25 Februari 2025
08:00 WIB
Kementerian ESDM Bidik Investasi Hilirisasi Tembus US$618 Miliar Hingga 2040
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, hilirisasi komoditas mineral dan batu bara (minerba) menjadi instrumen penting bagi Indonesia
Penulis: Yoseph Krishna
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung dalam Rapat Kerja dengan Komite II DPD RI di Kompleks Senayan, Jakarta, Senin (24/2/2025). (ANTARA/Putu Indah Savitri)
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan, investasi dalam program hilirisasi sektor energi dan sumber daya mineral dapat menembus angka US$618 miliar atau Rp10.079,58 triliun (kurs Rp16.310) hingga 2040.
“Kami mengharapkan akan terjadi investasi sekitar US$618 miliar,” ucap Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung dalam Rapat Kerja dengan Komite II DPD RI di Kompleks Senayan, Jakarta, Senin (24/2).
Investasi tersebut nantinya akan berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia senilai US$235,9 miliar (Rp3.847,53 triliun). Selain itu, hilirisasi sektor energi dan sumber daya juga ditargetkan akan berkontribusi pada ekspor senilai US$857,9 miliar (Rp13.992,35 triliun).
“Di mana sekitar 80% untuk hilirisasi ini adalah berasal dari mineral dan batu bara, dan juga sekitar 10% itu dari migas,” ucap Yuliot.
Di luar kedua sektor tersebut, akan ada kontribusi dari sektor perkebunan, kelautan, perikanan, kehutanan, dan lain-lain. “Jadi, kami mengharapkan seluruh program hilirisasi ini juga akan mendorong peningkatan nilai tambah di dalam negeri,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, hilirisasi komoditas mineral dan batu bara (minerba) menjadi instrumen penting bagi Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% per tahun.
Sesuai Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis, kata Bahlil, pemerintah memproyeksikan total investasi mencapai US$618 miliar yang akan dialokasikan untuk 28 komoditas hilirisasi.
Sekitar 91% dari besaran investasi tersebut terkonsentrasi di sektor ESDM, terutama untuk komoditas minerba serta minyak dan gas bumi (migas).
Untuk diketahui, Indonesia memiliki potensi sejumlah komoditas minerba yang cukup besar di dunia. Untuk nikel, Indonesia bahkan menduduki posisi nomor 1 dunia dengan menguasai 42% cadangan global.
Untuk bauksit, RI menempati posisi nomor 4 dunia dengan penguasaan cadangan 9,8% global. Lalu, tembaga di nomor 9 dunia dengan menguasai 2% cadangan global, emas nomor 4 dunia dengan cadangan 5,8% global, timah nomor 1 dunia dengan cadangan 34,47% dunia, dan batu bara nomor 6 dunia dengan penguasaan 3% global.
Investasi Danantara
Dalam sambutan saat peluncuran Danantara, Presiden Prabowo Subianto mengatakan, Danantara sebagai dana kekayaan negara atau sovereign wealth fund Indonesia itu, akan mengelola aset senilai lebih dari US$900 miliar atau sekitar Rp14.680 triliun (kurs Rp16.310), dengan proyeksi dana awal mencapai US$20 miliar.
Prabowo memaparkan, gelombang pertama investasi senilai US$20 miliar akan diprioritaskan untuk 20 proyek strategis. Di antaranya, hilirisasi nikel, bauksit, tembaga, pembangunan pusat data, kecerdasan buatan, kilang minyak, pabrik petrokimia, produksi pangan dan protein, akuakultur, serta energi terbarukan. Melalui Danantara, Presiden berharap terjalinnya kemitraan strategis antara BUMN, swasta hingga UMKM dalam proyek infrastruktur, energi terbarukan, dan pendidikan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudistira mengatakan, dengan permodalan yang lebih kuat, badan pengelola investasi Danantara bisa membantu pemerintah lebih cepat merealisasikan hilirisasi dan transisi energi yang selama ini sulit dilakukan.
Dengan mengkonsolidasikan sumber daya strategis nasional dan mengoptimalkan pengelolaan aset BUMN, Danantara akan menjadi katalis bagi industrialisasi berbasis nilai tambah, memastikan bahwa kekayaan alam negeri ini tidak lagi diekspor mentah, tetapi diolah dan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
"Danantara bisa menjadi harapan untuk mempercepat realisasi proyek-proyek dari transisi energi," ucap Bhima.