02 September 2021
19:10 WIB
Penulis: Zsasya Senorita
Editor: Dian Kusumo Hapsari
JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana membangun tambak udang berbasis kawasan seluas 100 hektare di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Menggandeng pemerintah daerah, pembangunan fisik tambak udang rencananya segera dimulai tahun depan.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb Haeru Rahayu mengatakan tambak udang berbasis kawasan di Kebumen akan menjadi percontohan yang nantinya dapat direplikasi di daerah lain Indonesia.
“Kita membuat modelling budidaya udang berbasis kawasan. Ini yang akan kita coba dorong terus. Alhamdulillah, tahun ini kami berkolaborasi dengan Pemkab Kebumen. Pak Bupati sudah mendukung,” ujar Tebe -sapaan Tb Haeru Rahayu- pada Bincang Bahari KKP berjudul Terobosan Kuasai Pasar Udang Dunia yang disiarkan secara daring, Kamis (2/9).
Pembangunan tambak udang berbasis kawasan di Kebumen menggunakan pertimbangan ekologi dan ekonomi. Sehingga sasarannya tidak hanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pendapatan asli daerah, tetapi juga kelestarian ekosistem.
Untuk menjamin kelestarian ekosistem ini, kata Tebe, tambak udang berbasis kawasan di Kebumen dilengkapi dengan tandon air dan instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Infrastruktur lainnya berupa water intake, saluran outlet, laboratorium, gudang pakan, bangunan pasca panen, rumah genset, rumah jaga tambak, dan jalan produksi.
“Paling pokok, tambak ramah lingkungan sesuai prinsip blue ekonomi. Tidak merusak mangrove, ada water treatment, IPAL, tandon. IPAL ini yang paling pokok, sehingga sisa proses budidaya tidak langsung dirilis ke laut, tapi ada treatment. Kita ingin tetap menjaga kondisi ekologi sesuai dengan standar,” jelasnya.
Melalui skema tambak udang berbasis kawasan pada lahan 100 hektare di Kebumen, KKP menargetkan peningkatan produksi menjadi 80 ton per hektare per tahun.
Terget tersebut, Tebe Yakini bisa dicapai sebab tambak udang berbasis kawasan menggunakan pendekatan saintifik. Di samping itu, KKP juga mengaku akan mendukung penuh dari sisi pendampingan dan permodalan.
Tambak udang tersebut merupakan implementasi program terobosan KKP untuk menggenjot produktivitas dan kontinuitas budidaya udang di Indonesia. Pasalnya, pemerintah menargetkan peningkatan produksi udang nasional menjadi 2 juta ton per tahun pada 2024, supaya Indonesia bisa menguasai pasar udang dunia.
Selain skema tambak udang berbasis kawasan, KKP memiliki terobosan lain yakni tambak udang terintegrasi dengan penggunaan lahan yang lebih luas yakni sekitar 1.000 hektare. Kemudian ada juga terobosan revitalisai tambak udang tradisional yang luasnya mencapai 5.000 hektare di seluruh Indonesia.
Revitalisasi dilakukan guna meningkatan volume produksi dari 0,6 ton per hektare menjadi ton per hektare.
“Pada 2019-2020 produksi udang nasional mencapai 856.753 ton, padahal mimpi menjadi 2 juta ton. Waktu kita tidak banyak menuju 2024, sehingga butuh terobosan-terobosan,” terangnya.
Tebe pun mengaku optimistis, pembangunan tambak udang berbasis kawasan di Kebumen akan menyerap banyak tenaga kerja, meningkatan pendapatan asli daerah (PAD), dan menambah devisa negara.
Ia menyebut bahwa setidaknya dibutuhkan 1.000 tenaga kerja lokal untuk mendukung jalannya program terobosan tambak udang berbasis kawasan di Kebumen.
“Jangan sampai kami membangun sesuatu di Kebumen tapi masyarakat hanya menjadi penonton. Ini menyalahi. Tapi kami mohon juga sama Pak Bupati untuk menyiapkan SDM yang sesuai,” tandas Tebe.
Kontinuitas
Skema tambak udang berbasis kawasan tidak hanya untuk menggenjot volume dan kualitas udang tapi juga kontinuitas kegiatan budidaya. Sebab selama ini, kegiatan budidaya di Kebumen cenderung tidak bertahan lama lantaran sejumlah faktor, di antaranya ekosistem tambak yang sudah terkontaminasi penyakit, hingga masalah permodalan.
“Tambak-tambak rakyat di Kebumen setelah kami pelajari, panen pertama untung, panen kedua untung, panen ketiga pindah. Terus begitu, sehingga perlu segera dibenahi,” ungkap Bupati Kebumen Arif Sugiyanto.
Menurut Arif, Kebumen sangat cocok menjadi lokasi tambak udang berbasis kawasan sebab didukung berbagai faktor. Mulai dari ketersediaan lahan, sumber daya manusia, hingga kondisi air pantai yang cukup bersih dan sehat.
Pihaknya menyambut antusias pembangunan tambak udang berbasis kawasan untuk peningkatan pendapatan daerah dan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar. Ia pun memastikan, lahan tempat pembangunan tambak berbasis kawasan sudah clear and clean, baik dari sisi administrasi, hukum, maupun sosial masyarakat.
“Ide dari Pak Menteri luar biasa. Insya Allah kalau konsisten dilaksanakan, target dua juta ton (2024) bisa tercapai untuk kesejahteraan,” tegasnya.
Pembangunan tambak udang berbasis kawasan di Kebumen juga disambut baik Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) Jateng Ilham Priyanto. Menurutnya, ekosistem tambak tetap sehat harus menjadi perhatian KKP dalam mengembangkan tambak berbasis kawasan agar kegiatan budidaya berjalan berkesinambungan.
Di samping itu, pengenalan lingkungan juga menjadi kunci penting sebab wilayah pantai selatan memiliki karakteristik lingkungan yang cukup unik.
“Fluktuasi suhunya di pantai selatan misalnya, bukan main. Sore bisa 33 derajat (Celcius) begitu paginya turun menjadi 26. Ini bisa memicu udang stres dan sebagainya," ungkap Ilham.
Dukungan pembangunan tambak udang berbasis kawasan di Kebumen juga datang dari Chief of Staff eFishery Chrisna Aditya. Menurutnya, pemilihan komoditas udang untuk digenjot produktivitasnya oleh pemerintah, sangat tepat sebab kebutuhan pasar dunia sangat besar.
“Market udang sangat potensial baik untuk devisa negara, lapangan kerja, maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di sejumlah daerah. Tinggal bagaimana kita bisa memaksimalkan potensi yang kita punya,” ucap Ilham.
Sementara itu, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran Yudi Nurul Ihsan menilai Indonesia bisa menjadi negara penghasil udang terbesar di dunia jika angka 2 juta ton per tahun tercapai.
Ia memberi masukan, perlu ada standardisasi di berbagai sisi untuk mencapai target peningkatan dan kualitas produksi udang nasional. Mulai dari standardisasi farming dan balai, standarisasi SDM, serta standarisasi induk, benih, dan pakan.