c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

15 Maret 2022

18:48 WIB

Kemenperin Bidik Potensi Ekspor Dari Konflik Rusia-Ukraina

Kemenperin menyatakan telah memetakan produk-produk apa saja yang bisa diekspor oleh Indonesia, untuk mengisi kekosongan produk dari Rusia

Kemenperin Bidik Potensi Ekspor Dari Konflik Rusia-Ukraina
Kemenperin Bidik Potensi Ekspor Dari Konflik Rusia-Ukraina
Warga sipil berlatih melempar bom molotov menyikapi invasi Rusia ke Ukraina terus berlanjut, di Zhytomyr, Ukraina, Selasa (1/3). Antara/Reuters/Viacheslav Ratynskyi

JAKARTA – Kementerian Perindustrian menilai, Indonesia harus jeli dalam membidik potensi yang timbul dari konflik antara Rusia dan Ukraina. Adanya larangan impor sejumlah produk dari Rusia bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk mendorong produknya ke pasar yang ‘ditinggalkan’ Rusia.

"Di setiap masalah itu kita harus jeli untuk melihat potensinya. Kita melihat, ekspor produk-produk dari Rusia, dari Ukraina, dan Belarusia kepada negara-negara di dunia, terhalang akibat embargo. Sanksi tersebut, justru menjadi potensi bagi produk-produk Indonesia untuk bisa mengisi," ucap Agus di Jakarta, Selasa (15/3) seperti dilansir Antara.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengaku, pihaknya kini telah memetakan produk-produk apa saja yang bisa diekspor oleh Indonesia, untuk mengisi kekosongan produk dari Rusia
 
"Ini sudah kami petakan produk-produk mana saja yang bisa kita isi," ucapnya.
 
Selain itu, lanjut dia, terdapat potensi lain yang bisa dibidik Indonesia dari konflik Rusia dan Ukraina. Salah satinya, adanya rencana pemindahan atau relokasi unit bisnis dari Rusia yang dilakukan perusahaan multinasional.
 
"Perusahaan-perusahaan multinasional, khususnya yang berbasis negara-negara Barat itu mereka sedang mencari tempat lain, relokasi. Ini tantangan bagi kita, suatu potensi bagi kita untuk bisa menarik mereka keluar dari Rusia dan masuk ke Indonesia," ucap Agus.
 
Dalam kesempatan itu, Agus menyampaikan, dampak langsung dari adanya konflik antara Rusia dan Ukraina terhadap Indonesia tidak terlalu signifikan. Indonesia, kata dia, telah menyiapkan berbagai langkah mitigasi untuk meminimalisir berbagai dampak yang timbul dari konflik tersebut.
 
"Memang dampak langsung dari konflik antara Rusia dan Ukraina ini tidak terlalu besar. Semuanya bisa kita mitigasi, baik itu impor bahan baku, gandum, sebagian dari logam, dan juga ekspor kita di sana juga bisa kita mencari alternatif pasarnya," tuturnya.

Seperti diketahui, banyak pabrikan mobil dan truk global, termasuk perusahaan AS General Motors Co dan Daimler Truck Jerman, menangguhkan beberapa bisnis di Rusia setelah invasi negara itu ke Ukraina. Raksasa energi BP Plc, investor asing terbesar Rusia-, menurut laporan Reuters sudah mengumumkan mereka meninggalkan 20% sahamnya di Rosneft yang dikendalikan negara dengan biaya hingga US$25 miliar.


Seorang perempuan Ukraina tinggal di Turki berpartisipasi dalam protes terhadap operasi militer Rusi a di Ukraina, di Istanbul, Turki, Sabtu (26/2/2022). Antara/ Reuters/Murad Sezer 


Senada, Daimler Truck mengatakan akan membekukan kegiatan bisnisnya di Rusia dengan segera. Termasuk kerjasama dengan pembuat truk Rusia Kamaz, yang 47% dimiliki oleh konglomerat negara Rusia Rostec.

Mercedes-Benz Group juga mencari opsi hukum untuk melepaskan 15% sahamnya di Kamaz secepat mungkin. Seorang juru bicara Mercedes mengatakan kegiatan bisnis harus dievaluasi ulang merujuk peristiwa terkini.

Volkswagen, yang menggandakan laba operasinya pada tahun 2021, juga memperingatkan, invasi Rusia ke Ukraina dan dampaknya terhadap rantai pasokan dapat menghantam bisnis tahun ini dengan cara yang tidak terduga.
 
Dikutip dari Reuters, pembuat mobil berebut untuk menemukan sumber alternatif suku cadang penting yang dibuat di Ukraina, termasuk kabel, dari China dan Meksiko. Ini karena invasi Rusia menghentikan jalur perakitan dan memutus rantai pasokan yang kompleks.
 
"Konflik ... berdampak pada seluruh ekonomi global, pada bahan mentah, pada rantai pasokan, dan oleh karena itu pada perusahaan kami," kata kepala keuangan Volkswagen Arno Antlitz beberapa waktu lalu.

Ia bilang, pihaknya saat ini sedang bekerja untuk menyadap pemasok lain di Eropa Timur dan Afrika Utara untuk mendapatkan kabel bodi (wire harness).
 
Krisis Pangan
Di sisi lain, miliarder pupuk dan batu bara Rusia Andrei Melnichenko, Senin (14/3) menyebut, sekarang, krisis pangan global membayangi, kecuali perang di Ukraina dihentikan.

“Harga pupuk melonjak begitu cepat sehingga banyak petani tidak mampu lagi membeli nutrisi tanah,” ucapnya. 

Beberapa pengusaha terkaya Rusia secara terbuka menyerukan perdamaian sejak Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi pada 24 Februari, termasuk Mikhail Fridman, Pyotr Aven dan Oleg Deripaska. Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa telah menganggap invasi Putin sebagai perampasan tanah bergaya kekaisaran.
 
Mereka telah memberikan sanksi kepada pengusaha Rusia - termasuk sanksi Uni Eropa terhadap Melnichenko.

"Peristiwa di Ukraina benar-benar tragis. Kami sangat membutuhkan perdamaian," kata Melnichenko.

"Salah satu korban krisis ini adalah pertanian dan pangan," kata pria 50 tahun, yang berkebangsaan Rusia tetapi lahir di Belarus dan memiliki ibu asal Ukraina.

Melnichenko adalah pendiri EuroChem, salah satu produsen pupuk terbesar Rusia, yang pindah ke Zug, Swiss, pada tahun 2015. Ia juga memiliki SUEK, produsen batu bara utama Rusia.
 
Vladimir Putin sendiri mengatakan, harga pangan akan naik secara global karena melonjaknya harga pupuk. Terutama jika Barat menciptakan masalah bagi ekspor pupuk Rusia yang berkontribusi terhadap 13% produksi dunia.
 
Rusia adalah produsen utama pupuk yang mengandung kalium, fosfat, dan nitrogen, nutrisi tanaman dan tanah utama. EuroChem yang memproduksi nitrogen, fosfat, dan kalium, mengklaim, mereka adalah salah satu dari lima perusahaan pupuk terbesar di dunia.
 
"Kondisi ini akan menyebabkan inflasi pangan yang lebih tinggi di Eropa dan kemungkinan kekurangan pangan di negara-negara termiskin di dunia," kata Melnichenko.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar