c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

26 Juni 2023

13:29 WIB

Jokowi Akui Kenaikan Harga Daging Ayam Terlalu Tinggi

Jokowi menduga ada masalah dari sisi suplai yang membuat harga daging ayam naik hingga menembus Rp50.000/kg

Jokowi Akui Kenaikan Harga Daging Ayam Terlalu Tinggi
Jokowi Akui Kenaikan Harga Daging Ayam Terlalu Tinggi
Ilustrasi. Pedagang memotong ayam yang dijual di Pasar Agung, Depok, Sabtu (18/3/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA - Presiden Joko Widodo menyatakan, kenaikan harga daging ayam di pasar terlalu tinggi. Ia menduga ada masalah dalam sisi suplai.

"Yang naik agak tinggi memang daging ayam. Biasanya di harga Rp30.000, Rp32.000, ini sudah mencapai Rp50.000 (per kg). Akan saya cek, mungkin ada problem di suplainya, pasokannya," kata Presiden Jokowi seusai meninjau Pasar Palmerah Jakarta, Senin (26/6).

Presiden Jokowi menduga kenaikan harga tersebut karena masa menjelang Iduladha 1444 Hijriah. 

"Ya mungkin juga (karena Idul Adha), tapi naiknya terlalu tinggi dari Rp30.000-Rp32.000 ke Rp50.000, biasa harga kalau ayam telur biasa kan naik turun lagi, akan saya cek di lapangan nanti," kata Presiden.

Sebelumnya Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, harga daging ayam dan telur mulai turun terutama di Pulau Jawa. 

Dia menuturkan, harga telur ayam di Pulau Jawa turun dari Rp32.000 menjadi Rp30.000 (per kilogram), sedangkan harga daging ayam per ekor yang sempat Rp46.000 sekarang sudah sekitar Rp40.000. Menurut Zulkifli, harga daging ayam seharusnya berkisar antara Rp37.000-Rp38.000/kg.

Hal yang sama juga terjadi pada komoditas telur, yang mana saat Lebaran semestinya di angka Rp27.000-Rp29.000 per kg, namun justru hanya Rp25.000 per kilogram, sehingga pengusaha telur merugi.

Mendag mengaku, butuh waktu untuk memulihkan harga daging ayam dan telur, karena meskipun saat ini turun di bawah harga pada pekan lalu, namun harganya masih tergolong tinggi. 

Dia berharap dalam waktu sebulan ke depan harga dua bahan pokok ini stabil sesuai yang ditentukan pemerintah.

Sebelumnya, Mendag mengatakan, pemerintah telah menambah jumlah indukan ayam petelur agar bisa memproduksi telur lebih banyak sehingga harga stabil. Menurut Zulkifli, dalam dua pekan ke depan harga telur akan stabil lantaran indukan ayam telah bertelur.
 
"Untuk stabil perlu waktu lagi. Karena indukannya kan enggak cepat jadi (bertelur) sehingga perlu waktu kira-kira, ini sekarang sudah tiga minggu mungkin dua minggu lagi," ujar Zulkifli pertengahan Juni lalu.

Zulkifli menjelaskan, kenaikan harga komoditas telur terjadi akibat beberapa faktor. Salah satunya adalah lantaran banyak indukan ayam petelur yang dipotong untuk dijual saat Lebaran. 

Induk ayam yang seharusnya memproduksi telur pun akhirnya menghilang. Hal ini kemudian menyebabkan produksi telur menipis sehingga berpengaruh pada harga jual di pasaran.
 
Lebih lanjut, selama periode Lebaran harga ayam dan telur sempat mengalami penurunan. Ayam per kilogram berkisar antara Rp33 ribu hingga Rp34 ribu. Padahal untuk mencapai kestabilan harga dan cukup untung, ayam per kilogram berada di harga Rp37 ribu hingga Rp38 ribu.
 
Begitu juga dengan telur, selama periode Lebaran harga telur disebut sangat murah yakni Rp25 ribu, padahal seharusnya Rp28 ribu. Menurut Zulkifli, untuk membuat harga normal membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Namun demikian, Zulkifli memastikan harga telur akan stabil dalam waktu dekat.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar