14 Juni 2021
16:42 WIB
JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informatika memberikan izin kepada operator seluler Indosat Ooredoo untuk mengomersialisasi layanan 5G. Pemberian izin ini menjadikan layanan 5G Indosat Ooredoo menjadi layanan komersial kedua setelah Telkomsel.
"Hari ini Indosat juga telah berhasil menjadi operator telekomunikasi berikutnya yang mendapatkan Surat Keterangan Laik Operasi atau SKLO untuk komersialisasi layanan 5G," ujar Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate dalam jumpa pers yang disiarkan virtual, Senin (14/6).
Surat Keterangan Laik Operasi untuk Indosat diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Ditjen PPI). Hal ini didasarkan pada pelaksanaan uji laik operasi (ULO) bertempat di kawasan Jalan Medan Merdeka Barat dan Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Jhonny mengatakan, dengan diterbitkannya SKLO 5G tersebut menandakan, seluruh sarana dan prasarana untuk penggelaran jaringan 5G yang telah selesai dibangun oleh Indosat, secara teknis siap dioperasikan.
"Khususnya akan dilakukan pada pita frekuensi 1800 megahertz atau 1,8 gigahertz dengan lebar pita 20 megahertz dalam rentang 1837,5 megahertz sampai 1857,5 megahertz," tuturnya.
Sebelumnya, Kemenkominfo memberikan izin kepada operator seluler Telkomsel untuk menggelar layanan 5G pada akhir Mei 2021 lalu. Perusahaan telko pelat merah ini menjadi layanan komersial pertama jaringan teknologi terbaru di Indonesia tersebut.
"Menandai perkembangan signifikan, penanda penting dalam upaya penggelaran telekomunikasi 5G di Indonesia. Penerbitan Surat Keterangan Laik Operasi berdasarkan uji laik operasi pada 19-20 Mei. Telkomsel dinyatakan laik," kata Johnny.
Surat Keterangan Laik Operasi untuk Telkomsel diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika pada 21 Mei 2021, sedangkan uji laik operasi (ULO) dilakukan pada 19–20 Mei.
Ilustrasi layanan hotspot/ wifi dengan jaringan 5G. dok. ist
Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro pada jumpa pers beberapa waktu lalu mengatakan, pelanggan Telkomsel tidak perlu mengganti kartu SIM untuk menikmati layanan 5G. Paling tidak untuk saat ini.
Jaringan 5G sendiri nanti baru tersedia secara terbatas dan bertahap di enam area perumahan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Area yang akan mendapatkan 5G ,yaitu Kelapa Gading, Pantai Indah Kapuk, Pondok Indah, Widya Chandra di Jakarta, dan kawasan Alam Sutera dan BSD di Tangerang.
Telkomsel berencana menggelar 5G di luar Jabodetabek, antara lain di Solo, Medan, Balikpapan, Bandung, Makassar, Surabaya, Denpasar dan Batam.
Menurutnya, sinyal 5G dari Telkomsel menggunakan spektrum frekuensi radio 2,3GHz, yang didapatkan operator seluler tersebut melalui lelang awal tahun ini. Spektrum frekuensi 2,3GHz tergolong spektrum middle band, yaitu pada rentang 1GHz sampai 6GHz, yang cocok digunakan untuk jaringan mobile broadband.
Uji Coba
Asal tahu saja, sebelum memberikan izin kepada operator seluler untuk memberikan layanan 5G komersial, pemerintah melalui Kominfo sudah 12 kali menggelar uji coba 5G dalam kurun waktu tiga tahun. Termasuk salah satunya bersama Telkomsel pada gelaran Asian Games 2018 lalu di Jakarta.
Saat uji coba pada 2018 lalu, meski pun bukan untuk jaringan seluler, kecepatan 5G mencapai 16,6GBps. Dengan kata lain, Jaringan 5G pada saat itu menawarkan kecepatan sekitar 16 kali lipat dibandingkan 4G yang kecepatannya ‘hanya’ 0,30GBps.
Terkait jaringan 5G oleh penyelenggara telekomunikasi di Indonesia, pemerintah menganut kebijakan netral, yakni mengizinkan penyelenggara telekomunikasi untuk menggunakan pita frekuensi yang sudah ditetapkan dalam surat perizinan.
Kebijakan lainnya dalam mendukung 5G berupa penambahan dan penataan ulang spektrum frekuensi radio, yang dikenal dengan istilah farming dan refarming. Hal ini diterapkan agar operator seluler bisa mendapatkan alokasi spektrum frekuensi untuk mengembangkan layanan 5G.
Pemerintah berencana menyediakan 5G di ketiga lapisan spektrum frekuensi radio, lapisan low band, middle band dan high band. Lapisan bawah atau low band berada di bawah spektrum frekuensi 1GHz, yang bisa digunakan untuk pemerataan jaringan di wilayah pedesaan dan peningkatan jaringan di dalam ruangan untuk perkotaan.
Lapisan tengah atau middle band, atau capacity band, berada di rentang spektrum frekuensi 1 sampai 6GHz untuk jaringan mobile. Terakhir, lapisan atas high band atau milimeterwave berada di atas spektrum frekuensi radio 6GHz.
Lapisan yang juga disebut super data layer ini mampu memberikan kapasitas transmisi yang sangat besar. Sehingga cocok untuk mengembangkan otomatisasi mesin di sektor industri.
Memperluas Layanan
Menurutnya, layanan 5G diharapkan akan berkembang dalam waktu yang tidak terlalu lama. Layanan ini juga akan terus diperluas berdasarkan pertumbuhan permintaan pasar di lokasi-lokasi lainnya.
Jhonny mengatakan, selain di Pulau Jawa, penggunaan jaringan 5G juga akan diterapkan pada tempat-tempat yang menjadi prioritas utama destinasi wisata. Di antaranya kawasan Danau Toba, Candi Borobudur, Mandalika, dan Kupang.
"Selain itu akan ada lokasi industri manufaktur yang juga menerima jaringan 5G serta di lokasi ibu kota negara baru pada tahun 2024 mendatang," ucap dia.
Jhonny berharap, dengan adanya langkah awal implementasi teknologi 5G di Indonesia ini dapat semakin mewujudkan akses telekomunikasi yang lebih berkeadilan. Termasuk menjembatani kesenjangan digital, meningkatkan kemampuan dan literasi masyarakat untuk menggunakan teknologi secara lebih adaptif.
"Tentunya juga turut mendorong penggunaan internet yang lebih produktif dan memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional," kata Jhonny.