c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

11 Februari 2025

11:11 WIB

Kemdiktisaintek Sokong Industri Dirgantara Lewat Penguatan Ekosistem Riset

Riset yang dilakukan tidak harus 100% riset yang bersifat teknis, bisa juga dalam pengembangan strategi sistem rantai pasok di Indonesia dan aspek lainnya

<p>Kemdiktisaintek Sokong Industri Dirgantara Lewat Penguatan Ekosistem Riset</p>
<p>Kemdiktisaintek Sokong Industri Dirgantara Lewat Penguatan Ekosistem Riset</p>

Dirjen Riset dan Pengembangan, Kemendiktisaintek Fauzan Adziman (tengah) dalam kegiatan Taklimat Media 2025 “Arah dan Kebijakan Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Tahun 2025” di Jakarta, Jumat (3/1/2025). ANTARA/ Kemdiktisaintek RI

JAKARTA - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) RI mendorong pengembangan industri dirgantara nasional, melalui inovasi riset dan teknologi. Melalui keterangan di Jakarta, Selasa (11/2), Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Kemdiktisaintek RI Fauzan Adziman menegaskan pentingnya sinergi antara akademisi dan industri dalam membangun ekosistem penerbangan yang lebih maju dan berdaya saing global.

Ia menyebut, Kemdiktisaintek berperan sebagai fasilitator kebijakan guna memastikan riset dan pengembangan di Indonesia mendapat perhatian khusus, serta terlaksana secara efektif dan berkelanjutan.

"Riset yang dilakukan tidak harus 100% riset yang bersifat teknis, bisa juga dalam pengembangan strategi sistem rantai pasok di Indonesia dan aspek lainnya," kata dia

Fauzan menyatakan, pihaknya dapat memberikan dukungan melalui program riset kolaboratif, guna memperoleh peluang yang mudah didapat dalam meningkatkan rantai pasok industri penerbangan nasional.

Ia juga menyampaikan, beberapa perguruan tinggi besar di Indonesia telah membangun Kawasan Sains dan Teknologi (KST) sebagai langkah strategis dalam mendorong hilirisasi riset dan pengembangan teknologi.

"Ke depan, pembangunan KST di perguruan tinggi lain akan terus diperluas guna memperkuat ekosistem inovasi nasional," ujarnya.

Terkait hal tersebut, Rektor ITB Tatacipta Dirgantara menekankan perlunya dukungan kebijakan pemerintah lintas sektoral, untuk memperkuat industri penerbangan nasional. ITB, kata dia, berkomitmen untuk secara proaktif mengambil langkah-langkah konkret guna mempercepat implementasi kerja sama dan memastikan realisasi inisiatif yang telah disepakati.

Sementara itu, Head of Government Relations for Boeing in Southeast Asia Landri Subianto mewakili industri menyebutkan, salah satu bidang pengembangan yang dapat dilakukan bersama, sekaligus juga bidang yang sedang gencar dilakukan Boeing adalah, bidang bahan bakar pesawat ramah lingkungan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF).

Kolaborasi antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah dalam riset dan pengembangan mendorong inovasi, diharapkan hal ini dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan daya saing global. Selain itu, kerja sama ini juga berkontribusi dalam mengatasi tantangan sosial dan lingkungan melalui solusi berbasis riset, menjadikan ekosistem industri lebih berkelanjutan dan inovatif.

Pabrik Komponen
Sebelumnya, Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza meminta perusahaan manufaktur pesawat asal Amerika Serikat (AS), yakni Boeing, untuk membangun fasilitas produksi komponen pesawat terbang di Indonesia. Ia menuturkan, sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi besar di industri dirgantara untuk mengatasi masalah konektivitas dan rantai pasok (supply chain) global.

Karena itu, pihaknya mendorong Boeing untuk memperluas kolaborasi dengan Indonesia di beberapa sektor. Di antaranya pemberian lisensi untuk industri Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) pesawat terbang, serta pembangunan pusat pelatihan penerbangan di Indonesia.

"Salah satu yang potensial adalah MRO ini. Indonesia punya GMF AeroAsia dan Batam AeroTechnic yang membutuhkan peningkatan kapabilitas untuk mengembangkan ekosistem industrinya. Sehingga Boeing dapat mendukung dengan memberikan lisensi ke MRO kami,” kata Wamenperin.

Dikatakan dia, untuk lokasi pembangunan pabrik, kawasan industri di Batam dan Bintan bisa menjadi opsi karena cukup strategis. Ia mengatakan, ekosistem SDM industri di Tanah Air sudah mampu untuk mendorong pemajuan industri pesawat terbang. Hal ini dibuktikan dengan adanya GMF AeroAsia dan Batam Aero Technic yang saat ini mampu menjadi pemain di sektor perawatan pesawat.

“Karena itu, guna meningkatkan kapabilitas industri MRO, kami menilai perlu adanya tindak lanjut dengan melakukan kerja sama antara Kemenperin dan Boeing dalam bentuk MoU,” ucapnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Setia Diarta mengatakan, pemerintah juga mendorong Boeing untuk memberikan dukungan dalam upaya penggunaan bahan bakar ramah lingkungan, untuk menekan emisi karbon di industri penerbangan.

“Pemerintah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon di sektor transportasi udara, dan butuh support Boeing untuk mewujudkan komitmen ini,” ujarnya.

Lebih lanjut, President of Boeing Southeast Asia Penny Burtt menyampaikan, Boeing berkomitmen untuk meningkatkan kolaborasi di sektor penerbangan komersial, mengingat sudah ada di Indonesia selama 75 tahun.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar