24 Mei 2021
17:10 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Nadya Kurnia
JAKARTA – Usainya periode Lebaran 2021, menandai kedua kalinya masyarakat Indonesia merayakan Idulfitri di tengah pandemi covid-19 dengan segala keterbatasan yang menyertai.
CEO/Managing Partner Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan, dalam keadaan normal momen Ramadan berikut Lebaran selalu menggeliatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun tahun ini, pemerintah memutuskan untuk melarang kegiatan mudik atau pulang kampung dimulai dari 6–17 Mei 2021. "Kebijakan ini tentu diambil untuk mencegah penularan virus covid-19 yang semakin meluas," katanya dalam keterangan pers, Senin (24/5).
Berkaca dari Lebaran 2020, menurut BPS, larangan mudik menyebabkan sektor transportasi terkoreksi sebesar 30,8%. Sektor transportasi dan pergudangan memberikan kontribusi paling besar terhadap penurunan PDB tahun lalu yaitu minus 0,6% dengan laju pertumbuhan minus 15%.
Akibatnya, pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal II/2020 terkoreksi sebesar minus 5,3%. Sementara, konsumsi rumah tangga juga mengalami minus hingga 5,5%.
“Meskipun kebijakan larangan mudik ini berimbas secara faktual terhadap ekonomi nasional, tetapi hal itu merupakan langkah terbaik yang telah disiapkan pemerintah," ujarnya.
Semua pihak juga hendaknya berkaca pada pelonjakan kasus virus korona jenis baru di India dan beberapa negara lain. Hal ini mesti ditanggapi untuk jauh lebih berhati-hati terhadap gelombang baru pandemi yang secara jangka panjang malah akan memberatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun demikian, menurut beberapa pengamat dampak larangan mudik 2021 tak akan lebih parah dibandingkan tahun lalu.
Sebabnya, pemerintah tetap mengizinkan pembukaan sejumlah tempat wisata dan pusat perbelanjaan sehingga masyarakat tetap bisa membelanjakan uangnya selama libur Lebaran.
Sementara, pengamat juga menilai keputusan pemerintah mewajibkan pengusaha membayar tunjangan hari raya atau THR secara penuh maksimal H-7 Hari Raya Idulfitri sudah tepat. Sebagai kompensasi dampak negatif larangan mudik untuk memutar perekonomian di berbagai daerah Indonesia.
"Dampak positif dari larangan mudik tahun ini diprediksi akan mendorong naiknya tingkat konsumsi masyarakat di wilayah aglomerasi," jelasnya.
Mengutip pernyataan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, penarikan dana tunai di Jabodetabek selama periode Lebaran 2021 mencapai Rp34,8 triliun atau naik 61% dibanding jumlah penarikan dana tunai pada Lebaran 2020. Sementara, jumlah peredaran uang kartal nasional juga tercatat naik 41,5% menjadi Rp154,5 triliun.
Airlangga juga memperkirakan ekonomi kuartal kedua yang didukung periode Ramadhan dan Lebaran mampu tumbuh hingga 7%.
Perlu Jaga Momen Positif
Johanna pun melanjutkan, beberapa sektor yang diperkirakan akan tumbuh positif selama periode Ramadan-Lebaran kali ini adalah sektor informasi dan komunikasi, keuangan, kesehatan serta ritel.
"Namun penting untuk kita pahami momentum kenaikan konsumsi akan hilang setelah Lebaran. Penting untuk para pelaku usaha fokus menjaga momentum pertumbuhan positif hingga akhir tahun,” ungkap Johanna.
Dirinya pun berharap pemerintah dapat terus mendorong kebijakan yang memicu konsumsi dan produktivitas masyarakat. Selain tentunya tetap secara agresif mengendalikan pandemi covid-19, sembari terus mengedukasi dan mendorong vaksinasi.
"Hal tersebut kami yakini dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat luas dalam melakukan kegiatan ekonomi sehari-hari yang berimbas positif pada perekonomian Indonesia,” pungkas Johanna.