c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

11 November 2021

20:08 WIB

Kemendag Target Ekspor Fesyen Muslim Melonjak 10 Kali Lipat di 2024

Dengan mengintensifkan pasar domestik, pemerintah upayakan geber ekspor fesyen muslim ke dunia

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

Kemendag Target Ekspor Fesyen Muslim Melonjak 10 Kali Lipat di 2024
Kemendag Target Ekspor Fesyen Muslim Melonjak 10 Kali Lipat di 2024
Model memperagakan busana muslim pada pergelaran Fashion Show Aceh Sharia Festival 2021 secara virtual di Banda Aceh, Aceh, Sabtu (7/8/2021). ANTARAFOTO/Ampelsa

JAKARTA – Kementerian Perdagangan bertekad meningkatkan ekspor fesyen muslim nasional hingga 10 kali lipat dalam empat tahun mendatang. Hal itu dilakukan untuk memenuhi visi Indonesia jadi pusat halal dan fesyen muslim dunia pada 2024. 

Mendag Muhammad Lutfi menjabarkan, pada 2020 Indonesia menempati peringkat kelima sebagai pangsa pasar fesyen syari dunia senilai US$16 miliar. Adapun di saat bersamaan, Indonesia hanya mampu mengekspor fesyen syari berkisar US$500 juta. Jumlah itu hanya sekitar 4,54% dari ekspor garmen nasional yang mencapai US$11 miliar. 

"Jadi, ini jumlahnya sangat kecil, ini yang harus kita ekstensifikasi. Kekuatan pasar (fesyen muslim) Indonesia, mestinya bisa menciptakan industri yang bagus dan untuk ekspor," jelasnya dalam konpers virtual 'Kick off Embracing Jakarta Muslim Fashion Week', Jakarta, Kamis (11/11).

Dirinya pun menilai, nilai pasar komoditas terkait juga masih bisa jauh lebih besar lagi daripada saat ini. Apalagi, Indonesia dianugerahi oleh penduduk muslim yang begitu dominan dibanding negara lain. 

Sebagai gambaran, lanjut Mendag, Iran yang hanya memiliki penduduk sekitar 110 juta orang, bisa memiliki pasar fesyen muslim US$53 miliar. Hal ini juga yang otomatis menempatkan Iran sebagai market share utama fesyen muslim dunia. 

Karena itu, peningkatan pasar fesyen muslim di Indonesia, begitu strategis terus diinisiasi pemerintah untuk menjadi kekuatan dan pilar ekonomi nasional ke depan. 

"Jadi ekspor kita mestinya yang dari hanya US$500 juta bisa (melonjak) 10 kali lipat dalam empat tahun, mestinya bisa kita dapatkan. Ini parameter pasar yang harus kita kerjakan bersama," jelasnya. 

Menurut The State of Global Islamic Economic 2020/21, pasar fesyen muslim dunia dipegang oleh Iran (US$53 miliar), Turki (US$28 miliar), Arab Saudi (US$21 miliar), Pakistan (US$20 miliar), dan Indonesia (US$16 miliar). 

Sementara, negara eksportir fesyen muslim ke negara OKI dipegang oleh China (US$11,5 miliar), Turki (US$3 miliar), India (US$2,8 miliar), UEA (US$1,5 miliar), dan Bangladesh (US$1,4 miliar). 

Sejauh ini, Mendag Lutfi mengidentifikasi persoalan industri fesyen nasional adalah pengorganisasian ekosistem yang belum baik. Meski secara keseluruhan, pengguna fesyen muslim sudah menjadi yang utama. 

Untuk itu, pemerintah sebagai agregator industri akan mencoba mengumpulkan semua sektor di aspek produksi, dipadukan dengan sektor permintaannya dengan menggaet asosiasi, pengusaha dan produsen. 

Lebih jauh, optimalisasi di sektor fesyen bisa disandingkan dengan sektor kosmetik dan perhiasan dengan kondisi yang sama. 

Pada 2020, Indonesia berhasil mengekspor komoditas perhiasan hingga US$8,22 miliar atau tumbuh 24,21% (yoy), dan masuk ekspor nonmigas urutan kelima. 

"Mudah-mudahan kosmetik di masa depan bisa jalan (positif). Kalau kosmetik bisa masuk top 10 (ekspor) dengan penjualan lebih dari US$5 miliar, ini sesuatu yang sangat baik karena struktur kosmetik begitu lucrative sekali," pungkasnya.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar