18 Maret 2025
17:38 WIB
Kadin Prediksi Perputaran Uang Selama Libur Lebaran 2025 Turun
Tahun lalu asumsi perputaran uang selama Idulfitri 2024 mencapai Rp157,3 triliun. Kini asumsi perputaran uang libur Idulfitri 2025 diprediksi turun jadi Rp137,9 triliun seiring turunnya jumlah pemudik
Ilustrasi. Petugas menata uang tunai di Mandiri Cash Center, Jakarta, Rabu (3/4/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wpa/pri.
JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memprediksi perputaran uang pada momentum libur Idulfitri 1446 H/Lebaran 2025 turun. Hal ini seiring dengan turunnya jumlah pemudik tahun ini.
Hasil survei yang dilakukan Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan hingga akademisi menyatakan, jumlah pemudik Lebaran 2025 diperkirakan mencapai 146,48 juta orang atau sekitar 52% dari penduduk Indonesia. Jumlah ini turun 24% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta pemudik.
“Jika tahun lalu asumsi perputaran uang selama Idulfitri 2024 mencapai Rp157,3 triliun, maka asumsi perputaran uang libur Idulfitri 2025 diprediksi tutun menjadi Rp137,9 triliun,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang dalam keterangan di Jakarta, Selasa (18/3).
Sarman menuturkan, prediksi tersebut dihitung dari jumlah pemudik tahun ini sejumlah 146,48 juta orang atau setara dengan 36,26 juta keluarga, dengan asumsi setiap keluarga beranggotakan empat orang.
Jika rata-rata keluarga membawa uang sebesar Rp3,75 juta, atau naik 10% dari tahun lalu, maka potensi perputaran uang diprediksi sebesar Rp137,9 triliun. Jumlah ini masih berpotensi naik lantaran hitungannya dari skala minimal dan moderat.
“Jika per keluarga membawa rata-rata Rp4 juta, maka potensi perputaran bisa mencapai Rp145 triliun, sehingga potensi perputaran di kisaran Rp137 triliun hingga Rp145 triliun,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Sarman menjelaskan sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah pemudik. Pertama, jarak libur Natal-Tahun Baru dan Idulfitri yang sangat berdekatan, sehingga mereka yang sempat berlibur selama akhir tahun tidak lagi merencanakan liburan atau pulang kampung saat libur Idulfitri.
Kedua, momentum tahun ajaran baru sekolah yang sudah dekat membuat masyarakat cenderung berhemat (saving). Ketiga, maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK). Faktor keempat, yakni penurunan daya beli masyarakat serta faktor cuaca juga mempengaruhi niat masyarakat untuk pulang kampung.
Bank Indonesia sendiri sebelumnya telah mempersiapkan uang layak edar (ULE) sebesar Rp180,9 triliun, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada periode Ramadan dan Idulfitri 2025, kendati diprediksi uang layak edar tersebut tidak akan terserap sepenuhnya.
Adapun perputaran uang selama libur Lebaran diproyeksi menyebar sekitar 60%-nya di Pulau Jawa sebagai tujuan utama mudik setiap tahun seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten dan sekitar Jabodetabek. Sedangkan sisanya 40% akan menyebar wilayah Sumatera, Kalimantan, Bali, NTB, Sulawesi, NTT, Maluku dan Papua.
Berbagai sektor usaha akan menikmati kue perputaran uang selama liburan Idulfitri 2025 seperti industri aneka makanan dan minuman, fesyen, baju muslim, rite dan pedagang sembako. Termasuk di sektor pariwisata beserta turunannya seperti hotel, motel, villa, restoran, cafe, minimarket, aneka warung/toko, destinasi wisata/taman hiburan, UMKM makanan khas daerah, souvenir, batik, kain khas daerah dan aneka produk unggulan lainnya.
Demikian pula sektor transportasi darat termasuk bus, rental, kereta api, mobil pribadi dan motor; transportasi laut berupa kapal penumpang dan penyeberangan; serta transportasi udara dan pengelola tol dan SPBU.
Sarman berharap, perputaran uang di berbagai daerah tujuan mudik akan menggairahkan dan meningkatkan produktivitas perekonomian lokal yang akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah dan otomatis berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
“Diharapkan para pelaku usaha di berbagai daerah dapat memanfaatkan momentum mudik tahunan ini dengan pelayanan yang baik dan berkesan sehingga para pemudik dapat menghabiskan uang yang dibawa di kampung halaman,” tuturnya.
Berkah Buat UMKM
Sebelumnya, Sekretaris Kementerian (Sesmen) UMKM Arif Rahman Hakim mengatakan, Ramadan menjadi momentum atau bulan penting bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), khususnya mereka yang bergerak di bidang kuliner untuk “memanen” untung.
“Kita semua tahu, tahun lalu fenomena war takjil yang viral di media sosial membuat pengusaha UMKM di bidang kuliner bisa meningkatkan penghasilan,” ujarnya.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 2020–2023 meningkat menjelang Ramadhan dan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi inilah yang dimanfaatkan oleh UMKM untuk meraup pendapatan. Jika mengutip data tunggal Kementerian UMKM, khusus untuk subsektor kuliner ada sekitar 2,9 juta pengusaha yang terjun ke bidang ini di Indonesia.
Data Kementerian Perindustrian pada triwulan III tahun 2024, mencatat industri makanan dan minuman (mamin) bertumbuh sebesar 5,82%, di atas pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar 4,95%. Hal ini membuat industri makanan dan minuman tercatat memberikan andil sebesar 40,17% terhadap PDB industri pengolahan nonmigas. Angka ini sekaligus menjadikannya sebagai subsektor dengan kontribusi PDB terbesar.
Hasil kajian Dosen Departemen Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Zahra Kemala Nindita Murad menunjukkan, salah satu aspek perputaran uang saat Ramadan bagi UMKM datang dari momen buka puasa. Ini karena momen tersebut sering dijadikan ajang pertemuan kerabat, teman, saudara, hingga mitra bisnis.
Ia berharap, tahun ini para pelaku UMKM bisa kembali memanfaatkan momen bulan puasa sekaligus mengakses kemudahan yang diberikan oleh pemerintah. “Kemudahan dan pelindungan yang diberikan oleh pemerintah dalam hal izin dan legalitas usaha, alokasi khusus pada area publik, pengawasan kualitas hingga dukungan pendanaan,” katanya.
Dalam hal ini, katanya, pemerintah hadir untuk memastikan pengusaha UMKM dapat berjualan dengan aman dan nyaman, dan juga melakukan pengawasan kualitas makanan dan masakan yang dijual untuk memastikan aman dikonsumsi. Dengan kemudahan-kemudahan tersebut, kata dia, pengusaha kecil dapat lebih mudah berjualan dan meningkatkan penjualan mereka selama bulan Ramadan.