c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

23 Juli 2025

14:40 WIB

Kredit UMKM dan KPR Sulit? BI: Standar Pinjaman Kredit Diperketat

BI melaporkan perbankan nasional lebih berhati-hati menyalurkan pinjaman kredit pada kuartal II/2025. Kehati-hatian tersebut didorong oleh pengetatan standar Kredit UMKM, Modal Kerja, dan KPR.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p>Kredit UMKM dan KPR Sulit? BI: Standar Pinjaman Kredit Diperketat</p>
<p>Kredit UMKM dan KPR Sulit? BI: Standar Pinjaman Kredit Diperketat</p>

Ilustrasi - Teller menunjukkan uang rupiah yang ditransaksikan di kantor pusat BNI, Jakarta. Antara Foto/Sigid Kurniawan/kye/pri

JAKARTA - Bank Indonesia melaporkan, perbankan nasional lebih berhati-hati menyalurkan pinjaman kredit pada kuartal II/2025. Kondisi ini tercermin dari Indeks Lending Standard (ILS) kuartal II/2025 yang bernilai positif 0,08 poin.

Laporan Survei Perbankan Kuartal II/2025 menyorot, kehati-hatian tersebut didorong oleh pengetatan standar penyaluran untuk Kredit UMKM, Kredit Modal Kerja, dan Kredit Pemilikan Rumah/Apartemen (KPR/KPA)

"Beberapa aspek kebijakan penyaluran kredit yang terindikasi lebih berhati-hati, antara lain pada aspek plafon kredit, premi kredit berisiko, agunan, dan persyaratan administrasi," kata laporan resmi yang disampaikan Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (23/7).

Baca Juga: BI Ungkap Kredit Usaha Mikro dan Menengah Juni 2025 Masih Tertekan

Meskipun standar penyaluran kredit diperketat, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menyampaikan, hasil Survei Perbankan BI mengindikasikan penyaluran kredit baru pada kuartal II/2025 tetap meningkat dibandingkan kuartal I/2025.

"Hal ini (penyaluran kredit baru) tercermin dari nilai SBT (Saldo Bersih Tertimbang) permintaan kredit baru kuartal II/2025 sebesar 85,22%, lebih tinggi dari 55,07% pada kuartal I/2025 meski lebih rendah dari SBT 89,11% pada kuartal II/2024," ujarnya.

Meski lebih rendah dibandingkan kuartal II/2024, Bank Indonesia menyampaikan, pertumbuhan penyaluran kredit baru di kuartal II/2025 didorong oleh Kredit Modal Kerja dengan SBT 88,34% dan Kredit Investasi dengan SBT 77,54%.

"Sementara itu, Kredit Konsumsi (SBT 57,76%) terindikasi sedikit lebih rendah dibandingkan kuartal I/2025 dengan SBT 59,25%," urainya.

Kredit Konsumsi yang termoderasi disebabkan dari perlambatan permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)/Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) dengan SBT 53,26% dan Kredit Multiguna SBT 26,40%. 

Baca Juga: BI: Pertumbuhan Kredit Perbankan Juni 2025 Tertekan ke 7,77%

Sedangkan, permintaan Kartu Kredit (SBT 69,80%), Kredit Tanpa Agunan (SBT 46,13%), dan Kredit Kendaraan Bermotor (SBT 10,96%) mengalami peningkatan dibandingkan kuartal sebelumnya.

Secara sektoral, pertumbuhan kredit baru meningkat pada mayoritas sektor, dengan SBT tertinggi pada sektor Industri Pengolahan (SBT 83,40%), Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan (SBT 60,13%), Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (SBT 58,59%), dan Perantara Keuangan (SBT 55,49%).

Perkiraan Kredit dan DPK 2025
Ramdan mengungkapkan, responden pada survei kuartal II/2025 memperkirakan outstanding kredit sampai dengan akhir 2025 dapat meningkat dengan nilai SBT 94,28%. 

Namun, proyeksi ini lebih rendah dibandingkan SBT pertumbuhan kredit 2024 sebesar 95,74% serta angka prakiraan pada survei kuartal I/2025 dengan SBT sebesar 96,27%.

Penyaluran kredit tahun 2025, antara lain didorong oleh prospek kondisi ekonomi, kebijakan suku bunga, serta relatif terjaganya risiko dalam penyaluran tahun 2025 meningkat kan tahun 2024.

Berdasarkan hasil survei pada kuartal II/2025, Dana Pihak Ketiga (DPK) sampai dengan akhir 2025 diperkirakan meningkat dengan nilai SBT sebesar 98,05%. Perkiraan ini lebih tinggi dibandingkan SBT pertumbuhan DPK 2024  yang sebesar 89,30% serta angka perkiraan pada survei kuartal I/2025 dengan SBT sebesar 94,34%.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar