c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

16 Mei 2023

15:38 WIB

KBI Perluas Usaha Dengan Masuk Ekosistem Resi Gudang

Dalam ekosistem resi gudang, banyak peluang yang bisa dimanfaatkan di luar tugas KBI sebagai Pusat Registrasi

KBI Perluas Usaha Dengan Masuk Ekosistem Resi Gudang
KBI Perluas Usaha Dengan Masuk Ekosistem Resi Gudang
Ilustrasi PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI). dok. KBI

JAKARTA - PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) memperluas bisnis dengan masuk dalam ekosistem resi gudang. meliputi pembiayaan resi gudang, arranger, pengelolaan gudang serta stand by buyer melalui anak usahanya PT Kliring Perdagangan Berjangka Komoditi (KPBI).

Executive Vice Presiden KBI Andi Patriota Wibisono mengatakan, upaya ini dijalankan dalam rangka memperluas bisnis perusahaan, yang sesuai dengan salah satu pilar bisnis KBI di ekosistem resi gudang. 

KBI saat ini menjalankan tugas pemerintah sebagai Pusat Registrasi.

"Dalam ekosistem resi gudang ini, banyak peluang yang bisa dimanfaatkan di luar tugas KBI sebagai Pusat Registrasi. Seperti kita tahu, dalam ekosistem resi gudang, ada pemilik komoditas, pengelola gudang, trader, pembeli, asuransi serta lembaga pembiayaan," ujar Andi melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Andi menyampaikan bahwa KPBI diharapkan dapat mengelola dan memanfaatkan peluang yang ada dalam ekosistem yang luas ini. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan resi gudang dan menjadikan KPBI sebagai bagian penting dalam konteks ketahanan pangan yang diterapkan oleh pemerintah.

Menurut Andi, ekosistem resi gudang dan perdagangan komoditas memiliki potensi besar untuk berkembang sehingga diharapkan KPBI dapat tumbuh bersamanya.

"Kami proyeksikan ke depan ekosistem resi gudang ini akan sangat menarik, tidak hanya bagi pemilik komoditas, tapi juga untuk para pedagang / trader komoditas di tanah air. Upaya pemerintah dalam hal ketahanan pangan, tentunya juga akan memberikan peluang besar bagi para trader-trader komoditas di Indonesia," kata Andi.

Komoditas yang masuk dalam ekosistem resi gudang meliputi meliputi beras, gabah, jagung, kopi, kakao, karet, garam, lada, pala, ikan, bawang merah, rotan, kopra, teh, rumput laut, gambir, timah, gula putih kristal, kedelai serta ayam karkas beku.

Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 14 Tahun 2021 yang merupakan Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 33 Tahun 2020, tentang Barang dan Persyaratan Barang yang dapat Disimpan dalam Sistem Resi Gudang, komoditas yang dapat masuk ke Sistem Resi Gudang.

Andi mengatakan, selain komoditas tersebut, KPBI juga menjalankan bisnis di luar ekosistem resi gudang seperti minyak goreng, singkong dan pinang yang dinilai memiliki pangsa pasar besar di dalam dan luar negeri.

Kinerja Resi Gudang
Untuk diketahui, menurut Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Kementerian Perdagangan, Resi Gudang adalah instrumen yang memberdayakan petani, di mana komoditi yang dihasilkan mampu memberikan nilai ekonomis dalam bentuk nilai penjaminan.

Nah, penjaminan ini dapat dipergunakan untuk memperoleh kredit dari bank dan lembaga keuangan non bank, dengan tingkat bunga yang rendah. Melalui Sistem Resi Gudang diharapkan petani, kelompok tani, koperasi, dunia usaha kecil dan menengah Indonesia dapat meningkatkan produktivitasnya.

Bappebti pun mengajak seluruh pemangku kepentingan perekonomian nasional, untuk secara bersama-sama mendorong terbangunnya Sistem Resi Gudang yang berhasil guna. 

Dengan berkolaborasi, upaya membangun dan mengimplementasikan Sistem Resi Gudang di tanah air akan lebih ringan dan lebih cepat diwujudkan serta memberikan manfaat berkelanjutan bagi perekonomian Indonesia.

Sebelumnya, Plt Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Didid Noordiatmoko mengatakan, kinerja Sistem Resi Gudang (SRG) juga membanggakan. Pihaknya mencatat, sampai saat ini barang yang dapat diterbitkan resi gudang SRG telah mencakup 20 komoditas, baik komoditas pangan pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan.

Dia menuturkan, saat ini terdapat 162 gudang SRG, baik yang dibangun pemerintah maupun gudang milik swasta/BUMN dan telah dilaksanakan di 144 kabupaten/kota yang tersebar di 29 provinsi di Indonesia. Tercatat telah terdapat 113 pengelola gudang SRG yang telah mendapatkan persetujuan dari Bappebti.

Sementara itu, pemanfaat SRG berasal dari cluster perorangan yang terdiri atas petani dan nelayan dengan proporsi 84%. Kemudian dari clusterkelompok tani/gapokatan dan koperasi sebesar 14%, dan sisanya sebesar 2% berasal dari cluster pelaku usaha, baik itu eksportir, pedagang, maupun usaha pengolahan.

“Pada 2022, nilai transaksi resi gudang tercatat mencapai Rp1,27 triliun atau tumbuh sebesar 147% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, nilai pembiayaan berbasis SRG juga mengalami peningkatan dan tercatat pada 2022 nilai pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp819 miliar,” kata Didi beberapa waktu lalu.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar