c

Selamat

Kamis, 28 Maret 2024

EKONOMI

21 September 2021

08:35 WIB

Kajian Internal Bank Dunia Temukan Kebusukan Di Doing Business

Terdapat masalah tata kelola dan konflik kepentingan yang dihadapi Bank Dunia

Editor: Fin Harini

Kajian Internal Bank Dunia Temukan Kebusukan Di <i>Doing Business</i>
Kajian Internal Bank Dunia Temukan Kebusukan Di <i>Doing Business</i>
Bank Dunia.Ist

WASHINGTON – Beberapa minggu sebelum Bank Dunia membatalkan peringkat Doing Business, sekelompok penasihat eksternal telah merekomendasikan perombakan peringkat untuk membatasi upaya negara-negara “memanipulasi skor mereka.”

Hal tersebut diketahui dari tinjauan 84 halaman, yang ditulis oleh para akademisi dan ekonom senior, diterbitkan di situs web bank pada Senin (20/9/2021), atau sekitar tiga minggu setelah diserahkan kepada kepala ekonom Bank Dunia Carmen Reinhart.

Sebelumnya, Bank Dunia pada Kamis (16/9/2021) menyatakan akan membatalkan seri Doing Business yang selama ini dirilis setiap tahun, menyusul penyelidikan independen soal temuan penyimpangan data tahun 2018 dan 2020 pada peringkat tentang iklim bisnis dan kemudahan berusaha suatu negara tersebut.

Audit internal dan penyelidikan independen terpisah oleh firma hukum WilmerHale menemukan para pemimpin senior Bank Dunia, termasuk Kristalina Georgieva yang sekarang mengepalai Dana Moneter Internasional (IMF), menekan staf untuk mengubah data guna mendukung China selama menjabat sebagai CEO Bank Dunia.

Dilansir dari Antara, tinjauan yang diterbitkan pada Senin (20/9/2021) ditulis oleh kelompok yang dibentuk oleh Bank Dunia pada Desember 2020, setelah serangkaian audit internal mengungkapkan penyimpangan data dalam laporan di China, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Azerbaijan.

Laporan tersebut menyerukan serangkaian tindakan perbaikan dan reformasi untuk mengatasi “integritas metodologis” dari laporan Doing Business lantaran terdapat pola upaya-upaya pemerintah untuk turut campur penilaian pada laporan-laporan tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

“Bank Dunia perlu introspeksi. Bank Dunia telah menganjurkan reformasi negara untuk tata kelola, transparansi, dan praktik yang lebih baik. Sekarang harus menggunakan resep untuk reformasinya sendiri,” kata Mauricio Cardenas, profesor Universitas Columbia dan mantan menteri keuangan Kolombia yang memimpin panel ahli.

Para ahli menyalahkan kurangnya transparansi tentang data dasar dan kuesioner yang digunakan untuk menghitung peringkat seri Doing Business. Tim juga menyerukan pemisahan antara tim Doing Business dan operasi Bank Dunia lainnya, serta pembentukan dewan peninjau eksternal yang permanen.

“Kami telah diberitahu tentang beberapa kasus di mana pemerintah-pemerintah nasional telah berusaha untuk memanipulasi skor Doing Business dengan memberikan tekanan pada kontributor individu,” kata laporan itu, menunjuk ke pengacara, akuntan, atau profesional lainnya.

Cardenas menambahkan, staf Bank Dunia menyebutkan beberapa negara yang diyakini telah menginstruksikan kontributor pejabat-pejabat pemerintah untuk merespons kuesioner. Ia menilai, bahkan tanpa adanya tekanan eksplisit dari pemerintah, ancaman balasan dapat mempengaruhi laporan skor para kontributor.

Konflik Kepentingan
Penulis juga meminta Bank Dunia untuk berhenti menjual layanan konsultasi kepada pemerintah-pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan skor suatu negara. Pasalnya, hal tersebut dinilai sebagai konflik kepentingan yang nyata.

“Bank Dunia seharusnya tidak secara bersamaan terlibat dalam lingkungan bisnis negara-negara penilaian sambil menerima pembayaran untuk melatih negara-negara tentang cara meningkatkan skor mereka,” tulis para penulis.

Bank Dunia menawarkan "Reimbursable Advisory Services" atau RAS yang merupakan salah satu bentuk bantuan teknis lembaga tersebut di sejumlah negara, termasuk beberapa dari mereka yang terlibat dalam investigasi manipulasi data, seperti China dan Arab Saudi.

Pada Desember 2020, tinjauan tersebut mengatakan, satu audit internal melaporkan manajemen Bank Dunia telah menekan sembilan dari 15 staf untuk memanipulasi data dalam indeks Doing Business edisi 2018 dan 2020. Hasilnya, Arab Saudi meningkat ke tempat "paling direformasi" secara global, dan mendongkrak peringkat Uni Emirat Arab dan China. Lewat manipulasi data tersebut, Azerbaijan jatuh dari peringkat 10 teratas.

Laporan terpisah WilmerHale mengatakan, perubahan pada data Arab Saudi sebagai kemungkinan hasil dari upaya anggota staf senior bank untuk mencapai hasil yang diinginkan dan memberi penghargaan kepada Arab Saudi atas peran penting yang dimainkannya dalam komunitas Bank, termasuk proyek-proyek RAS yang signifikan dan berkelanjutan.

Justin Sandefur, seorang rekan senior di Center for Global Development di Washington dan anggota lain dari panel ahli yang menghasilkan laporan Senin (20/9/2021), mengatakan bahwa laporan itu menunjukkan “masalah tata kelola” di Bank Dunia. Ia juga tidak melihat adanya jaminan masalah serupa tidak akan berlanjut dengan kumpulan data lainnya.

Presiden Bank Dunia David Malpass, dalam komentar publik pertamanya sejak kontroversi kecurangan data pecah Kamis lalu (16/9/2021), mengatakan kepada CNBC bahwa laporan WilmerHale “berbicara untuk dirinya sendiri”. Pihaknya akan mengeksplorasi pendekatan baru buat membantu negara-negara meningkatkan iklim bisnis mereka.

Sementara, Georgieva telah membantah keras temuan keterlibatannya dalam penyimpangan data tersebut. Dalam keterangan tertulis yang diterbitkan di laman resmi IMF, Kristalina menyebutkan secara mendasar ia tidak setuju dengan temuan dan interpretasi investigasi penyimpangan data berkaitan dengan perannya dalam laporan Doing Business Bank Dunia pada 2018.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentar Login atau Daftar





TERPOPULER