01 November 2024
15:58 WIB
Kemenag: Wakaf Uang Berperan Penting Sebagai Dana Abadi Umat
Generasi penerima manfaat wakaf dapat menjadi calon pemimpin masa depan yang memperkuat posisi Indonesia di kancah global
Ilustrasi. Peluncuran gerakan wakaf uang "SINAR" yang diinisiasi Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Palu, Jumat (11/10/2024). dok.Humas Pemkot Palu
JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) menegaskan, pentingnya optimalisasi wakaf uang sebagai dana abadi umat yang dapat terus berkembang untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.
"Wakaf uang adalah wakaf bergerak yang manfaatnya bisa berkelanjutan bagi masyarakat," ujar Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag Waryono Abdul Ghafur di Jakarta, Jumat (1/11).
Pernyataan Waryono tersebut disampaikan dalam gelaran Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC). Dalam forum tersebut, Kemenag meluncurkan Gerakan Wakaf Indonesia Menuju Emas 2045 atau Giwang Emas 2045.
Menurutnya, wakaf uang yang dikelola secara profesional oleh nazir akan berkembang dan memberikan dampak signifikan bagi penerima manfaat, terutama dalam sektor pendidikan dan kesejahteraan sosial. Alokasi wakaf uang dapat membantu mendukung pendidikan anak bangsa agar mereka mampu berkontribusi pada posisi strategis dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
"Generasi penerima manfaat wakaf dapat menjadi calon pemimpin masa depan yang memperkuat posisi Indonesia di kancah global," kata Waryono.
Sayangnya, meskipun potensi wakaf di Indonesia besar, kata dia, mencapai sekitar Rp180 triliun, tingkat literasi masyarakat tentang perbedaan wakaf dengan sedekah dan infak masih rendah. Karena itu, ia meyakini berbagai program literasi harus terus ditingkatkan. Seperti pada peluncuran Kota Wakaf di Tasikmalaya yang bertujuan mengenalkan urgensi dan mekanisme wakaf kepada masyarakat luas.
Lembaga Pengawas
Terkait pengelolaan wakaf, Waryono juga menyoroti peran Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai lembaga yang memastikan akuntabilitas dan transparansi. Waryono mendukung gagasan pembentukan lembaga pengawasan, mirip dengan OJK, untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap wakaf, khususnya dalam menentukan nazir yang profesional dan amanah.
Dia mengajak seluruh masyarakat untuk ikut serta dalam gerakan wakaf, sekecil apapun kontribusinya. Waryono mencontohkan kesuksesan wakaf pendidikan di Universitas Al-Azhar, Mesir, yang mampu menopang krisis keuangan negara.
"Gerakan ini tidak boleh berhenti pada peluncuran saja," ujar Waryono.
Beberapa waktu lalu, Ketua BWI Kamaruddin Amin melaporkan, BWI tengah merancang berbagai program untuk mendorong keterlibatan masyarakat luas dalam mendorong gerakan wakaf uang. Oleh karena itu, manfaatnya dapat dirasakan lebih luas bagi pemerataan kesejahteraan masyarakat.
"Wakaf uang ini Insya Allah akan menjadi salah satu program prioritas BWI. Kebetulan sekali kami juga sudah merumuskan langkah-langkah teknisnya yang akan melibatkan seluruh entitas di negeri ini. Mulai dari calon pengantin, jemaah haji, para pengusaha, bahkan para politisi, masjid-masjid, dai, dan santri," ucap Kamaruddin.
Sementara itu, Wapres periode 2019-2024 Ma'ruf Amin sebelumnya mengingatkan, dalam mengelola dana wakaf, BWI harus terus mengedepankan azas keamanan. "Jangan sampai pengelolaan wakaf ini tidak aman, kalau tidak aman, (manfaatnya) hilang," ujarnya.
Menurut Wapres, BWI harus mampu mengoptimalkan pengelolaan wakaf. Dengan dukungan pemerintah melalui infrastruktur pendukung dan pelibatan peran masyarakat, wakaf nasional diharapkan dapat bermanfaat luas bagi masyarakat.
"Sekarang masalah strategi, bagaimana mengumpulkan wakaf sebanyak mungkin dan mengelola sebaik mungkin. Instrumennya sudah ada, Kementerian Keuangan sudah ada sukuk dan lembaga kredibel. Kalau nasional dan daerah ikut, Insyaallah hasilnya besar," imbuhnya.
Perekonomian Negara
Kementerian Agama (Kemenag) RI sendiri sebelumnya juga mengharapkan kepada para nazir wakaf (pihak yang mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf yang diterima dari wakif), untuk bisa turut berkecimpung dalam perekonomian negara. Pasalnya, terdapat banyak harta benda wakaf yang bisa diproduktifkan dan dikapitalisasi untuk mengembangkan perekonomian umat.
"Saya juga setuju dengan cita-cita dengan target dimana perekonomian Indonesia dikuasai oleh sembilan nazir," kata Waryono Abdul.
Waryono menjelaskan, masyarakat Muslim Indonesia memiliki wilayah yang bisa dikembangkan untuk menjadi sentral terpadu sebagai destinasi percontohan pengembangan aset wakaf yang berdampak secara luas pada ekonomi.
"Saya membayangkan kita memiliki wilayah yang luas sebagai destinasi percontohan wakaf, di situ ada pasar, sekolah, masjid, ada lembaga kajian dan penelitian, dan sebagainya. Di sana kita bisa mengkaji, tidak hanya persoalan agama, tapi persoalan dunia (sosial, ekonomi, dan masyarakat)," ujarnya.
Untuk mewujudkan target tersebut, Waryono menekankan pentingnya kolaborasi antarpemangku kepentingan di bidang wakaf. "Di sini pentingnya kolaborasi nazir. Kita berembuk untuk menyiapkan lokasi proyek strategis wakaf. Satu daerah atau satu pulau kita jadikan pusat pengembangan wakaf," ungkapnya.
Untuk itu, dia mengajak kepada para nazir wakaf untuk membangun kebersamaan kesepakatan agar bisa mewujudkan cita-cita tersebut.