Indonesia dan Tiongkok menjalin kerja sama dalam rantai pasok porang. Indonesia berperan sebagai penyedia bahan baku, sedangkan Tiongkok bertanggung jawab mentransfer teknologi.
Pekerja membersihkan porang sebelum diolah menjadi tepung di pabrik Industri Kecil Menengah PT Hayumi Agro Indonesia di Gresik, Jawa Timur, Rabu (20/10/2021). Antara Foto/Zabur Karuru
JAKARTA - Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok merealisasikan kerja sama bilateral bidang ekonomi, termasuk industri. Kerja sama ini dilakukan antara Kemenperin melalui PT Agrobisnis Komoditas Indonesia (Agrasi) melalui penandatanganan MoU dengan GuangXi Huapin Agricultural Technology Co. Ltd.
Secara spesifik, kerja sama tersebut berfokus pada pengembangan rantai nilai industri porang. Melalui MoU sama juga, Agrasi sepakat untuk mengekspor serpih porang (chip) sebanyak 50 ribu ton per tahun untuk memenuhi kebutuhan GuangXi Huapin Agricultural Technology Co. Ltd.
Penandatanganan MoU kedua belah pihak disaksikan langsung oleh Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardka dan Wakil Walikota Guigang Nong Zhuosong di Jakarta beberapa waktu lalu.
"Kerja sama antara Agrasi dan Huapin ini tidak hanya terkait penjualan serpih porang, namun kedua belah pihak berkomitmen untuk melakukan pengembangan rantai pasok dan industri hilir porang di Indonesia," ucap Putu dalam keterangan resmi, Jakarta, Sabtu (30/11).
Baca Juga: Kemenperin Kembangkan Hilirisasi Komoditi Spirulina dan Porang
Di tahap awal kerja sama ini, Putu menyampaikan, sebanyak 21 Industri Kecil dan Menengah (IKM) telah mendapatkan bantuan berupa fasilitas produksi, seperti mesin pengering serpih porang.
"Targetnya, di tahun 2028 akan terlaksana transfer teknologi dan produksi tepung glukomanan, sesuai spesifikasi industri di Indonesia," imbuh Putu.
Sebelumnya, pada 4 Januari 2024, kedua belah pihak juga telah menandatangani kontrak kerja sama dalam proses jual-beli serpih porang selama 2024-2030 sebanyak 25 ribu ton per tahun. Selanjutnya, pada 26 November, terjadi kesepakatan lagi untuk peningkatan jual-beli dari 25 ribu ton menjadi 50 ribu ton per tahun.
"Peningkatan jumlah ekspor serpih porang ini juga diiringi fasilitasi mesin pengering ber-TKDN yang akan digunakan oleh para pelaku IKM di sentra produksi porang," lanjutnya.
Putu berharap, dengan adanya kerja sama Agrasi dan Huapin di sektor porang, maka dapat menjaga stabilitas harga bahan baku porang secara
contract farming di kisaran Rp4.000-4.500 per kg.
Baca Juga: Bersiap Menyokong Porang
Putu menilai, stabilitas harga porang penting untuk menjaga motivasi petani dalam menanam porang, sehingga pasokan bahan baku dapat terpenuhi secara berkesinambungan.
Lebih lanjut, dalam kerja sama Agrasi dan Huapin, juga terjalin komitmen untuk melakukan injeksi teknologi di daerah sumber bahan baku porang. Selain itu, kedua belah pihak juga berkomitmen untuk meningkatkan penguasaan teknologi pengolahan porang SDM lokal melalui pelatih-pelatihan.
"Harapannya pada tahun 2030, terbangun industri pemurnian glukomanan 95% di Indonesia dan Indonesia menjadi salah satu pionir utama industri glukomanan global," terang Putu.
Wakil Walikota Guigang, Nong Zhuosong turut menyatakan dukungannya terhadap kerja sama Indonesia-Tiongkok ini, yang diharapkan ke depannya Guigang dapat menjadi Pusat Industri Konjak.