c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

07 Juni 2022

18:52 WIB

KADIN: Kunjungan Albanese Momen Dongkrak Pemanfaatan IA-CEPA

KADIN Indonesia juga mengingatkan pentingnya meningkatkan daya saing iklim usaha di Indonesia untuk meningkatkan pemanfaatan IA-CEPA

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

KADIN: Kunjungan Albanese Momen Dongkrak Pemanfaatan IA-CEPA
KADIN: Kunjungan Albanese Momen Dongkrak Pemanfaatan IA-CEPA
Presiden Joko Widodo bersama Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (6/6/2022). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

JAKARTA - Pelaku usaha mengapresiasi kebijkan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese memilih Indonesia sebagai negara pertama yang dikunjungi pasca menjabat. Pengusaha berharap kunjungan ini dapat memajukan hubungan bilateral dan kerjasama ekonomi kedua negara. 

Wakil Ketua Umum KADIN Koordinator Bidang Maritim, Investasi dan Luar Negeri Shinta Kamdani menyebut, kunjungan ini memberikan sinyal positif dan mendorong pelaku usaha Indonesia di berbagai sisi. Selain hubungan ekonomi, juga stabilitas pemulihan dan peningkatan pertumbuhan nasional pasca pandemi 

"Melalui penciptaan berbagai kerjasama baru dan pemanfaatan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA CEPA) yang lebih maksimal di masa mendatang," terangnya dalam keterangan tertulis yang diterima, Jakarta, Selasa (7/6).

IA-CEPA yang sudah berlaku sejak Juli 2020, telah mendongkrak total nilai perdagangan Indonesia-Australia secara pesat, dari US$7,8 juta di 2019 menjadi US$12,6 juta. Namun, bila dilihat arus perdagangannya, peningkatan impor Indonesia terhadap produk Australia jauh lebih besar dibanding peningkatan ekspor Indonesia ke Australia. 

Berdasarkan data Kemendag, impor Indonesia dari Australia meningkat sebesar 70,8% dari US$5,5 juta di 2019 menjadi US$9,4 juta di 2021. Sementara pada saat bersamaan, ekspor Indonesia ke Australia meningkat sebesar 34,8%, dari US$2,3 juta di 2019 menjadi US$3,2 juta di 2021. 

Data UN Trademap menunjukkan, struktur ekspor Indonesia ke Australia lebih didominasi oleh produk bernilai tambah, seperti komponen produk elektronik, permesinan, besi-baja & produk berbahan dasar kayu. 

Pasca IA CEPA pun, menurut Shinta, kinerja ekspor produk-produk tersebut mengalami peningkatan pesat di mana semua produk ekspor unggulan tersebut mencatatkan kinerja ekspor tertinggi dalam lima tahun terakhir. 

"Jika dilihat dari sisi investasi, Australia merupakan sumber FDI (investasi asing) yang relatif cepat rebound hingga pada 2021," ungkap Shinta.

Sejumlah proyek investasi Australia di Indonesia sudah hampir kembali ke level pre-pandemi. Investasi ini diperkirakan akan terus meningkat, mengingat arus investasi Australia ke Indonesia, khususnya sektor jasa. 

Investasi sektor jasa sempat tersendat sepanjang pandemi karena pembatasan mobilitas internasional, serta penundaan pelaksanaan beberapa komitmen kerjasama seperti pertukaran tenaga ahli dan profesional. 

Peningkatan Manfaat IA CEPA 
Shinta yang juga merupakan Ketua Penyelenggara B20 Indonesia melanjutkan, booming impor Indonesia dari Australia pasca IA-CEPA di 2021, tidak terlepas dari peran pembentukan powerhouse industri pangan nasional dengan Australia. 

Meskipun terdapat faktor kenaikan harga komoditas pangan sepanjang 2021, peningkatan impor Indonesia dari Australia disebabkan oleh volume impor atas gandum yang melonjak hingga 532% dibandingkan 2019. 

Adanya kombinasi antara pembentukan rantai pasok gandum Australia dengan industri makanan-minuman nasional dengan pemanfaatan IA CEPA oleh Australia menciptakan pertumbuhan kinerja perdagangan yang jauh lebih eksponensial. 

"Perbedaan ini terlihat pada peningkatan impor batu bara mencapai 61%, yang hanya ditopang oleh kenaikan harga komoditas energi di sepanjang 2021. Meskipun faktor kenaikan harga batu bara sepanjang 2021 jauh melebihi kenaikan harga gandum," jelasnya. 

Hal ini menunjukkan, pemanfaatan IA CEPA oleh Indonesia di masa mendatang untuk mendongkrak kinerja ekspor ke Australia, bukan hanya perlu ditingkatkan dari segi kuantitas ekspor, tetapi juga perlu difokuskan pada pembentukan rantai pasok dan powerhouse. Khususnya, pada berbagai produk bernilai tambah nasional yang tidak hanya bisa dipasarkan di Australia, tetapi juga pasar-pasar tujuan ekspor lain di dunia. 

Shinta memaparkan, upaya pemerintah dalam peningkatan pemanfaatan IA CEPA oleh pelaku usaha Indonesia perlu memperhatikan beberapa hal. Seperti aspek sosialisasi, edukasi dan asistensi, eksplorasi dan keberlanjutan.

Aspek sosialisasi, sebaiknya tidak sekadar menginformasikan tetapi juga mengedukasi penggunaan preferensi dagang dan investasi yang dimiliki oleh pelaku usaha Indonesia untuk melakukan penetrasi pasar yang lebih baik ke Australia melalui IA CEPA. 

"Aspek edukasi dan asistensi/bantuan, khususnya kepatuhan perdagangan dan pemenuhan standar pasar Australia yang jauh di atas standar pasar yang berlaku di Indonesia. Dari segi sanitary dan phytosanitary maupun dari segi teknis perdagangan, termasuk penilaian kesesuaian terhadap standarnya," terangnya.

Aspek eksplorasi pasar serta business matchmaking, lanjut Shinta, pelaku usaha Indonesia diharapkan untuk dapat memanfaatkan potensi Australia seperti produk otomotif, produk elektronik, produk plastik, karet, perhiasan, dan lainnya. 

Untuk itu, pemerintah perlu mendukung business matchmaking untuk penyaluran produk ekspor nasional yang lebih optimal di pasar Australia. Sehingga tidak hanya eksplorasi potensi pasar dan pembentukan rantai pasok dengan Australia, di mana Indonesia memiliki keunggulan komparatif melalui IA-CEPA. 

Mengenai aspek keberlanjutan, menurut Shinta, bila pemerintah ingin terus meningkatkan kinerja perdagangan dan investasi dengan Australia melalui IA CEPA, Indonesia perlu terus menerus meningkatkan daya saing iklim usaha nasional. 

Kemudian, meningkatkan daya saing produk ekspor nasional di pasar tujuan, dan memfasilitasi pelaku usaha/eksportir nasional untuk terus melakukan ekspansi pasar.

"Dukungan pemerintah untuk pemanfaatan IA CEPA oleh pelaku usaha Indonesia perlu dilakukan secara terus-menerus, untuk menghasilkan kinerja ekonomi yang optimal di masa mendatang," paparnya. 

Mengingat IA CEPA memiliki klausul kerjasama ekonomi untuk pembentukan powerhouse Indonesia-Australia, upaya peningkatan pemanfaatan IA CEPA seyogianya dapat dikerjasamakan dan dibantu oleh Australia. 

Hal ini khususnya perlu dilakukan dalam konteks peningkatan pembentukan rantai pasok Indonesia ke Australia. Agar bisa sebaik rantai pasok Australia ke Indonesia, terlebih di sektor makanan dan minuman. 

“Di samping itu, pemanfaatan IA CEPA juga perlu dilihat dalam konteks pencapaian target pembangunan nasional dan peningkatan kompetensi dan daya saing industri nasional, khususnya di sektor-sektor di mana Australia masih lebih kompetitif dibandingkan Indonesia” tambahnya. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar