c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

05 April 2023

08:00 WIB

Kebakaran Aset Terjadi Lagi, Pertamina Diminta Berbenah

Kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai Provinsi Riau yang terbakar. Pertamina diminta berbenah agar kejadian kebakaran aset tidak terjadi lagi.

Kebakaran Aset Terjadi Lagi, Pertamina Diminta Berbenah
Kebakaran Aset Terjadi Lagi, Pertamina Diminta Berbenah
Kondisi Area Kompresor Gas pascakejadian ledakan dan kebakaran di PT KPI RU II Dumai yang sekarang sedang dilakukan upaya pemulihan. (Antara/HO-PT KPI RU II)

JAKARTA – Wakil Ketua Komisi VII Eddy Soeparno mengatakan Komisi VII mendesak PT Pertamina (Persero) untuk segera melakukan audit secara menyeluruh terhadap fasilitas migas Pertamina, termasuk meningkatkan sistem pengawasan berbasis IT.

"Meningkatkan keimanan fasilitas kilang dan penyimpanan BBM dan memperketat kualitas keselamatan dan keamanan kerja," ujar Politisi Fraksi PAN tersebut saat membacakan kesimpulan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dirut Pertamina Nicke Widyawati dan jajaran di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Selasa (4/4).

Hal tersebut agar insiden seperti yang sebelumnya terjadi di kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai Provinsi Riau yang terbakar pada Sabtu (1/4) tidak kembali terulang.

Komisi VII pun meminta Dirut Pertamina untuk menaruh perhatian sepenuhnya terhadap kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada fasilitas migas milik Pertamina.

Selain itu, Eddy menambahkan bahwa Komisi VII mendesak Pertamina untuk membentuk direktorat khusus dalam menangani health, safety, security, and environment (HSSE). 

"Jangan sampai nanti HSSE ini tidak diberikan kewenangan juga untuk melakukan tugasnya dan hanya sekedar nanti menjadi direktorat kambing hitam. Ini saya pikir perlu untuk menjadi perhatian kita bersama, kita memang membutuhkan Direktorat HSSE untuk bisa mampu memberikan fokus dan perhatian khusus terhadap masalah keamanan dan keselamatan kerja," kata Eddy.

Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru mengingatkan bahwa aspek pemeliharaan aset Pertamina sangat penting.

"Kalau kita bikin kilang, pasti dan tentunya sebuah teknologi itu sudah dipikirkan secara matang dan secara masak. Sehingga tidak memungkinkan supaya tidak terjadi kebocoran atau kebakaran. Cuma kembali lagi teman-teman tadi mengingatkan aspek pemeliharaan. Aspek pemeliharaan ini sangat penting sekali," ujarnya.

Untuk itu, Politisi Fraksi PDI-Perjuangan tersebut mendorong Pertamina untuk tidak segan mengeluarkan biaya pemeliharaan. Meskipun mungkin memakan biaya yang cukup besar. 

"Harapan kita, kalau memang biaya untuk pemeliharaan kilang itu besar, mbok ya dikeluarkan sebesar-besarnya, sebaik-baiknya. Enggak usah ngirit-ngirit," harapnya.

Baca Juga: Pertamina Diminta Kaji Risiko Mendalam dan Audit Kilang

Senada, Anggota Komisi VII Willy Midel Yoseph mengatakan  aspek pemeliharan aset harus menjadi prioritas Pertamina. 

"Tentu tentang pemeliharaan (aset Pertamina) tentu itu menjadi suatu hal yang menjadi prioritas pertama (Pertamina) termasuk juga (faktor) safety-nya," ujar Willy.

Anggota Komisi VII DPR RI Ratna Juwita meminta PT Pertamina sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara dalam bisnis minyak dan gas untuk mulai berbenah. Hal tersebut, mengingat terulangnya kembali insiden kebakaran aset Pertamina. Yang terbaru, pada Sabtu (1/4) malam lalu, kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai Provinsi Riau kembali terbakar.

"Seyogyanya dalam hal ini Pertamina harus mulai berbenah karena kita tahu bahwa kilang kita tidak banyak, itu juga statusnya tua, menunggu di-adjust, menunggu di-upgrade menunggu lain-lain yang membutuhkan investasi yang juga besar," ujar Ratna.

Ratna juga mengingatkan Pertamina untuk dapat mulai melakukan inovasi teknologi. Inovasi tersebut diharapkan dapat melibatkan anak bangsa. 

"Cobalah komunikasi yang intens kepada BRIN misalnya kita libatkan dalam hal ini saya yakin di sana banyak researcher yang bisa menemukan teknologi-teknologi baik yang bisa digunakan sebagai early warning system," imbuhnya.

Maksimalkan Penanganan
Pertamina maksimalkan penanganan insiden Kilang Dumai. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Taufik Adityawarman.

Sebelum menjelaskan penanganan yang telah dilakukan Pertamina, terlebih dahulu Ia menjelaskan kronologi terjadinya insiden tersebut. Kejadian tersebut terjadi pada Sabtu malam pukul 22.42 pada pipa 6 inci di area compressor 212-C-2 akibat adanya kebocoran gas hidrogen. 

“Kejadian bocoran tersebut diikuti flash serta menyebabkan getaran dan dentuman keras, kemudian data terakhir dirasakan sampai radius 1 km yang terdampak di perumahan warga Desa Tanjung Palas Dumai,” ujar Taufik.

Taufik mengatakan tim dengan sigap mematikan dua unit compressor serta dilakukan pemadamam serta pendinginan sehingga api berhasil padam hanya dengan waktu 9 menit saja pada pukul 22.51. 

Meski demikian, kejadian ini masih dalam penanganan investigasi oleh Pertamina, Direktorat Jenderal Migas ESDM serta kepolisian. 

"Alhamdulillah rekan-rekan di lapangan koordinasi berjalan dengan baik sehingga pada jam 22.51 api sudah berhasil dipadamkan. Dilakukan proses evaluasi lebih lanjut pada pukul 23.30 dan kondisi sudah dinyatakan aman. Sampel dari material pipa nanti akan kami lakukan uji laboratorium untuk melakukan analisis metalurgi, untuk memastikan apakah nanti material seperti ini masih sesuai atau harus dilakukan peningkatan kekuatan materialnya," katanya.

Untuk menangani insiden Kilang Dumai ini, Pertamina melakukan pembentukan tim gabungan dan tim investigasi. Rencana selanjutnya adalah melakukan pendataan, verifikasi dan perbaikan yang targetnya akan selesai pada April ini. 

“Kami akan lakukan perbaikan fasum yang targetnya selesai pada 7 April, perbaikan rumah warga yang ditargetkan selesai sebelum lebaran atau tanggal 17 April ini. melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengingat bahayanya tinggal di buffer zone. Melakukan penguatan peralatan dan fasilitas sekitar dengan target Mei 2023, dan review buffer zone pada Juli 2023,” lanjutnya. 

Tingkatkan Standar Internasional
Direktur Utama Pertamina Persero Nicke Widyawati menambahkan, Pertamina berkomitmen untuk menangani insiden Kilang Dumai ini dengan semaksimal mungkin. Pertamina akan terus mengupgrade teknologi setiap kilang secara bertahap. 

“Kami akan terus mengupgrade teknologi kilang secara bertahap, tidak bisa dilakukan sekaligus karena untuk melakukannya kilang harus dimatikan. Kami akan semaksimal mungkin menangani insiden ini. Tentu menjadi PR kita bersama untuk membalance support energi dan aspek keselamatan,” ucapnya.

Dari sisi Operational Availability, sebagai salah satu parameter untuk monitor kehandalan kilang, Pertamina menggunakan Solomon sebagai benchmark kilang internasional. Secara konsolidasian di tahun 2022, hasil benchmark Operational Availability sesuai standar Solomon pada seluruh kilang Pertamina telah mencapai skor 96% atau berada di atas rata-rata Global Refinery. 

“Operational Availability kilang terus ditingkatkan setiap tahunnya melalui program Overhaul, Turn Around, dan Rejuvenation (Peremajaan). Peningkatan Kehandalan Kilang termasuk peremajaan material dan peralatan dilaksanakan secara bertahap berdasarkan risiko,” ungkap Taufik.

Lebih lanjut Taufik memaparkan bahwa KPI telah membuat rencana jangka panjang untuk menjaga dan meningkatkan kehandalan kilang hingga tahun 2026 dengan total estimasi biaya mencapai US$2miliar.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar