c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

23 Juni 2023

20:30 WIB

Jokowi Perintahkan KKP Hilirisasi Rumput Laut

Indonesia menjadi eksportir rumput laut terbesar di dunia yang menguasi 30% pangsa pasar. Namun, secara nilai Indonesia kalah dengan China

Jokowi Perintahkan KKP Hilirisasi Rumput Laut
Jokowi Perintahkan KKP Hilirisasi Rumput Laut
Sejumlah warga mencari rumput laut saat air surut di pinggiran Pantai Seger, Desa Kuta, Kecamatan Pu jut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Minggu (19/9/2021). Antara Foto/Ahmad Subaidi

JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyatakan, pihaknya mendapat perintah dari Presiden Joko Widodo untuk melakukan hilirisasi rumput laut. Di antaranya dengan melakukan proyek percontohan (modelling) di lima wilayah.
 
"Kami ditargetkan oleh Bapak Presiden dibuat 'modelling' di 5 wilayah Buleleng, Wakatobi, Maluku Tenggara, Rote Ndao di NTT dan di NTB," kata Trenggono di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta pada Jumat (23/6), seperti dilansir Antara.
 
Hal tersebut ia sampaikan seusai menghadiri rapat terbatas yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, untuk membahas soal hilirisasi rumput laut.
 
"Indonesia memiliki potensi yang sangat besar 12 juta hektare kurang lebih, yang sekarang ini baru 0,8% yang dimanfaatkan dengan produksi sekitar 9 juta ton pada 2021 lalu," tambah Trenggono.
 
Menurutnya, produk-produk turunan rumput laut pun bisa dikembangkan. 

"Kami ingin kembangkan karena banyak sekali turunan dari rumput laut yang bisa kita kembangkan menjadi produk-produk turunnanya. Di antaranya untuk pupuk, pakan dan makanan lain, farmasi sekalian juga untuk biofuel dan banyak sekali yang bisa kita kembangkan dari situ," ungkap Trenggono.
 
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada 2021, ekspor rumput laut asal Indonesia mencapai 225 ribu ton atau 30% dari total volume ekspor rumput laut dunia. Jumlah ekspor itu menempatkan Indonesia sebagai pengekspor rumput laut terbesar di dunia.

Namun, dari sisi nilai ekspor, Indonesia justru menempati urutan kedua setelah China, dengan nilai ekspor US$345 juta atau sekitar Rp5 triliun.
 
Asal tahu saja, produk olahan rumput laut umumnya digunakan oleh industri pangan dan non-pangan. Dalam industri pangan, produk formulasi rumput laut digunakan sebagai bahan tambahan pangan pada roti, bakso, nugget, sirup, es krim, yogurt, jus, jeli dan lainnya.

Produk turunan rumput laut, seperti karaginan, agar, dan alginate, dikembangkan sebagai bahan campuran (hidrokoloid) dalam pembuatan berbagai produk industri pangan.

Di antaranya untuk pengenyal dan pengemulsi es krim, roti, susu, sosis, dan minuman instan. Selain itu, produk turunan rumput laut dikembangkan juga untuk produk non-pangan, seperti cat, tekstil, farmasi, dan kosmetik.

Pada industri non-pangan, rumput laut dapat digunakan untuk produksi cat, tekstil, pasta gigi, kosmetik seperti lotion, masker, krim wajah, lulur, sabun, dan sampo.

Petani rumput laut mengangkat hasil panennya di Desa Sani Sani, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Senin (22 /8/2022). Harga rumput laut di wilayah tersebut turun dari Rp37 ribu per kilogram menjadi Rp30 ribu per kilogram akibat hasil panen melimpah. Antara Foto/Jojon 

 

Kendala Rumput Laut
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Tb Haeru Rahayu mengungkapkan, masih ada kendala atau isu utama dihadapi pelaku usaha industri rumput laut. Mulai dari kepastian tata ruang pemanfaatan wilayah perairan hingga minimnya kapasitas industri.

"Kendala yang dihadapi oleh pelaku usaha industri rumput laut yaitu kepastian tata ruang pemanfaatan wilayah perairan untuk budi daya rumput laut dan kondisi cuaca/iklim yang tidak mendukung sepanjang waktu,” tuturnya.

Kendala lainnya adalah, rendahnya kualitas sumber daya manusia pembudidaya rumput laut, pasokan bahan baku berkualitas dan dan berkelanjutan. 

“Termasuk kecukupan dan ketersediaan bibit kultur jaringan rumput laut sepanjang tahun, dan harga jual rumput laut di tingkat pembudidaya sangat fluktuatif," ujarnya.

Tak sampai situ, kendala lain yang menghadang, di antaranya rantai pasok antara industri hulu dengan hilir yang terlalu panjang dan tidak efisien. kemudian industri hilir rumput laut terkonsentrasi di beberapa kota besar saja, serta saat ini jumlah dan kapasitas industri pengolahan rumput laut masih minim karena sebagian besar ekspor berupa bahan baku rumput laut kering.

Untuk itu, Tebe berharap melalui sinergi dari sisi hulu dan hilir dengan berbagai pemangku kepentingan, Indonesia mampu menjadi produsen rumput laut terbesar dunia.

“Jika semua dibenahi mulai dari produksi hingga hilirisasi industrinya dan kita semua saling bersinergi, tidak mustahil Indonesia mampu menjadi produsen rumput laut terbesar dunia. Produknya bukan saja berupa bahan mentah (raw material) tapi dalam bentuk yang punya nilai tambah lebih tinggi," katanya pula.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar