05 November 2021
08:40 WIB
Penulis: Zsasya Senorita
Editor: Dian Kusumo Hapsari
JAKARTA – Kementerian ESDM Republik Indonesia dan International Renewable Energy Agency (IRENA) sepakat membangun kemitraan yang lebih intensif dalam identifikasi serta penerapan peta jalan dekarbonisasi atau pengurangan emisi.
Kesepakatan ini dituangkan dalam perjanjian kerja sama yang ditandatangani Menteri ESDM, Arifin Tasrif bersama Director General IRENA, Francesco La Camera, di sela agenda COP26 di Glasgow hari ini (4/11).
Arifin meyakini, kerja sama tersebut akan semakin menguatkan target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) nasional dan mendukung Presidensi G20 Indonesia pada 2022.
“Kami membutuhkan dukungan dari negara lain dan organisasi internasional dengan keahlian seperti IRENA, untuk mempersiapkan transisi energi Indonesia,” ujar Arifin melalui keterangan resminya.
Sebagaimana diketahui, pertama kali dalam sejarah, Indonesia memegang Presidensi G20 periode 2022, yang diserahkan secara resmi oleh Perdana Menteri Italia, Mario Draghi kepada Presiden Joko Widodo pada KTT G20 di Roma, Italia, Minggu (31/10) silam. Pertumbuhan yang inklusif, people-centered, serta ramah lingkungan dan berkelanjutan menjadi komitmen utama kepemimpinan Indonesia di G20.
Forum kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia itu, sepakat untuk menghentikan pendanaan batu bara luar negeri pada akhir tahun ini dan mengakui peran penetapan harga karbon.
Indonesia telah berjanji mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 29% pada 2030, serta menetapkan target net zero emission pada 2060 atau lebih cepat dengan dukungan internasional. Namun, Arifin menyatakan bahwa ada banyak hal yang harus dilakukan di dalam negeri dalam hal kebijakan, teknologi, dan aliran keuangan.
Director General IRENA, Francesco La Camera menyebutkan, berdasarkan laporan Outlook Transisi Energi Dunia IRENA yang dirilis awal tahun ini, sebagian besar pengurangan emisi diperlukan dekade ini dan dapat dicapai melalui perpaduan teknologi yang ada.
“Indonesia adalah pemain kunci dalam mencapai target penurunan emisi dan kami berharap dapat bekerja sama untuk mengidentifikasi peta jalan nasional yang memberikan pertumbuhan ekonomi sekaligus menjawab tantangan perubahan iklim,” kata Francesco.
Ia mengatakan ekonomi global utama dunia memiliki peran penting dalam mewujudkan ambisi nol emisi global dan rencana jangka pendeknya dalam penggunaan teknologi energi terbarukan yang ada. Namun, pihaknya turut mengakui bahwa transisi energi bukan hal yang mudah, sehingga membuat para pemangku kepentingan menghadapi beragam pilihan yang kompleks.
Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani ini, IRENA akan menyiapkan peta jalan transisi energi yang komprehensif dan mengidentifikasi tindakan kebijakan utama. Kemudian menyiapkan solusi teknologi dan program pengembangan industri untuk mencapai target energi terbarukan jangka menengah dan panjang, serta tujuan dekarbonisasi di Indonesia.
Kerja sama dimaksud juga mencakup penilaian manfaat sosial ekonomi dari transisi energi dengan penekanan pada pembentukan rantai nilai baru, penciptaan, dan peningkatan lapangan kerja.
Indonesia adalah konsumen energi terbesar di kawasan ASEAN, dimana penggunaan energinya hampir 40% dari total penggunaan energi di wilayah ini. Dengan potensi sumber energi surya, panas bumi, dan tenaga air yang signifikan serta industri bioenergi yang kuat, Indonesia berada di posisi yang tepat untuk berkembang dalam sistem energi rendah karbon.
Indonesia telah menetapkan target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% dalam bauran energi nasional pada 2025 dan berencana untuk tidak membangun pembangkit listrik tenaga batu bara baru setelah 2030, kecuali jika telah dikontrak atau sedang dibangun.
Di bawah kemitraan ini, IRENA dan Indonesia akan bekerja sama pada peta jalan yang lebih ambisius, sejalan dengan tujuan Paris Agreement untuk ekonomi global bersih pada 2050.
IRENA juga akan memfasilitasi akses ke pembiayaan iklim dan investasi dalam energi terbarukan, melalui diskusi dan dialog tentang investasi yang tidak berisiko, pengembangan jaringan proyek, serta dukungan untuk persiapan proyek. Termasuk melalui koalisi untuk akses energi berkelanjutan dan inisiatif platform investasi iklim.