23 Februari 2024
08:39 WIB
Penulis: Erlinda Puspita
JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan jika harga beras di Indonesia sulit untuk turun seperti beberapa tahun lalu. Alasannya, terjadi kenaikan hampir di seluruh input produksi, bahkan kenaikan harga beras juga terjadi di banyak negara.
“Variabel cost (beras) sudah mengalami kenaikan, mulai dari pupuk, harian orang kerja, BBM, dan unsur produksi lainnya. Ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Lihat saja harga beras di luar negeri sudah menyentuh US$650-670 per metric ton. Jadi agak sulit untuk mengatakan harga beras nanti akan turun seperti 2-3 tahun lalu. Tapi yang terpenting adalah ketersediaan stok secured terlebih dahulu,” tutur Arief dalam keterangannya, Kamis (22/2).
Menyiasati kenaikan harga beras tersebut, Arief mengaku saat ini akan lebih fokus dalam penyerapan beras nasional dengan menggandeng BUMN pangan saat menyambut panen raya. Berdasarkan perkiraan Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret mendatang produksi beras bisa mencapai 3,51 juta ton dengan luas panen 1,15 juta hektare.
Arief pun menyatakan, ketika produksi mulai naik, maka pihaknya akan berupaya menjaga harga beras tidak jatuh terlalu dalam. Sehingga keseimbangan hulu dan hilir akan terus diupayakan.
“Fokus kita dalam menghadapi panen nanti adalah bagaimana tetap menjaga harga di tingkat petani agar tidak jatuh. Harga beras hari ini tentu karena Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) saat ini sangat baik, di angka 116,16,” imbuhnya.
Kepala Bapanas juga melaporkan jika stok beras secara nasional per 19 Februari 2024 saat in ada 1,4 juta ton yang dikelola Bulog. Realisasi penyerapan beras nasional dari produksi lokal mencapai 107 ribu ton. Sedangkan untuk stok Cadangan Beras Pemerintah Daerah (CBPP) hingga minggu kedua Februari, total sebanyak 7,5 ribu ton.
Selain itu, untuk realisasi program intervensi seperti program Stabilisasi Pasokan dan Harga Beras (SPHP) ke tingkat konsumen per 17 Februari telah mencapai 264 ribu ton dalam 2 bulan ini menurut Arief.
Sementara untuk program Gerakan Pangan Murah (GPM) di berbagai daerah selama Januari telah terlaksana sebanyak 429 kali di seluruh provinsi dan kabupaten/kota. Sedangkan di Februari ini, GPM ditargetkan sebanyak 315 kali dan akan terus diperbanyak sesuai kolaborasi bersama pemerintah daerah.
Lebih lanjut, terkait penyaluran bantuan pangan (banpang), Arief juga menyatakan jika adanya banpang yang telah disalurkan sejak awal 2023 tidak akan menyebabkan ketersediaan beras di masyarakat semakin menipis.
“Justru dengan banpang beras, bisa mengurangi demand terhadap beras, karena 22 juta KPM masyarakat mendapatkan beras secara gratis. Pada saat yang sama, pemerintah pun masih terus menggelontorkan stok CBP ke pasaran melalui program intervensi lainnya,” jelas Arief.
Bahkan ia menyebutkan jika banpang yang disalurkan kepada 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM) tersebut sama saja memberikan banpang pada 89 juta orang, atau sekitar sepertiga rakyat Indonesia diberikan beras gratis oleh pemerintah.
“Jadi tidak benar bahwa penyaluran banpang ini malah akan dapat sebabkan keterbatasan beras di pasar. Pemerintah komitmen menggencarkan melalui berbagai program demi ketersediaan stok pangan strategis di masyarakat. Kita sama-sama nantikan produksi beras nasional yang terus di akselerasi oleh teman-teman di Kementerian Pertanian,” pungkas Arief.