c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

06 Januari 2025

20:51 WIB

Kreasi Sirisoles Memasarkan Risoles Warna-Warni 

Risoles warna-warni dari Sirisoles menjadi pionir risoles warna-warni. Kini, Sirisoles bisa meraup Rp100 juta per bulannya.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Rikando Somba

<p>Kreasi Sirisoles Memasarkan Risoles Warna-Warni&nbsp;</p>
<p>Kreasi Sirisoles Memasarkan Risoles Warna-Warni&nbsp;</p>

Aneka risoles warna-warni dari Sirisoles. Dok. Sirisoles

JAKARTA - Salah satu jajanan pasar yang kerap diburu masyarakat adalah risoles atau yang biasa dikenal dengan nama risol. Teksturnya yang lembut di dalam dan garing di luar, membuat semua kalangan, baik tua dan muda, menyukainya.

Seiring perkembangan zaman, kini risoles tak hanya berisi daging dan sayuran saja. Ya, belakangan, masyarakat Indonesia menggemari risoles dengan berbagai varian rasa dan warna.

Adalah Indra Jaya (31 tahun) bersama sang istri, Siti Syahdah (30 tahun) yang melakukan inovasi di bisnis ini. Berbekal hobi masak, Siti mulai membuat kulit risoles satu demi satu, mengisinya, kemudian dibungkus dan digoreng dengan lapisan tepung panir.

Mulanya, Indra dan Siti menjual risoles mayo dengan warna kuning pada umumnya. Mereka pun menitipkannya pada jajanan pasar depan rumah. Berjalan beberapa waktu, mereka berinovasi untuk membuat risoles warna-warni dengan varian rasa. 

"Awalnya bikin pakai panir biasa, panir kuningnya. Terus dia (Siti .red) bilang, ini kayaknya kalau bikin risoles warna-warni dengan banyak warna asyik deh. Saya sih ngerasa awalnya kok kayak aneh gitu ya mungkin. Tapi dipikir lagi memang biasanya ide-ide unik itu susah diterima biasanya. Terus akhirnya saya coba riset dulu, saya cari tahu dulu deh. Oh ya enggak apa-apa, coba aja dulu," kata Indra kepada Validnews di Jakarta, Rabu (1/1).

Dengan mengusung merek "Sirisoles", Indra bersama istri memulai bisnisnya secara serius. Mereka menggunakan bahan premium dan handmade di setiap produksinya.

Sirisoles juga hadir dengan 14 varian rasa yang bervariatif. Mulai dari gurih, pedas, dan juga manis. Beberapa rasa yang bisa dicoba, di antaranya sosis mayo, ragout ayam, seblak, mentai, hingga rendang. 

Setiap variannya dibedakan dengan warna panir yang warna-warni. Ada warna merah, hijau, kuning, oranye, hingga putih. 

"So far, kami punya varian terbanyak. Kami sekarang ada variannya 14. Bahannya juga premium. Kami pakai mostly telur, kami lebih banyak di telur sih. Bahan-bahan yang cukup pricy juga sebenarnya. Dari harga juga kita coba untuk bersaing ya, karena kita jual kualitasnya," ujar Indra setengah berpromosi.

Demi memikat konsumen, Indra pun turut melengkapi Sirisoles dengan label halal serta izin edar Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Saat ini, produknya dalam proses mendapat izin BPOM. Risoles warna-warni milik Indra dan Siti pun disebut aman karena tepung panir diwarnai dengan bahan pewarna makanan yang aman.

Rasanya yang enak dan warnanya yang unik, membuatnya lebih menarik ketimbang produk sama  dari produsen lain. Salah satunya telah membawa Sirisoles hingga tampil di TV Nasional.

Lahir Di Tengah Pandemi
Bisnis ini sendiri dilahirkan dari pemikiran matang. Sama-sama berasal dari Jakarta, Indra dan Siti pindah ke Yogyakarta karena urusan pekerjaan sang suami. Kala itu, Siti merasa jenuh dengan rutinitas yang itu-itu saja sebagai ibu rumah tangga. 

Ia pun mencoba meminta restu kepada Indra untuk membuka bisnis kecil-kecilan di tempat yang baru buatnya. Restu pun didapat. Setelah menimbang-nimbang, pilihan Siti jatuh pada makanan ringan risoles mayo.

Mulai membuka bisnis Maret 2021, atau di tengah pandemi covid-19 yang menerpa Tanah Air, Siti tak menggunakan modal besar. Dengan uang berkisar Rp2 juta, dia belanjakan berbagai bahan untuk membuat risoles, seperti tepung, mayonaise, dan lainnya.

Seiring berjalannya waktu, sang istri tercetus untuk membuat risoles warna-warni dengan varian rasa. Indra mendukung. Keduanya bersepakat mengeksekusi ide bisnis itu. 

Sambil jalan, mereka juga sambil terus berinovasi terhadap varian rasa risoles yang akan dijajakannya. Trial and error pun terus dilakukan demi menemukan resep yang pas di lidah.

"Untuk nemuin resep, terus akhirnya rilis benar-benar sambil jalan itu enam bulanan. Kita trial and error itu cukup lama gitu. Ngasih-ngasih ke orang-orang. Terus nanya ke teman-teman, nanya ke orang asing juga. Gimana kalau melihat risoles begini? Ada yang bilang aneh, ada yang bilang unik, macam-macam ya, responsnya beragam gitu. Jadi kurang lebih 5-6 bulan gitu," ucapnya.

Awalnya, Indra agak sedikit ragu dengan risoles warna-warni yang kala itu masih asing di masyarakat Indonesia.

Benar saja, saat hendak menitip risoles warna-warni ke jajanan pasar sekitar, mereka kerap mendapatkan penolakan. Lantaran, pembeli jajanan pasar didominasi ibu-ibu dan orang-orang desa yang tidak terbiasa dengan penampilan risoles yang di luar biasanya. Ada saja yang menolaknya dengan alasan aneh hingga takut bahaya.

Oleh karena itu, mereka harus memberikan edukasi agar meyakinkan konsumen bahwa produknya ini aman dan tidak berbahaya. 

"Biasanya ngeliat risol tuh ya isi sayur atau mayo kan, dan enggak notice risol warna-warni gitu. Jadi, ada saja penolakan kayak yang bilang, aduh enggak deh mas risol-risolnya aneh gitu. Tapi ada juga yang menerima," kenang dia.

Setelah berhasil menitipkan risoles warna-warni ke jajanan pasar, minat konsumen juga kala itu masih kurang. Sering kali, risoles warna-warni yang dititip tidak terjual habis.

Puncaknya pada November 2021, Indra melihat Sirisoles sudah berada di ujung tanduk. Pasalnya, saat itu perekonomian masyarakat belum sepenuhnya pulih akibat pandemi covid-19 yang menerpa, sehingga untuk melakukan pembelian masih ragu-ragu.

"Di awal-awal tuh banyak enggak lakunya. Tapi enggak kita buang juga. Kita kasih ke orang gitu, tukang parkir dan lainnya. Cukup struggling di awal-awal sih karena masih pemulihan ya. Orang-orang juga semua kayaknya masih pemulihan awal 2021," tutur dia optimistis.

Manfaatkan Media Sosial
Indra pun mau tidak mau harus putar otak. Untuk mencari ide, akhirnya dia mulai menjelajah internet. Setelah melakukan riset, ternyata banyak orang yang juga berjualan risoles.

Bedanya, risoles yang dijual berwarna kuning seperti pada umumnya. Kalaupun ada yang menawarkan risoles dengan varian rasa, untuk membedakan rasanya hanya diberi titik warna saja. Beda dengan risoles yang ditawarkan oleh Indra dan Siti yang terlihat nyentrik dengan warna-warni.

Berbekal sedikit pemahaman mengenai media sosial dan rasa percaya diri, Indra coba memasarkan produknya secara daring lewat Instagram. Dia juga mulai menyudahi penjualan lewat jajanan pasar di Jogja.

"Saya coba jump in ke sosial media, saya putuskan untuk tidak lanjutkan menitipkan di jajanan pasar, karena effort-nya lebih kan, kita harus bangun subuh, terus harus nitipin, harus keliling. Lalu kita coba online, ternyata di online lebih positif," ujar dia.

Sambil berjalan, Indra juga meriset target pasar. Setelah riset panjang, dia menyadari bahwa target pasar risoles warna-warni miliknya adalah ibu-ibu milenial dan gen Z yang selalu mengikuti tren baru.

Meski tidak langsung ramai pesanan yang diterima, dia pun tetap rajin mengunggah foto-foto produknya. 

Dari foto produk Sirisoles yang diunggah tersebut, netizen mulai berdatangan dan penasaran dengan rasanya. Sedikit demi sedikit pesanan untuk membeli risoles warna-warni milik Indra dan sang istri berdatangan.

Tak hanya ingin mengandalkan Instagram sebagai tumpuan, Indra juga mulai melirik ke platform media sosial populer lainnya seperti TikTok yang tengah digandrungi anak-anak muda. Pesanan pun terus berdatangan silih berganti. Pesanan yang masuk ke Sirisoles tumbuh 2-3 kali lipat dari biasanya berkat mengandalkan pemasaran yang luas lewat online.

Risoles Versi Beku
Melihat respons banyak orang yang positif, dia dan istri tak langsung berpuas diri. Keduanya justru terus berinovasi melahirkan berbagai varian rasa baru. Tak terasa kini total sudah ada 14 varian rasa yang bisa dicoba konsumen.

Seiring berjalannya waktu, Sirisoles makin banyak dikenal. Mulai banyak yang menghubungi Indra dan mengungkapkan ketertarikan menjadi mitra atau reseller Sirisoles di beberapa daerah.

Untuk mengakali agar risoles tidak basi, Indra mulai membuat risoles frozen alias beku. Tak sembarangan, pengirimannya ke daerah tujuan juga harus khusus pengiriman produk frozen.

"Kami pernah coba pakai pengiriman biasa, tapi cobanya ke teman bukan ke customer gitu. Saya coba ke teman, ternyata enggak bisa, (risoles) basi gitu. Makanya memang harus pengiriman khusus frozen," kata Indra.

Hasilnya, risoles frozen milik Sirisoles pun tak hanya bisa ditemui di Jogja saja, tapi hampir di seluruh Pulau Jawa, seperti Semarang, Kediri, Surabaya, Jabodetabek. Selain Pulau Jawa, Sirisoles juga sudah dapat ditemukan di daerah Makassar hingga Bali.

Kelebihan risoles frozen memiliki waktu penyimpanan yang cukup lama, yakni tahan 12 jam di kulkas bawah dan bisa bertahan hingga dua bulan jika masuk ke dalam freezer.

Jejaknya yang sukses ini banyak ditiru banyak orang. Kini, sangat mudah ditemui risoles warna-warni yang beredar. Bedanya, risoles warna-warni yang beredar ini kulitnya yang diwarnai, sedangkan Sirisoles adalah panirnya yang warna-warni. 

Melihat pesaing yang terus muncul, Indra tak ambil pusing. Dirinya optimistis jika bisa bersaing dengan yang lainnya. Terlebih, Sirisoles sendiri merupakan pioneer risoles warna-warni di Indonesia.

"Sekarang saya lihat banyak ya yang ngikutin (risoles warna-warni). Ya enggak masalah sih, itu hal umum ya di dalam dunia bisnis. Ada yang viral sedikit, orang ikut-ikutan," ungkapnya.

Di awal berdiri, Sirisoles mulanya hanya satu outlet. Tetapi, kemudian outlet terus berkembang dan sudah berhasil mendirikan empat outlet di Jogja, yakni di belakang kampus UMY, daerah kampus PGRI, daerah Atmajaya, dan dekat SMAN 1 Sewon.

Momen Membludak
Indra mengatakan tak bisa dipatok varian risoles mana yang paling laris. Kendati demikian, menurutnya, rata-rata selera orang Jogja adalah makanan manis. Sehingga, varian risoles yang paling diminati di outlet di Jogja adalah Sosis Mayo, Beef Mayo, Ayam Jamur, dan lainnya.

Sedangkan bagi anak-anak kampus atau mahasiswa biasanya cenderung lebih menyukai makanan pedas. Sehingga, varian risoles seblak dan mercon menjadi populer.

Terkait harga risolesnya sendiri dibanderol berbeda-beda. Mulai dari Rp3.500 hingga Rp10.000 untuk varian mercon dan rendang.

Untuk menghadapi pesanan yang membludak sebanyak 500-800 buah risoles per hari, Indra kini telah dibantu oleh sebanyak 14 karyawan Sirisoles. Belum lagi, terkadang ada bantuan dari freelance.

"(Pesanan) harian tuh lebih ke 500 sampai 800 pcs, itu di luar reseller ya karena kebetulan kami punya reseller. Reseller sama mitra beda ya, kalau reseller mereka bisa pakai brand-nya mereka sendiri, sedangkan mitra memang harus ikut dari pusat," papar Indra.

Dengan bantuan karyawan tersebut, Sirisoles bahkan dapat memproduksi sebanyak 1.000-2.000 pcs risoles per hari.

"Produksinya tuh kita bisa lebih. Produksi karena biasa kita nyiapin buat reseller juga ya, produksinya bisa 1.000 sampai 2.000 pcs sehari, karena itu kita harus nyiapin yang frozen juga kan biasanya harus nge-packing, paling enggak kita punya stock deh," imbuhnya.

Dari pesanan yang masuk, Indra mampu meraup rata-rata omzet per bulannya lebih dari Rp100 juta. Bahkan, menurut pengakuannya, ada momen tertentu pesanan dapat membludak. Saat puasa, misalnya, pesanan bisa tiga kali lipat dari biasanya. 

"Pengalaman tahun lalu, satu outlet saja itu bisa 800 pieces sehari karena biasanya di bulan puasa itu kita dapat pesanan dari masjid. Kebetulan tempat saya dekat masjid, atau (ada) donatur-donatur luar yang saya kirim, minta sehari segini, terus dikirim ke masjid A misalnya atau masjid B gitu itu bulan puasa momen sih itu momen banget," katanya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar