05 Mei 2023
20:00 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA – Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Edy Mahmud menyampaikan, keputusan pemerintah mencabut kebijakan PPKM pada akhir 2022 berperan besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini.
Pada gilirannya, keputusan tersebut secara langsung berhasil mendukung penyelenggaraan beragam kegiatan atau acara berskala nasional maupun internasional di Tanah Air.
"Kegiatan nasional maupun internasional semacam acara hiburan, olahraga, dan pemerintahan berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) melalui beberapa lapangan usaha," ujarnya dalam rilis resmi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I/2023, Jakarta, Jumat (5/5).
Ia menyebutkan, lapangan usaha seperti transportasi, event organizer, agen perjalanan, penyediaan akomodasi dan makan minum, jasa hiburan/rekreasi dan sejenisnya mengalami peningkatan pendapatan dari sisi bisnis.
Ia menyebutkan, sektor transportasi dan pergudangan mampu tumbuh 15,93% dibanding periode sama tahun sebelumnya (yoy) pada kuartal I/2023. Sektor ini berkontribusi terhadap PDB sebesar 5,56% dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi lapangan usaha sebesar 0,64%.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I/2023 Berhasil Tembus 5,03%
Kedua, sektor akomodasi dan makan minum tumbuh 11,55% (yoy) dengan distribusi terhadap PDB sebesar 2,46%. Ketiga, sektor jasa lainnya juga mampu tumbuh 8,9% (yoy) dengan distribusi 1,91%.
Secara umum, berakhirnya PPKM berdampak positif pada mobilitas penduduk yang semakin tinggi setelahnya. Mobilitas ini terlihat dari jumlah penumpang di seluruh moda transportasi mengalami peningkatan.
Seperti angkutan rel naik 69,37%; disusul angkutan laut 13,30%; dan angkutan udara 58,18% (yoy). Kemudian, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara juga ikut naik impresif hingga 5 kali lipat, tepatnya sebesar 508,87% (yoy).
Pergerakan turis juga berhasil meningkatkan rata-rata Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel sebesar 3,62 persen poin (yoy).
“(Karena itu) penyelenggaraan beberapa acara nasional dan internasional, serta peningkatan mobilitas masyarakat mendorong peningkatan aktivitas ekonomi,” sebut Edy dalam pemaparannya.
Efek Ramadan-Lebaran Tertunda
Pada kesempatan yang sama, Edy juga menjelaskan, efek Ramadan kepada pertumbuhan ekonomi belum pada puncaknya di kuartal I/2023. Pasalnya, bulan puasa yang jatuh pada Kamis (23/3), hanya berefek minimal pada perhitungan pertumbuhan ekonomi yang selesai dihitung pada Jumat (31/3).
“Meski demikian, awal Ramadan yang terjadi pada Maret dapat mendorong peningkatan permintaan rumah tangga utamanya Makanan dan Minuman pada bulan Maret,” terangnya.
Karenanya, peluang ekonomi HBKN Ramadan hingga Idulfitri yang efektif terjadi selama April 2023 baru akan berefek di kuartal selanjutnya. “Efek Ramadan, lebaran dan mudik secara signifikan baru akan terlihat mungkin nanti ketika kita menghitung pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2023,” sebutnya.