c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

02 Maret 2022

20:30 WIB

Koperasi Produsen Kopi Di Garut Lepas Ekspor Rp4 Miliar

Gubernur Jawa Barat berharap capaian Koperasi Produsen Sari Buah Kopi dapat dicontoh oleh koperasi-koperasi lain untuk memperluas pasar dengan melakukan ekspor.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Dian Kusumo Hapsari

Koperasi Produsen Kopi Di Garut Lepas Ekspor Rp4 Miliar
Koperasi Produsen Kopi Di Garut Lepas Ekspor Rp4 Miliar
Ilustrasi seseorang meminum kopi. Shutterstock/dok

JAKARTA - Komoditas kopi Indonesia kembali mendapat pengakuan dunia internasional. Permintaan kopi yang terus meningkat di pasar global salah satunya dilakukan oleh Koperasi Produsen Sari Buah Kopi di Cikajang, Garut Jawa Barat.

Koperasi tersebut baru saja mendapat pesanan kopi dari Belanda sebanyak dua kontainer dengan nilai yang menyentuh Rp4 miliar. Ekspor kopi ke Negeri Kincir Angin itu berhasil terealisasi juga atas kerja sama antara PT Astra Internasional Tbk dan Institut Pertanian Bogor.

Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Bidang Hubungan Antar Lembaga Luhur Pradjarto yang hadir saat pelepasan ekspor itu mengatakan bahwa pencapaian yang diraih oleh Koperasi Produsen Sari Buah Kopi menjadi buktinyata bahwa pengelolaan dan kerja sama yang baik dapat dilakukan oleh entitas kerakyatan, yakni koperasi.

Melalui keterangan pers yang diterima di Jakarta, Luhur pun berharap kegiatan ekspor yang dilakukan Koperasi Produsen Sari Buah Kopi dapat berkelanjutan untuk meningkatkan nilai kopi asal Indonesia.

"Saya sangat bangga dan apresiasi sekali dengan optimisme para petani milenial ini untuk memajukan komoditas unggulan daerah khususnya kopi," tuturnya, Rabu (2/3).

Pada pelepasan ekspor yang turut dihadiri Gubernur Jawa Barat, Rektor IPB, serta Head of Social Engagement Astra itu, Luhur menyampaikan bahwa permintaan kopi dunia sedang mengalami tren peningkatan. Hal itu tercermin dari catatan ekspor kopi yang mencapai 380,17 ribu ton pada 2021 lalu.

Catatan ekspor tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 1,21% jika dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 375,60 ribu ton. Sedangkan untuk nilai ekspor, tercatat pada 2021 mencapai US$842,52 juta atau meningkat sekitar 4% jika dibandingkan 2020 yang senilai US$809,2 juta.

Atas realita permintaan pasar yang sedang menunjukkan tren peningkatan itu, Luhur pun mengimbau agar Koperasi Produsen Sari Buah Kopi agar tetap memerhatikan standar kualitas produk dan mengutamakan aspek keberlanjutan.

"Selain standar kualitas dan keberlanjutan, diperlukan juga branding yang kuat lewat berbagai media yang dimiliki," sambungnya.

Jatuh Bangun

Secara rinci, Ketua Koperasi Produsen Sari Buah Kopi Juanda mengaku senang karena perjuangannya membangun koperasi produksi kopi dapat membuahkan hasil. Sekalipun usia koperasi masih tergolong muda, namun pemrosesan dan produksi kopi sudah ia lakukan selama tujuh tahun.

Selama periode itu, Juanda menceriterakan bahwa ada jatuh bangun dalam membangun koperasi produksi kopi. Kini, entitas yang ia kelola sudah punya lahan produktif sebesar 2.815 hektare dan berhasil 'pecah telur' melakukan ekspor produk kopi atas nama koperasi.

"Peran kami adalah agregator dari hasil produksi anggota. Jadi kami berjenjang dan tidak ujug-ujug langsung ada koperasi. Kalau kita bicara soal koperasi, kami memang baru. Namun, kami sudah bergerak di kopi cukup lama," jelas Juanda.

Juanda juga berharap ke depan ada dukungan dari pemerintah atau lembaga terkait lain dalam membantu koperasinya untuk meningkatkan kapasitas SDM atau dukungan dalam bentuk lain. Pasalnya selain fokus pada usaha kopi, koperasi yang ia kelola juga berencana mengembangkan ekowisata dan usaha penyediaan madu alami.

Dari dua usaha baru itu, ia berharap dapat menjadi sumber kekuatan baru bagi Koperasi Produsen Sari Buah Kopi. Sejauh ini, Juanda mengatakan beberapa pihak sudah mulai melirik produk ekowisata dan madu alami yang digarap oleh koperasinya.

Koperasi Produsen Sari Buah Kopi sendiri punya keunikan dimana seluruh proses produksi kopu dan madu digarap dari tangan sendiri tanpa bantuan pihak manapun. Hal tersebut terjadi karena dari hulu ke hilir, seperti penyediaan bibit, pupuk, hingga pemrosesan dilakukan oleh koperasi.

"Kita bikin pupuk sendiri dari limbah kopi atau dari limbah masyarakat, kita ambil dan kita kasih duit dan tampung di sini. Jadi kita nggak pernah pusing mikirin  harga pupuk mahal," jabar Juanda.

Pemanfaatan Teknologi

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berpandangan bahwa ekspor kopi tersebut menjadi cerminan masa depan ekonomi bangsa yang akan ditopang oleh sektor pertanian. Namun demikian, pria yang akrab disapa Kang Emil itu menegaskan sektor pertanian dewasa ini wajib dipadukan dengan teknologi.

Oleh karenanya, Kang Emil berharap lulusan perguruan tinggi terkait bisa pulang ke desa untuk membangun ekonomi dengan konsep modern. Jika ekonomi hijau dan ekonomi digital dipadukan, ia optimis dapat menjadi masa depan perekonomian bangsa secara keseluruhan.

"Tapi itu tidak akan terjadi kalau kerjanya sendiri-sendiri. Kuncinya untuk sektor pangan adalah berkolaborasi dengan teknologi," papar Kang Emil.

Selaras, Luhur Pradjarto mengatakan pengurus koperasi dan pelaku UMKM seyogianya mulai memanfaatkan teknologi, khususnya dalam hal pemasaran produk. Menurut dia, hal tersebut penting untuk memperkenalkan produk dengan pangsa pasar yang lebih luas.

Luhur pun menegaskan Kementerian Koperasi dan UKM siap memberikan pelatihan pemanfaatan teknologi, mulai dari proses produksi hingga ke pemasaran. Dari segi pembiayaan, pemerintah juga memfasilitasi para pelaku KUMKM untuk mendapatkan permodalan yang murah karena ditargetkan pada 2024 mendatang, sebesar 30% kredit perbankan akan ditujukan bagi UMKM.

"Berikutnya adalah bagaimana UMKM kita bisa onboarding karena sekarang zamannya digital. Tak kalah penting, adalah korporatisasi petani dengan koperasi nanti sebagai agregator," imbuh Luhur.

Lebih lanjut, Kang Emil berharap capaian yang diraih para petani milenial dalam naungan Koperasi Produsen Sari Buah Kopi dapat menjadi contoh, khususnya bagi koperasi pangan lainnya untuk bisa merambah pasar internasional.

Ia optimis kerja sama yang erat antarpemangku kepentingan bisa mendorong kinerja sektor pertanian dan perkebunan di Jawa Barat. Menurut catatannya, Provinsi Jawa Barat punya rata-rata ekspor produk pertanian hingga Rp200 miliar per tahun.

"Mudah mudahan bisa kita tingkatkan sampai triliun dengan praktik yang baik seperti hari ini sehingga Jawa Barat bisa menjadi unggulan eksportir kopi di Indonesia," pungkas Ridwan Kamil.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar