03 Februari 2025
15:23 WIB
KKP Fokuskan Rumput Laut Sebagai Salah Satu Komoditas Unggulan
Rumput laut menjadi satu dari lima komoditas unggulan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) selain udang, ikan nila, kepiting dan lobster
Ilustrasi. Petani memanen rumput laut di Desa Pabean Udik, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (29/5/2024). Sumber: A ntaraFoto/Dedhez Anggara
JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memfokuskan komoditas rumput laut sebagai salah satu komoditas unggulan (champion). Rumput laut menjadi bagian dari lima komoditas yang diunggulkan.
"Di KKP, khususnya di Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya sudah memilih ada lima komoditas yang menjadi unggulan. Bapak Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono selalu menyampaikan, bagaimana kita untuk bisa menjadi champions, artinya dari Pak Menteri memfokuskan lima komoditas supaya menjadi champion dan salah satunya itu adalah rumput Laut," ujar Direktur Rumput Laut Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya KKP Nono Hartanto dalam seminar daring di Jakarta, Senin (3/2).
Selain rumput laut, adapun keempat komoditas lainnya yang difokuskan menjadi komoditas unggulan yakni udang, ikan nila, kepiting dan lobster. Menurut Nono Hartanto, permintaan rumput laut sendiri di level global untuk ke depannya diproyeksikan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
"Saya mengambil data dari Seaweed Forecast dan juga Bank Dunia, permintaan rumput laut ke depan ini terus meningkat dari tahun ke tahun," katanya.
Dalam paparannya, proyeksi permintaan rumput laut tahun 2029 di mana total permintaan rumput laut dunia 40-43 juta ton. Kemudian kategori makanan siap konsumsi tetap menjadi permintaan yang terbesar, dengan kontribusi lebih dari setengah total permintaan. Serta pertumbuhan untuk kategori pakan akuakultur dan penggunaan lain menunjukkan potensi peningkatan yang cukup signifikan.
Sebagai informasi, kinerja sektor perikanan budi daya menorehkan catatan positif di tahun 2024. Program-program ekonomi biru Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono berhasil meningkatkan produksi perikanan budidaya sebesar 13,64% dari tahun sebelumnya, khususnya untuk lima komoditas unggulan ekspor di antaranya udang, rumput laut, dan nila salin.
Tahun 2024, total produksi ikan hasil budi daya mencapai 6,37 juta ton, meningkat 13,64% dari tahun sebelumnya. Sedangkan produksi rumput laut mencapai 10,80 juta ton, meningkat sebesar 10,82% dari tahun sebelumnya.
Kenaikan produksi tersebut diikuti tren positif peningkatan nilai rata-rata pendapatan pembudidaya ikan. Nilai rata-rata pendapatan pembudidaya mencapai Rp 5.136.547 atau meningkat sebesar 4,55% dari tahun sebelumnya. Nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di beberapa daerah.
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya Tb Haeru Rahayu mengatakan, kondisi ini bisa diartikan, ada pertumbuhan perekonomian. Kondisi demikian memperlihatkan upaya KKP telah melampaui dari tahun sebelumnya dalam mengimplementasikan salah satu pilar kebijakan ekonomi biru, yaitu mengembangkan budidaya air laut, tawar, payau yang berkelanjutan.
Program ekonomi biru yang diinisiasi Menteri Kelautan dan Perikanan, lanjtnya, menempatkan kepentingan ekologi sebagai panglima yaitu program modeling pada 5 komoditas unggulan ekspor sudah mulai nampak terlihat manfaatnya.
Mengembangkan Inisiatif
Sebelumnya, Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Maluku Utara, Tunas Agung Jiwa Brata di Ternate meminta agar Provinsi Maluku Utara mengembangkan inisiatif hilirisasi potensi rumput laut. Ia menilai, wilayah ini memiliki peluang besar untuk meningkatkan produksi dan hilirisasi rumput laut.
"Memang, untuk rumput laut sebagai salah satu komoditas laut yang berpotensi dikembangkan, baik secara lokal maupun global. Dengan wilayah kepulauan yang luas dan perairan yang tenang, daerah ini memiliki keunggulan geografis untuk menjadi sentra produksi rumput laut di Indonesia," ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi rumput laut di Maluku Utara terus meningkat dari tahun 2019 hingga 2023. Saat ini, Maluku Utara berada di peringkat ke-10 sebagai produsen rumput laut terbesar di Indonesia.
"Rumput laut merupakan salah satu komoditas laut yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana memperluas proyek hilirisasi rumput laut ke Maluku Utara," ucap Tunas.
Sebelumnya, proyek percontohan hilirisasi rumput laut telah berhasil dilaksanakan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Berdasarkan data KKP, Indonesia memproduksi rata-rata 9,5 juta ton rumput laut per tahun selama periode 2019-2023.
Tunas menambahkan, potensi rumput laut di Maluku Utara tidak hanya sebatas produksi mentah. Rumput laut dapat diolah menjadi berbagai produk turunan seperti bahan campuran obat, kosmetik, cat, pupuk, dan bahan dental gigi.
Selain itu, rumput laut juga dapat diolah menjadi produk makanan seperti agar-agar, tempura rumput laut (gimmari), keripik rumput laut (nori), dan sup rumput laut (miyeokguk). "Permintaan dari pasar global terhadap rumput laut terus meningkat. Negara-negara seperti Tiongkok, Uni Eropa, Amerika, Jepang, dan Rusia menjadi pasar utama ekspor Indonesia," kata Tunas.
Melihat potensi besar ini, pemerintah berkomitmen untuk mendukung melalui kebijakan dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah rumput laut di Maluku Utara. "Dengan langkah ini, diharapkan Maluku Utara mampu bersaing di pasar global dan menjadi salah satu penggerak ekonomi daerah berbasis kelautan," pungkasnya.