10 September 2024
19:18 WIB
KPPI Mulai Selidiki Tindakan Pengamanan Perdagangan Lonjakan Impor LLDPE
KPPI mulai melakukan penyelidikan pengamanan perdagangan terkait adanya lonjakan jumlah impor LLDPE.
Penulis: Erlinda Puspita
Sejumlah truk melintas saat proses bongkar muat peti kemas berlangsung di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (13/2/2024). ValidNewsID/Darryl Ramadhan
JAKARTA - Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) mulai melakukan tindakan penyelidikan pengamanan perdagangan atau safeguard measures terhadap lonjakan jumlah impor Polietilena Linear Kepadatan Rendah (Linear Low Density Polyethylene/LLDPE) dalam bentuk selain cair atau pasta pada Senin (9/9).
Produk dengan kriteria polietilena mengandung monomer alfa-olefin 5% atau kurang dalam bentuk selain cair atau pasta memiliki kode Harmonized System (HS) 3901.10.92 sesuai dengan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2022.
Sebelumnya, KPPI telah menerima permohonan secara resmi untuk menyelidiki safeguard measures pada Senin (12/8) lalu. Permohonan tersebut diajukan oleh Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (INAPLAS) yang mewakili industri dalam negeri, yaitu PT Chandra Asri Pacific Tbk dan PT Lotte Chemical Titan Nusantara.
Ketua KPPI Franciska Simanjutak menyampaikan, berdasarkan bukti awal dari permohonan yang disampaikan, ditemukan fakta adanya indikasi kerugian serius atau ancaman kerugian serius yang dialami pemohon. Hal ini terlihat dari beberapa indikator kinerja industri dalam negeri yang menurun selama periode 2021 hingga 2023.
"Kerugian serius atau ancaman kerugian serius tersebut, antara lain menurunnya produksi, penjualan domestik, produktivitas, kapasitas terpakai, kerugian finansial, serta pangsa pasar industri dalam negeri di pasar domestik," ujar Franciska dalam keterangan resminya, Selasa (10/9).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), selama tiga tahun ke belakang (2021-2023) telah terjadi peningkatan jumlah impor barang LLDPE dalam bentuk selain cair atau pasta dengan tren sebesar 13,54%.
Pada tahun 2023, impor produk LLDPE ke Indonesia tercatat sebesar 280.385 ton atau naik 33,27% dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 210.382 ton. Sementara pada 2022, impor produk tersebut turun 3,27% dari 2021 yang etrcatat sebesar 217.494 ton.
Kemudian di tahun 2023, impor utama LLDPE dalam bentuk selain cair atau pasta berasal dari beberapa negara, antara lain Malaysia dengan pangsa impor sebesar 43,43%, diikuti Thailand sebesar 37,52%, Arab Saudi 8,32%, dan Amerika Serikat 2,97%. Selain negara-negara tersebut, pangsa impor negara berkembang masih di bawah 3% dari total impor pada tahun yang sama.
"KPPI mengundang semua pihak yang berkepentingan untuk mendaftar sebagai pihak yang berkepentingan selambat-lambatnya 15 hari sejak tanggal pengumuman dan disampaikan secara tertulis," tandas Franciska.