25 April 2022
16:28 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
BANDUNG – Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM terus menggencarkan implementasi kewajiban 30% penyediaan ruang bagi promosi UMKM di area infrastruktur publik.
Setelah di Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Riau, kali ini Kementerian Koperasi dan UKM merilis kehadiran Food Hall Mini di Stasiun KA Bandung, Jawa Barat. Kehadiran Food Hall Mini tersebut ditengarai sebagai bentuk keberpihakan pemerintah untuk memfasilitasi usaha mikro dalam menjual produk mereka.
"Kami hadir untuk memberi perlindungan dan fasilitasi usaha mikro pada area infrastruktur publik agar kegiatan berusaha di area tersebut tidak dikuasai pangsa pasar brand besar," ujar Deputi Bidang Usaha Mikro KemenkopUKM Eddy Satriya dalam siaran pers dari Bandung, Jawa Barat, Senin (25/4).
Eddy menuturkan kemudahan akses promosi bagi usaha mikro pada area strategis infrastruktur publik, seperti stasiun, bandara, hingga terminal harus mendapat dukungan penuh dari seluruh pihak terkait, mulai dari pemerintah hingga swasta.
Selain itu, pengembangan sarana promosi yang mudah diakses dan dimanfaatkan para pelaku usaha mikro sebagai produsen yang dekat dengan buyer atau konsumen menjadi terobosan penting.
Pasalnya, Eddy meyakini salah satu problema bagi usaha mikro ialah terbatasnya sarana promosi bagi produk yang mereka hasilkan.
"Hal ini juga menjadi amanat implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM," kata dia.
Food Hall Mini bertajuk 'Olah-Oleh Umi' di Stasiun KA Bandung sendiri digelar mulai 21-27 April 2022. Tak kurang dari 30 tenant yang berasal dari kalangan usaha mikro, khususnya dari sektor kuliner dan kerajinan, mendapat fasilitasi untuk mengisi booth yang disediakan di sana.
Acara tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan Dekranasda Provinsi Jawa Barat, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jawa Barat, PT Kereta Api Indonesia (KAI), serta platform digital Gojek dan Tokopedia. Pelaku usaha mikro yang mengisi booth dalam Food Hall Mini itu sebelumnya juga telah melalui proses kurasi.
Pada kesempatan itu, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan Kamil mengatakan ruang promosi produk di area publik memegang peranan penting dalam keberlangsungan bisnis para pelaku UMKM.
"Selain untuk mendorong UMKM berdaya saing tinggi, tentu agar UMKM bisa lebih percaya diri dan membuka pasar yang lebih luas," tutur Atalia.
Untuk itu, Atalia pun menyambut hangat kehadiran Foodhall Mini Olah-Oleh Umi di Stasiun KA Bandung. Hal itu tak lepas dari kerinduan masyarakat terhadap Bazaar Ramadan yang kerap diadakan di berbagai titik Ibu Kota Jawa Barat.
Adanya Foodhall Mini Olah-Oleh Umi, lanjut Atalia, akan menemani antusias masyarakat yang merayakan lebaran di kampung halaman masing-masing melalui Stasiun KA Bandung, seiring dengan upaya pemberdayaan UKM setempat yang terdampak pandemi.
"Pandemi sudah melandai dan momentum Foodhall Mini Olah-Oleh Umi pas untuk mengobati kerinduan masyarakat terhadap Bazaar Ramadhan," ulasnya.
Langkah Strategis
Lebih lanjut, Eddy Satriya membeberkan sejumlah langkah strategis yang disusun KemenkopUKM antara lain menyinergikan program kemudahan usaha promosi di area infrastruktur publik dengan pemilik lahan, hingga menyediakan ruang display promosi produk bagi pelaku usaha mikro.
Tak hanya itu, KemenkopUKM pun secara kontinyu menyediakan ruang pameran bagi produk usaha mikro, sistem digitalisasi pembayaran, hingga mendekatkan buyer dengan para pelaku usaha. Eddy meyakini fasilitasi usaha mikro di infrastruktur publik menjadi salah satu langkah percepatan digitalisasi usaha.
"Dikarenakan pelaku usaha mikro yang difasilitasi, kita dorong untuk onboarding ke dalam ekosistem digital," jelasnya.
Apalagi, Provinsi Jawa Barat telah mencatatkan peningkatan transaksi elektronik. Dari sekitar 4,54 juta pelaku UMKM di Jawa Barat, setidaknya 26,2% sudah aktif menggunakan e-commerce. Dengan demikian, peningkatan transaksi elektronik terbukti berhasil mengungkit jumlah UMKM terdigitalisasi.
"Sedangkan secara nasional, iDEA mencatat sudah ada 17,9 juta UMKM yang masuk ke ekosistem digital, naik 9,9 juta atau 124% jika dibandingkan sebelum pandemi," pungkas Eddy Satriya.