c

Selamat

Rabu, 24 April 2024

EKONOMI

24 Juli 2021

16:48 WIB

KKP Dorong Riset Olahan Rumput Laut Nirlimbah

Hilirisasi rumput laut menghasilkan limbah cair sebanyak 8.174.150 m3 dan limbah padat 62.506 ton per tahun.

Editor: Fin Harini

KKP Dorong Riset Olahan Rumput Laut Nirlimbah
KKP Dorong Riset Olahan Rumput Laut Nirlimbah
Petambak memanen rumput laut Glacilaria Sp di areal tambak di desa Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat, Senin (31/5/2021). ANTARAFOTO/Dedhez Anggara

JAKARTA – Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah meneliti pengolahan rumput laut tanpa limbah. Diharapkan, tanpa adanya limbah, penciptaan nilai tambah komoditas andalan Indonesia tersebut berkelanjutan. Di saat yang sama, kelestarian lingkungan juga terjaga.

“Ini semua menjadi tantangan bagi kita, para peneliti, para saintis, agar bagaimana semua jenis rumput laut yang tumbuh di Indonesia ini mampu diarahkan untuk menjadi produk-produk yang memberi kemanfaatan untuk kita semua,” ujar Kepala BRSDM Sjarief Widjaja melalui siaran pers yang diterima Sabtu (24/7).

Indonesia menjadi eksportir rumput laut terbesar dunia. Data menyebutkan, pada 2018 Indonesia menjadi pengekspor rumput laut tertinggi dunia sebesar 192,28 ton, yang didominasi jenis Eucheuma cottonii.

Indonesia masuk dalam jajaran produsen utama rumput laut dunia, menguasai lebih dari 80% supply share, utamanya untuk tujuan ekspor ke Tiongkok. Pada 2019 jumlahnya meningkat lagi menjadi 209,24 ribu ton. Produksi rumput laut di Indonesia bertambah setiap tahunnya.

Rumput laut tersebut ada yang diolah menjadi produk kosmetik, farmasi, makanan, bumbu, agar-agar, puding, jelly, dan pangan fungsional lainnya.

Upaya pengolahan tersebut, menghasilkan limbah yang cukup besar. Dari pengolahan rumput laut Gracilaria dan Cottonii dalam negeri menghasilkan limbah cair sebanyak 8.174.150 m3 dan limbah padat 62.506 ton per tahun.

Karena itu, lanjut Sjarief, harus dipikirkan cara agar bisa menghasilkan produk yang memberi kemanfaatan tinggi dan tidak menghasilkan limbah, yang akhirnya dapat menjadi masalah baru bagi industri dan lingkungan sekitarnya.

Langkah BRSDM lainnya untuk mengatasi permasalahan limbah adalah pemanfaatan menjadi produk sampingan. Hal ini juga sejalan dengan blue economy yang menjadi arah pembangunan sektor kelautan dan perikanan.

Limbah cair bisa dimanfaatkan untuk pupuk cair. Sedangkan limbah padat dapat menjadi antara lain menjadi bahan baku keramik, particle board, pupuk, dan bata ringan.

BBRP2BKP juga telah menjalin kerja sama dengan satu sebuah perusahaan di Pandaan, Jawa timur, untuk mengembangkan instalasi pengolahan limbah cair dan padat.

Hilirisasi
Sjarief menyebutkan riset yang dilakukan Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan turut mendorong hilirisasi.

“Kita bisa mengurangi ekspor rumput laut bahan mentah, kita bisa langsung mendorong terjadinya proses pengolahan rumput laut ini di Indonesia, memberikan nilai tambah sekaligus bisa menghasilkan produk samping berupa pengolahan limbah padat dan cair dari industri tersebut yang masih bisa dimanfaatkan,” pungkas Sjarief.

Sementara itu, Kepala BBRP2BKP, Hedi Indra Januar mengatakan, pemanfaatan rumput laut saat ini sudah sangat berkembang. Beberapa pemanfaatan rumput laut hasil riset BBRP2BKP di antaranya rumput laut merah jenis Eucheuma cottonii yang bisa diolah menjadi refined karaginan untuk produk pangan seperti jelly, pudding, permen jelly; agar untuk jelly dan bakto agar untuk media mikrobiologi. Selain itu, juga ATC untuk gel pengharum ruangan.

Rumput laut coklat bisa diolah untuk pangan seperti alginat untuk minuman dan bahan prebiotic. Sedangkan, untuk produk nonpangan, turunan rumput laut coklat berupa alginat sebagai bahan pengental untuk batik, dan seperti fukoidan sebagai obat herbal terstandar (OHT) untuk anti tukak lambung dan imunomodulator untuk farmasi.

Sedangkan pemanfaatan rumput laut hijau untuk pangan fungsional dari Ulva dan Caulerpa yang berkhasiat sebagai antidiabetes dan antikanker dan imunostimulan

“Rumput laut tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai biostimulan tanaman. Limbah proses ekstraksi rumput laut masih dapat digunakan sebagai bahan baku biostimulan,” imbuhnya.

Kandungan makro, mikro nutrien dan zat pemacu tumbuh seperti auksin, sitokinin dan giberelin membuat rumput laut dapat digunakan sebagai biostimulan untuk meningkatkan produksi tanaman.

“Kelebihan rumput laut dan limbahnya sebagai biostimulan adalah ramah lingkungan dan dapat menumbuh kembangkan mikroorganisme penyubur tanah,” jeas Hedi.

Sebagai informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan produksi rumput laut tahun 2021 hingga 11,55 juta ton atau meningkat 1 juta ton dibandingkan target pada 2020 yang mencapai 10,99 juta ton.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar