22 Oktober 2024
15:07 WIB
Klon Unggul Sawit Hasil Inovasi AAL Dan BRIN Menanti Hak Paten
Hasil penelitian Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), lanjutnya, produktivitas kelapa sawit dapat meningkat 20-25% dari tanaman konvensional jika dikembangkan melalui kultur jaringan
Kebun kelapa sawit milik PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) yang bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam pengembangan kultur jaringan di Kalimantan Tengah (Kalteng). Antara/ AAL
JAKARTA - Klon unggul kelapa sawit melalui teknik kultur jaringan hasil inovasi dan pengembangan kerja sama Astra Agro Lestari (AAL) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), saat ini menunggu penerbitan hak patennya.
Senior Vice President Research and Development Astra Agro Cahyo Wibowo mengungkapkan, sejak 2018, pihaknya bersama BRIN telah mengembangkan inovasi melalui teknik kultur jaringan untuk menciptakan klon unggul kelapa sawit.
Hingga 2024, penanaman klon unggul hasil kultur jaringan, telah mencapai lebih dari 10 ribu tanaman yang berlokasi di salah satu perkebunan kelapa sawit Astra Agro di Kalimantan Tengah (Kalteng).
"Teknologi yang digunakan untuk menghasilkan klon melalui kultur jaringan saat ini dalam proses untuk mendapatkan hak paten bersama BRIN yang telah diajukan pada akhir 2023," tuturnya.
Melalui kerja sama dengan BRIN lanjutnya, Astra Agro terus meningkatkan kloning (perbanyakan) tanaman menggunakan sumber materi genetik tanaman yang unggul.
Menurut dia, pada prinsipnya, kandidat tanaman yang digunakan harus memiliki keunggulan spesifik seperti produktivitas yang tinggi berdasarkan hasil pengamatan komprehensif di lapangan.
"Optimalisasi metode kultur jaringan didorong melalui kerja sama ini untuk menghasilkan tanaman dengan jumlah yang besar dengan waktu yang relatif lebih cepat," kata Cahyo Wibowo.
Hasil penelitian Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), lanjutnya, produktivitas kelapa sawit dapat meningkat 20-25% dari tanaman konvensional jika dikembangkan melalui kultur jaringan.
Menurut dia, tanaman kelapa sawit dari hasil kultur jaringan memiliki sifat genetik yang sama dengan pohon yang akan dikloning. Selain varietas unggul, produktivitas tanaman juga harus didukung dengan pemupukan yang tepat, pengendalian hama dan penyakit, serta teknologi kecerdasan buatan yang membantu proses budi daya tanaman sawit.
"Untuk itu, inovasi dalam perawatan tanaman juga tetap harus dieksplorasi,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN Puji Lestari menjelaskan, penggunaan varietas unggul menjadi salah satu upaya dalam mengoptimalkan produktivitas kelapa sawit di Indonesia.
Untuk itu, lanjutnya, riset dan pengembangan diperlukan guna mendorong mutu yang memperhitungkan keberlanjutan dan dampak lingkungan.
"Diperlukan eksplorasi dan pengembangan varietas-varietas unggul kelapa sawit agar mampu menciptakan bibit yang berkualitas dengan produktivitas yang tinggi," ujarnya.
Inovasi Digital
Sebelumnya, PT Astra Agro Lestari Tbk mengembangkan inovasi digital untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas di seluruh proses operasional perusahaannya. Chief Technical Officer PT Astra Agro Lestari Tbk Widayanto menyatakan saat ini pihaknya mengoperasikan 32 pabrik yang mana 14 unit di antaranya adalah Kernel Crushing Plant (KCP) selain itu dua refinery, satu unit CPKO, dua pabrik mixing plan, dan dua pabrik pupuk untuk mendukung operasional di wilayah tersebut.
Perusahaan, tambahnya, juga memiliki 14 port activity yang mendukung pengiriman produk hingga sampai ke pelanggan.
"Ini semua dikelola dengan sistem yang disebut 'Plantation Information Management System' (PIMS), yang merupakan rumah bagi semua inisiatif digitalisasi Astra Agro. Konsep PIMS meliputi seluruh rantai operasional, mulai dari panen, angkut, hingga pengolahan," katanya.
Salah satu inovasi kunci perusahaan, lanjutnya, yakni sistem "boarding" yang memastikan kelancaran proses di pabrik. Sistem ini mengintegrasikan berbagai elemen operasional, termasuk manajemen feed stock dan sumber daya manusia sehingga proses produksi berjalan lebih optimal.
Dikatakannya, sistem boarding ini memungkinkan perusahaan untuk mengelola tandan buah segar (TBS) eksternal dengan lebih efisien. Jadi para pemasok bisa mengetahui kapan mereka harus memasok TBS ke pabrik sehingga mengurangi waktu tunggu dan meningkatkan efisiensi transportasi.
Selain itu, sistem ini juga mengoptimalkan penggunaan sumber daya di pabrik, mulai dari waktu operasional hingga alokasi tenaga kerja. Widayanto menyatakan perusahaan juga mengembangkan Mill Excellent Indicator (MELLI), sebuah sistem yang mengidentifikasi enam titik kontrol kritis di operasional pabrik.
Dengan begitu, bisa memonitor stabilitas operasional pabrik secara real-time dan memastikan, setiap pabrik beroperasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Inovasi lain yang dikembangkan adalah ALMIRA, sebuah sistem yang menggabungkan perencanaan maintenance mingguan dan harian, untuk memastikan pabrik beroperasi dengan maksimal tanpa gangguan. Jadi memungkinkan untuk mengurangi frekuensi "breakdown" dan meningkatkan "availability" pabrik.
"Secara keseluruhan, inisiatif-inisiatif ini telah memberikan dampak positif terhadap efisiensi dan produktivitas pabrik kami," ujarnya.
Widayanto menambahkan berbagai inovasi tersebut merupakan komitmen dari Sustainability Aspiration 2030 yang salah satunya yakni strategi Portfolio dimana fokus pada upaya penurunan emisi gas rumah kaca dan strategi Public Contribution.