26 November 2022
17:09 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
TIDORE - Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya melakukan penebaran benih ikan lokal sebanyak 3.000 ekor ikan nemo di perairan Tidore, Maluku Utara.
Dirjen Perikanan Budidaya Tb Haeru Rahayu dalam keterangan tertulisnya menyebut kegiatan itu menjadi perwujudan dalam menjalankan strategi ekonomi biru supaya tercapai pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan.
Ikan nemo yang dikenal sebagai clown fish sendiri merupakan salah satu komoditas yang sangat diminati para pecinta ikan hias. Penebaran ikan nemo di perairan Tidore, lanjut Haeru, akan mengantisipasi kepunahan ikan endemik di Indonesia.
"Oleh karenanya, untuk menjaga kelestariannya maka perlu dijaga agar tidak punah, salah satunya dengan restocking ini," ungkapnya dari Tidore, Sabtu (26/11).
Ia menambahkan, pelepasan benih ikan nemo di perairan Tidore, Maluku Utara merupakan hasil dari kegiatan budidaya. Terpilihnya komoditas tersebut untuk restocking pun telah melalui proses kajian mengenai kecocokan habitat. Hasilnya, perairan di Tidore sangat cocok dan mendukung sebagai habitat ikan karang tersebut.
"Restocking ikan nemo ini hasil budidaya salah satu UPT DJPB, yakni Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon yang berhasil membudidayakan sebanyak 50 varian ikan nemo," jelas Haeru.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BPBL Ambon Sarwono melengkapi bahwa pihaknya melakukan budidaya ikan nemo dengan metode kawin silang sehingga menghasilkan sebanyak 50 varian ikan nemo.
Beragam jenis nemo yang dibesarkan oleh BPBL Ambon, ucapnya, banyak dicari para pecinta ikan hias sehingga BPBL Ambon terus melakukan inovasi pada berbagai aspek, khususnya soal teknologi perbenihan.
"BPBL Ambon terus berupaya melakukan inovasi teknologi perbenihan, untuk komoditas yang dikembangkan masyarakat karena bernilai ekonomi tinggi, juga untuk menjaga kelestarian sumber daya laut," tutur Sarwono.
Adapun proses inovasi teknologi yang dilancarkan BPBL Ambon dengan menggunakan sistem budidaya ikan secara intensif, hingga penggunaan infrastruktur yang memungkinkan untuk memanfaatkan air secara terus menerus.
"Misalnya filter fisika, fisika biologi, UV, hingga oxygen generator untuk mengontrol dan menstabilkan kondisi lingkungan ikan, mengurangi jumlah penggunaan air, dan meningkatkan tingkat hidup ikan," jelas dia.
Sarwono mengungkapkan pihaknya menyiapkan tiga ribu ekor ikan nemo dengan 9 varian, yakni gold nugget, white nugget, lightning maroon, balong, balong padang, picaso, platinum, onyx, dan biak. Ia pun berharap ribuan ekor ikan nemo yang ditebar di perairan Tidore bisa dijaga dengan baik oleh masyarakat dengan tidak melakukan penangkapan secara ilegal dan atau destruktif.
"Kita ketahui bersama Tidore ini banyak dikenal para diver dengan spot diving yang menarik. Dengan menjaga ekosistem laut Tidore dengan tetap selalu sehat, maka Tidore tetap menjadi salah satu destinasi wisata dunia," tegasnya.
Manfaat Lingkungan
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tidore Kepulauan Hamid A. Latif menyebut kegiatan restocking ikan nemo menjadi cikal bakal melimpahnya jumlah ikan karang di perairan Tidore. Bahkan, ikan tersebut bisa menjadi induk dan terus berkembang biak.
Sepaham dengan Sarwono, Hamid pun berharap masyarakat setempat jangan melakukan penangkapan secara berlebihan, ilegal, dan bersifat merusak. Ia ingin masyarakat ikut berpartisipasi terhadap kelestarian sumber daya ikan hias laut.
"Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi pelestarian ekosistem laut Tidore. Keberadaan ikan hias laut tersebut nantinya akan memberikan manfaat bagi ekosistem perairan Tidore, maupun bagi kita semua masyarakat Tidore dan tentunya pertumbuhan ekonomi," tandasnya.
Haeru menambahkan saat ini pihaknya telah berhasil menguasai budidaya berbagai komoditas ikan lokal asli Indonesia hingga ikan hias laut ekonomis tinggi. Keberhasilan produksi massal ikan nemo itu pun menjadi terobosan penting dalam melestarikan sumber daya kelautan Nusantara.
Karena itu, produksi ikan nemo berkualitas ataupun ikan-ikan endemik atau spesifik lokal lain terus menjadi prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan mengingat produksi benih massal diarahkan untuk mencukupi kebutuhan bagi pembudidaya.
"Kita juga harus melakukan kegiatan budidaya yang berperan sebagai penyangga, dan mencegah kepunahan sehingga kelestarian alam kita bisa terus terjaga," pungkas Tb Haeru Rahayu.