22 Mei 2024
19:03 WIB
KKP Uji Coba Jaringan Starlink Pada Kapal Pengawas
Menteri KP menyebut penggunaan Starlink untuk kapal pengawas, difokuskan pada komunikasi dan video. Sejauh ini keamanan data pada kapal terpantau aman, sehingga untuk sementara akan terus digunakan
Penggunaan jaringan internet Starlink untuk aktivitas Maritim. dok.Starlink
BADUNG - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan uji coba jaringan internet Starlink milik Elon Musk yang beberapa waktu lalu diluncurkan di Indonesia pada kapal pengawas.
“Tertariknya itu justru karena, kami, kan di laut, ya. Nah, di laut kami sudah uji coba di kapal pengawas, itu bagus di kapal pengawas,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono di Kabupaten Badung, Bali, Rabu (22/5), usai peluncuran International Tropical Seaweed Research Center (ITSRC) di sela-sela World Water Forum (WWF) Ke-10.
Ia menyebut jaringan berbasis satelit tersebut membantu Kapal Pengawas (KP) Paus 01 mengamankan Kapal Ikan Asing (KIA) yang menjadi buronan sejak satu bulan di WPPNRI 718 Laut Arafura. “Sudah, kemarin menangkap Run Zeng itu kami salah satunya pakai Starlink, itu kemarin kami menangkap kapal yang mencuri ikan, KM Run Zeng 3 yang di Laut Arafura,” ujarnya.
Menteri KP menyebut penggunaan Starlink untuk kapal pengawas, difokuskan pada komunikasi dan video. Sejauh ini keamanan data pada kapal terpantau aman, sehingga untuk sementara akan terus digunakan.
Hanya saja, mengakui harga dari perangkat Starlink masih tergolong mahal, sehingga belum dapat digunakan lebih luas untuk nelayan. “Masalahnya kalau di kapal-kapal nelayan, kan, kecil itu perangkatnya masih mahal, itu salah satu yang kami lagi minta untuk mungkin dia bisa lebih murah,” ujarnya.
Trenggono mengatakan, penggunaan Starlink memungkinkan digunakan nelayan, namun menunggu harga perangkat lebih terjangkau dan memastikan stabilitas jaringannya lebih jauh.
“Ya, iya dong, begitu sudah murah ya harus diberikan nelayan supaya kita bisa tahu persis berapa yang ditangkap, ini kan kepentingannya untuk populasi. Tapi tahun ini belum, kami mesti tahu dulu, seberapa besar pengelurannya,” ucapnya.
Seperti diketahui jaringan internet satelit Starlink milik CEO SpaceX Elon Musk sudah resmi diluncurkan di Indonesia pada Minggu (18/5) lalu di Puskesmas Pembantu Sumerta Klod, Denpasar, Bali.
Saat itu pemerintah baru memastikan perangkat ini akan dipasang di puskesmas pembantu sejumlah titik yang selama ini jaringan internetnya kurang memadai. Terobosan ini penting untuk mempercepat pengiriman data kesehatan.
Berharap Dipangkas
Trenggono pun berharap, agar CEO Tesla Inc sekaligus SpaceX Elon Musk memberi akses internet yang terjangkau kepada nelayan. Trenggono sendiri, sudah bertemu Elon Musk pada acara uji coba layanan internet berbasis satelit LEO, di Puskemas Pembantu Sumerta Kelod, Denpasar, Bali, Minggu (19/5) sore.
"Harapan saya, Starlink bisa juga dimanfaatkan nelayan Indonesia dengan harga terjangkau," tulis Trenggono dalam akun instagramnya.
Sementara itu, Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Media dan Komunikasi Publik Doni Ismanto saat dikonfirmasi mengakui, memang ada kebutuhan layanan teknologi komunikasi untuk memudahkan nelayan saat melaut maupun yang tinggal di daerah terpencil.
Internet berbasis satelit, menurutnya, punya keunggulan yang kalau digunakan oleh nelayan dapat mendukung aktivitas mereka di laut. Hal ini karena Starlink menggunakan teknologi satelit low earth orbit (LEO) yang layanan internetnya lebih stabil.
Dengan begitu, kata dia melanjutkan, nelayan tetap bisa mendapat akses internet meski tinggal di daerah atau saat berada di lautan. Namun, harus diakui, harga layanan Starlink untuk sektor maritim cenderung tinggi. Dikutip dari situs Starlink, Internet berkecepatan tinggi di perairan dibanderol mulai Rp4.345.000 per bulan dengan biaya perangkat keras sebesar Rp43.721.590.
"Kalau bisa dipangkas dengan harga layanan 50% dan free perangkat, akan menolong nelayan, kan. Ini sepertinya yang diperjuangkan Pak Menteri dengan lobi-lobinya saat bertemu Elon Musk tadi," ujar Doni.
Selain itu, kata dia, akses internet berbasis satelit juga dibutuhkan dalam implementasi kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota. KKP memiliki aplikasi e-PIT yang dapat dielaborasi dengan layanan internet Starlink.
Dengan internet yang stabil dan berkecepatan tinggi, kinerja sistem monitoring pun menjadi lebih optimal dalam mendeteksi pergerakan kapal-kapal perikanan. Berdasarkan data kapal perikanan tahun 2022 yang tercatat dalam sistem Satudata KKP, terdapat lebih dari 900 ribu kapal perikanan bermotor, dengan rincian 772 ribu, di antaranya berukuran di bawah 5 GT.
Mengenai potensi kerja sama layanan Starlink, Doni belum bisa memastikan. Namun KKP berencana menggunakan Roket Falcon 9 milik SpaceX sebagai wahana peluncur satelit Cakra-1 beberapa bulan mendatang "Satelit Nano Cakra-1 nanti pakai SpaceX untuk wahana peluncurnya," kata Doni pula.