c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

21 Oktober 2021

20:15 WIB

Jurus Kemenperin Tingkatkan Daya Saing IKM Olahan Porang Nasional

Porang, diyakini merupakan komoditas ekspor yang saat ini begitu potensial dikembangkan.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Dian Kusumo Hapsari

Jurus Kemenperin Tingkatkan Daya Saing IKM Olahan Porang Nasional
Jurus Kemenperin Tingkatkan Daya Saing IKM Olahan Porang Nasional
Pekerja memasukan porang yang telah dicuci ke dalam mesin di pabrik Industri Kecil Menengah PT Hayum i Agro Indonesia di Gresik, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Zabur Karuru.

JAKARTA – Kementerian Perindustrian terus mengupayakan pemberdayaan petani porang dalam meningkatkan nilai tambah komoditas, serta kontribusi terhadap perekonomian nasional. Sejalan dengan amanat presiden dalam Ratas 'Pengemangan Budidaya Porang' pada Mei 2021 lalu.

Plt Dirjen IKMA Kemenperin Reni Yanita menyebut, jajarannya berjanji akan mendorong pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) di sektor olahan porang. Hal itu akan ditempuh melalui serangkaian rencana strategis. 

"Antara lain program pendampingan IKM; peningkatan teknologi dan kapasitas produksi; pengembangan produk turunan porang melalui pengembangan inovasi IKM; serta promosi melalui pameran, marketplace, dan link and match,” katanya di Jakarta, Kamis (21/10).

Porang, pihaknya yakini, merupakan komoditas ekspor yang saat ini begitu potensial dikembangkan. Umbi porang mengandung glukomanan bernilai ekonomis tinggi dan berfungsi sebagai bahan baku berbagai macam industri.

Di industri makanan, olahan porang dan ekstrak glukomanan digunakan dalam pembuatan mi shirataki, beras konyaku, pasta porang, dan pengental. Sementara, dalam industri kosmetik, olahan porang digunakan dalam pembuatan pembersih wajah, masker wajah, serta bahan pengisi dan pengikat tablet. 

“Olahan porang juga dapat digunakan dalam industri kimia untuk bahan pelapis (coating), perekat, dan pembuatan kertas,” imbuh Reni.

Reni mengemukakan, porang Indonesia tidak mengandung senyawa trimetilamin (TMA), sehingga hasil tepung porang tidak berbau amis. Hal ini membuat porang asal Indonesia sangat diminati pasar luar negeri.

Permintaan global terhadap produk turunan umbi porang sangat tinggi dengan pertumbuhan ekspor 2020 mencapai sebesar 23,35%. Adapun tiga besar negara tujuan ekspor porang, yaitu China, Thailand, dan Malaysia. 

Oleh karena itu, Kemenperin siap bekerja keras melakukan pembinaan dalam rangka mempercepat pengembangan IKM chip porang dan tepung porang. Di antaranya melalui pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan dan revitalisasi sentra IKM.

Selain itu, pengembangan sentra IKM melalui klaster komoditas ekspor dengan basis pemberdayaan masyarakat, bekerja sama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Lalu, pelaksanaan program restrukturisasi mesin dan/atau peralatan, serta sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP).

“Kami juga punya program Indonesia Food Innovation (IFI) untuk mendorong pengembangan produk turunan porang, program link and match dan peningkatan pasar dalam negeri maupun ekspor melalui pendampingan digital marketing melalui platform marketplace, serta fasilitasi membership pada marketplace global dan pameran,” tandasnya.

Ditjen IKMA berkomitmen untuk menumbuhkan sentra penghasil porang dan pelaku IKM olahan porang untuk memanfaatkan berbagai program tersebut. 

Tujuannya, untuk dapat meningkatkan kualitas dan pemasaran produk IKM olahan porang sehingga bisa masuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dan global.

Tembus Pasar Global
Dalam kunjungan kerja ke Gresik beberapa waktu lalu, Plt Dirjen IKMA beserta jajaran menyaksikan secara langsung pelepasan ekspor produk olahan porang PT Hayumi Agro Indonesia sebagai hasil program implementasi sistem keamanan pangan ke China.

Kemenperin, ucap Reni, berharap pelepasan ekspor olahan porang dapat menginspirasi IKM lain untuk dapat melakukan penetrasi pasar, baik domestik maupun ekspor.

"Sementara, cara pelepasan ekspor ini adalah suatu bentuk apresiasi dan dukungan penuh pemerintah kepada IKM, yang berkomitmen tinggi untuk terus maju dan berkembang serta siap bersaing di pasar global,” papar Reni.

Pihaknya akan terus mendorong agar pelaku IKM olahan porang mengekspor dalam bentuk produk turunan karena nilai tambah ekonominya cukup tinggi. 

Ia menginfokan, harga komoditas ekspor porang biasa berkisar Rp5.000/kg, sedangkan berupa chip atau potongan porang Rp40.000-50.000/kg, dan dalam bentuk tepung porang harganya bisa mencapai Rp200.000/kg.

PT Hayumi Agro Indonesia yang berdiri 2018 merupakan IKM yang mengolah umbi porang menjadi tepung porang dan chip porang. Bahan baku porang tersebut diperoleh dengan melakukan budidaya porang di Desa Klangon, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Reni menambahkan, pada 2021, Ditjen IKMA akan menjalankan program pembinaan, pendampingan dan fasilitasi sertifikasi HACCP, serta fasilitasi restrukturisasi mesin dan/atau peralatan. 

Proses pendampingan HACCP tersebut berlangsung selama enam bulan dimulai pada Oktober 2020 dan diharapkan sertifikat HACCP dapat terbit November 2021.

Dengan sertifikat HACCP, IKM pangan dapat memberi jaminan kepada konsumen bahwa produksi pangan aman di sepanjang rantai produksi. Sehingga, dapat menghasilkan produk berkualitas baik. 

"Hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri pelaku IKM pangan dalam pengembangan akses pasar, terutama menembus pasar global,” ungkap Reni.

Implementasi HACCP pada PT Hayumi Agro Indonesia telah membawa IKM ini melaju dan menembus pasar global. Saat ini dengan kapasitas produksi sebesar 60 ton tepung porang/bulan, PT. Hayumi Agro Indonesia mampu mengekspor rata-rata 50 ton tepung porang/bulan. 

"Tentu diharapkan, jumlah ini akan terus naik dengan telah terpenuhinya standar keamanan pangan yang dimiliki," pungkasnya. 

Pada 2022, Kemenperin akan melakukan pengembangan sentra industri porang melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang sentra IKM di Kab. Pandeglang, Tabanan, dan Lombok Timur. 

Pengembangan sentra tersebut diharapkan dapat membantu sustainability ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan porang yang sudah ada, seperti PT Hayumi Agro Indonesia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar