulusan yang berasal dari 14.200 SMA, 12.265 orang dan 9.000 Aliyah. Lalu, terdapat kurang lebih 1,8 juta lulusan dari kurang lebih 4.600 Perguruan Tinggi
"Kalau hanya mengandalkan pasar kerja di dalam negeri, itu sangat kurang memungkinkan. Kita kan di negeri juga sama-sama paham bahwa klasifikasi usaha besar itu kurang lebih hanya bisa menampung 5.600 lapangan pekerjaan, usaha menengah 26.000 sedangkan 97% itu didominasi oleh UMKM yaitu 65 juta," sebutnya.

Agar bisa mencukupi peluang kerja dan lapangan pekerjaan, pihaknya menekankan negara saat ini harus punya terobosan-terobosan baru. Dalam hal ini, pihaknya mengklaim tengah melakukan revitalisasi pendidikan di bidang vokasi lewat Perpres 68 tahun 2022 dalam rangka perbaikan kurikulum agar terdapat harmoni antara pendidikan dan pelatihan.
"Ini agar cocok dengan kebutuhan dunia industri. Formulasinya 30-70 ya, sebisa mungkin 70% itu praktek kerja, ya memang kerja beneran gitu. Jadi yang 30% teorinya. Nah itulah yang perlu vokasi, jadi sangat berbeda. Vokasi itu didesain berdasarkan keahlian keterampilan, mereka dididik dan dilatih untuk membiasakan bahwa dunia bekerja," terangnya.
Baca Juga: Kompetensi Mumpuni, Kunci Lulusan Vokasi Diminati Industri
Ia menekankan saat ini pemerintah terkait bersama stakeholder tengah melakukan upaya dan kerja keras agar gap antara lapangan pekerjaan dengan peluang kerja berimbang.
"Memang pasti ada tentu kan penyempurnaan dan penyesuaian dengan pendidikan dan pelatihan industri itu kan nanti dalam proses berjalan. Anak-anak ini juga harus terdidik dan terlatih, jangan sampai mereka di puncaknya malah menjadi pengangguran. Akibatnya akan menjadi penyangga dan malapetaka kita sendiri," tandasnya.