07 September 2021
15:00 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Dian Kusumo Hapsari
SYDNEY – ITPC Sydney berkolaborasi dengan University Technology of Sydney (UTS) untuk mempromosikan produk Indonesia menggunakan konsep naratif atau storytelling, dalam 'program Indonesia Design Studio'. Program ini bertujuan memperkenalkan hubungan ekonomi dan bisnis antara Indonesia-Australia.
Direktur Perundingan Bilateral Kemendag Ni Made Ayu Marthini menjelaskan, Peluang kolaborasi Indonesia dengan Australia semakin terbuka lebar. Ini erat kaitannya dengan implementasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA)
"IA-CEPA telah membuka kesempatan kedua negara dalam meningkatkan hubungan ekonomi. Apalagi Indonesia dan Australia merupakan negara bertetangga yang saling membutuhkan,” ujarnya dalam pers rilis, Jakarta, Selasa (7/9).
Seperti diketahui, dalam kesepakatan IA-CEPA mencakup; pengembangan kapasitas SDM, perdagangan barang-jasa, mendorong investasi, hingga kolaborasi economic powerhouse.
Informasi tambahan juga, program Indonesia Design Studio sekaligus merupakan mata kuliah di UTS yang telah berjalan sejak penandatanganan nota kesepahaman (MoU), antara Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi dan Wakil Rektor UTS pada 15 Juni 2021.
Kepala ITPC Sydney Ayu Siti Maryam mengatakan, program Indonesia Design Studio mewajibkan mahasiswa UTS untuk magang di kantor ITPC Sydney. Salah satu tugas wajib mahasiswa yaitu mempromosikan produk Indonesia melalui penulisan cerita.
Jadi, ITPC Sydney menggandeng jurnalis senior majalah Tempo English News Magazine dan kontributor aktif di the festival Ubud Writers and Readers untuk memberikan loka karya penulisan kepada para mahasiswa.
Selain itu, mahasiswa juga diminta untuk memberikan masukan terkait galeri produk Indonesia di kantor ITPC Sydney. Program ini pun, lanjut Ayu, juga telah menghadirkan sejumlah narasumber terkemuka di setiap sesinya,
Ayu mengungkapkan, produk-produk Indonesia yang dikenalkan sejalan dengan visi dan misi sebagian besar penduduk Australia. Produk-produk tersebut mengusung topik berkelanjutan dan memberdayakan perempuan.
"Sehingga, melalui gaya menulis dengan bercerita, promosi produk indonesia diharapkan menjadi lebih menarik dan menyentuh emosi. Hal itu akan membuat penduduk Australia tergerak untuk membeli produk Indonesia,” tutur Ayu.
Menurut jurnalis senior Tempo English News Magazine Debra Yatim, promosi produk Indonesia dengan gaya bercerita akan lebih menarik perhatian masyarakat. Dibandingkan dengan hanya menulis fakta dan informasi produk.
“Promosi produk dengan gaya bercerita akan membuat orang jauh lebih tertarik dengan produk tersebut,” imbuh Debra saat menjadi narasumber.
Sementara itu, National President of Australia Indonesia Business Council (AIBC) Phil Turtle mengatakan, Australia sudah seharusnya melakukan banyak hubungan bisnis dengan Indonesia.
"Sebab, selain jarak yang sangat dekat, hubungan perdagangan Indonesia-Australia sudah terjalin sejak dulu, yaitu sejak pedagang Makassar membawa teripang ke pesisir barat benua Australia,” jelas Phil.
Jalankan Prinsip Berkelanjutan
Adapun narasumber lain, Vice CEO Pan Brothers Anne P Soetanto mengungkapkan, perusahaannya berkomitmen mengadopsi prinsip-prinsip berkelanjutan dalam sistem manajemen perusahaan.
Sebagai salah satu pemimpin perusahaan di sektor garmen dan pakaian, Pan Brothers juga menerapkan prinsip 3P, yaitu people, planet, dan profit.
"Artinya, perusahaan secara seimbang melaksanakan pengelolaan perusahaan tidak hanya berdasar pada profit semata, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan pegawai dan lingkungan hidup,” tandas Anne.
Pijak Bumi, usaha kecil dan menengah (UKM) sepatu yang berlokasi di Bandung, juga telah mendeklarasikan bahwa produk sepatu buatannya hampir 90% berasal dari bahan-bahan alami, ramah lingkungan dan dapat didaur ulang.
CEO Pijak Bumi Rowland Asfales berujar, hal tersebut menegaskan bahwa seluruh produk Pijak Bumi merupakan produk-produk berkelanjutan.
“Pijak Bumi telah berkolaborasi dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lingkungan hidup, yaitu Katingan Mentaya dan Hutan itu Indonesia untuk program Carbon Negative,” ujar Rowland
Berdasarkan data yang dihimpun Kemendag, nilai total perdagangan Indonesia-Australia pada Januari–Juli 2021 tercatat sebesar US$6,82 miliar.
Dengan kinerja ekspor Indonesia ke Australia periode Januari–Juli 2021 tercatat sebesar US$1,85 miliar. Sementara, impor Indonesia dari Australia pada periode yang sama tercatat sebesar US$1,8 miliar.
Sementara pada 2020, nilai total perdagangan Indonesia-Australia tercatat sebesar US$4,96 miliar.