23 September 2025
11:21 WIB
Kebijakan Imigrasi Trump Bikin Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS
Analis mengatakan rupiah menguat dipengaruhi kekhawatiran pasar terhadap kebijakan imigrasi baru Presiden AS Donald Trump. Di sisi lain, Dolar AS juga tak mendapatkan dukungan sentimen The Fed.
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, nilai tukar (kurs) rupiah menguat dipengaruhi kekhawatiran pasar terhadap kebijakan imigrasi yang dikeluarkan Presiden AS Donald Trump.
“Rupiah diperkirakan berpotensi menguat terhadap dolar AS yang melemah terbebani oleh kekhawatiran kebijakan imigrasi Trump baru terkait pengenaan biaya US$100 ribu per tahun (sekitar Rp1,6 miliar) pada pekerja dengan visa H-1B,” ujarnya melansir Antara, Jakarta, Selasa (23/9).
Baca Juga: Analis: Kebijakan Pemerintah Jadi Pemicu Pelemahan Rupiah
Berdasarkan pantauan pagi ini, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Selasa (23/9) di Jakarta, sempat menguat tipis sebesar 0,08% atau Rp15, dari sebelumnya Rp16.611 menjadi Rp16.596 per dolar AS. Sementara, per 22 September 2025, kurs rupiah sesuai Jisdor Bank Indonesia (BI) berada di level Rp16.607 per dolar AS.
Pada penutupan perdagangan Selasa (22/9), Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja terhadap mata uang lainnya, termasuk EUR, JPY, GBP, CAD, CHF, dan SEK terpantau ditutup melemah ke level 97,32 poin atau turun 0,01 persen poin dibandingkan penutupan sebelumnya yang berkisar 97,32 poin.
Adapun pergerakan DXY kemarin (22/9) berkisar antara 97,19-97,37 atau kembali bergerak cenderung melemah dibanding kondisi beberapa waktu belakangan terhadap rentang level DXY 52 pekan terakhir yang sudah turun ke kisaran 96,21-110,17 poin.
Mengutip Anadolu, Trump menandatangani proklamasi yang menuntut perusahaan membayar US$100 ribu per tahun untuk pekerja visa H-1B dengan tujuan mengekang penyalahgunaan sistem visa yang meluas.
Kebijakan itu terutama untuk perusahaan yang menggunakan sistem visa dalam rangka menggantikan pekerja teknologi AS dengan tenaga kerja asing berbiaya rendah.
Baca Juga: Rupiah Menguat Jelang FOMC, Sentimen Domestik Jadi Pembatas
Bagi Trump, penggantian pekerja AS dalam skala besar melalui penyalahgunaan program secara sistemik telah merusak keamanan ekonomi dan nasional dalam negeri.
Langkah tersebut merupakan upaya terbaru pemerintah untuk memperketat kontrol imigrasi dan dapat berdampak luas pada sektor-sektor yang sangat bergantung pada pemegang visa H-1B.
Asal tahu, Visa H-1B adalah jenis visa nonimigran yang AS keluarkan untuk pekerja asing yang memiliki keahlian khusus.
Program tersebut ditujukan untuk memungkinkan perusahaan di AS mempekerjakan tenaga kerja asing yang memiliki keterampilan tertentu yang tidak mudah didapatkan dari tenaga kerja lokal.
“Belum diketahui dampaknya akan seberapa besar, namun paling tidak Asia terutama India dan China menyumbangkan hampir semua pekerja H-1B,” kata Lukman.
Dolar AS juga tak mendapatkan dukungan sentimen positif dari sejumlah pidato pejabat Federal Reserve (The Fed) terakhir yang memberikan sinyal beragam, sehingga berpotensi juga memberikan kontribusi kelanjutan penguatan rupiah.
“Dua (pernyataan pejabat The Fed) hawkish, dua dovish, dan satu netral,” ungkap dia.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Lukman memperkirakan, nilai tukar rupiah saat ini bergerak kisaran Rp16.500-16.650 per dolar AS.