04 Mei 2023
20:21 WIB
JAKARTA - Tingkat kepercayaan investor asing untuk menanamkan investasinya di Indonesia, diyakini cenderung meningkat pada kuartal I-2023. Meningkatnya kepercayaan ini, terindikasi melalui total penanaman modal asing atau Foreign Direct Investment (FDI) yang mencapai Rp177,0 triliun atau 20,2% dari total jumlah investasi di Indonesia di kuartal pertama 2023.
“Semakin baiknya iklim usaha di Indonesia, maka banyak orang yang meningkatkan investasinya di dalam negeri. Kami melihat, memang FDI itu mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada kuartal I-2023, mudah-mudahan akan tumbuh karena dengan tingginya investasi akan meningkatkan perekonomian,” kata Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky di Jakarta, Kamis (4/5).
Mengutip data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), total realisasi investasi Indonesia tercatat sebesar Rp328,9 triliun pada kuartal I-2023. Jumlah tersebut meningkat 16,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Riefky menjelaskan pencapaian kuartal I-2023 tersebut merupakan 23,5% dari target realisasi investasi tahun 2023 yang sebesar Rp1.400 triliun.
Dari akumulasi investasi di Indonesia tersebut, sekitar 46,2% atau Rp151,9 triliun berasal dari kategori Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Kemudian 53,8% sisanya atau Rp 177,0 triliun berasal dari penanaman modal asing atau FDI.
“Ini menunjukan, pencapaian FDI yang melampaui PMDNmendorong tingkat kepercayaan dunia usaha internasional terhadap Indonesia meningkat cukup baik,” jelas Reifky.
Berdasarkan sektornya, industri logam dasar barang logam, bukan mesin dan peralatan merupakan penyumbang terbesar realisasi investasi dengan nilai Rp46,7 triliun pada kuartal I-2023. Disusul sektor transportasi, pergudangan dan telekomunikasi dengan total investasi Rp36,1 triliun.
Selanjutnya, industri Pertambangan mendapatkan Rp33,5 triliun, dan kawasan industri perkantoran Rp27,9 triliun. Secara keseluruhan, industri manufaktur menyumbang 42,5% dari total realisasi investasi pada kuartal I-2023 dengang angka investasi mencapai Rp46,7 triliun pada kuartal I-2023.
“Sepanjang tahun 2022 hingga kuartal pertama tahun 2023, sektor industri manufaktur seperti industri logam dasar, barang logam, nonmesin dan peralatannya konsisten menduduki peringkat teratas sebagai sektor penyumbang investasi terbesar di Indonesia,” tuturnya. .
Apabila ditelaah berdasarkan wilayah, realisasi investasi didominasi di luar Pulau Jawa yang mencapai Rp172,9 triliun atau 52,6% dari total investasi pada kuartal I-2023. Sementara itu, realisasi di Pulau Jawa sendiri tercatat sebesar Rp156,0 triliun atau 47,4% dari total realisasi.
Lebih lanjut, Riefky mengungkapkan lima besar negara investor utama, yakni Singapura (US$4,3 miliar), Hong Kong (US$1,5 miliar), China (US$1,2 miliar), Jepang (US$1,0 miliar) dan Amerika Serikat (US$0,8 miliar).
“Ini adalah tanda yang menjanjikan dari investasi dan peluang bagi Pemerintah Indonesia untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023,” imbuhnya.

Keunggulan Indonesia
Sementara itu, Deputi Bidang Promosi Investasi Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan mengungkapkan, Indonesia merupakan negara tujuan investasi sektor manufaktur global saat ini.
Dalam sesi conference Hannover Messe 2023 di Hannover, Jerman, Rabu (19/4), Ichwan mengungkapkan pernyataan tersebut karena sejumlah keunggulan Indonesia. Di antaranya sebagai negara dengan populasi ke-4 terbesar di dunia yang dapat menyuplai tenaga kerja yang cukup memadai untuk perusahaan-perusahaan global.
“Hal ini juga didukung dengan fakta, Indonesia juga memiliki bonus demografi dengan rata-rata pekerja berumur 30 tahun. Berbeda dengan negara lainnya yang memiliki tenaga kerja yang lebih tua dan cukup sulit untuk mendapatkan tenaga kerja,” tuturnya.
Ichwan menjelaskan, di ASEAN, Indonesia merupakan negara terbesar, baik dari segi populasi maupun ekonomi. Indonesia juga merupakan negara basis produksi untuk pasar internasional yang berkontribusi sebesar 36% terhadap total PDB ASEAN.
Indonesia juga merupakan anggota G20 yang memiliki ketahanan dan pertumbuhan ekonomi, dengan PDB mencapai US$1,3 triliun dan PDB per kapita melebihi US$5.000.
Berdasarkan data Bloomberg (April 2023), Indonesia juga merupakan negara yang akan bertahan pada kemungkinan resesi yang akan terjadi di masa depan, dengan persentase kemungkinan resesi hanya sebesar 2%.
Indonesia juga memiliki sumber daya alam yang kaya, termasuk untuk pengembangan industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV), dimana pada 2025, setidaknya 15% nikel untuk industri baterai EV akan disuplai dari Indonesia.
“Berangkat dari fakta tersebut, Indonesia adalah negara yang tepat untuk menjadi tujuan investasi sektor manufaktur global,” tutur Ichwan.
Untuk mendukung Indonesia sebagai tujuan investasi yang baik, Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI) Sanny Iskandar mengungkapkan, Indonesia telah menyiapkan kawasan industri (KI) yang tepat sesuai dengan kebutuhan investor.
Dia menyebut lebih dari 100 KI tersebar di pulau Jawa dan luar Jawa. Kawasan industri di Pulau Jawa diperuntukkan bagi industri berbasis teknologi tinggi dan digital, industri padat karya, dan industri hilir.
Sementara itu, KI di luar Jawa lebih diperuntukkan, bagi industri yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk berbasis sumber daya alam dan industri pemicu pengembangan ekonomi baru.
“Pengembangan investasi industri di KI seluruh Indonesia didukung oleh infrastruktur dan fasilitas pendukung yang berkualitas seperti pembangkit listrik, suplai gas industri, jaringan teknologi informasi dan komunikasi, pengolahan limbah, jalan tol dan jalur kereta barang, serta bandara dan pelabuhan,” jelasnya.
Sanny menambahkan, untuk mendukung implementasi revolusi industri keempat, Indonesia juga telah mengembangkan smart-eco industrial park yang dilengkapi dengan infrastruktur digital berteknologi tinggi yang ramah lingkungan.
“Indonesia sudah siap untuk sistem ekonomi sirkular, digital hub, dan lainnya,” tutur Sanny.