08 Februari 2023
08:37 WIB
Editor: Fin Harini
NEW YORK - Dolar jatuh dari level tertinggi sebulan terakhir pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB (8/2), setelah Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell menegaskan pernyataan minggu lalu bahwa disinflasi telah dimulai, dengan mengatakan dia memperkirakan penurunan inflasi yang signifikan tahun ini.
Dilansir dari Antara, Powell tidak kembali ke sikap hawkish meskipun laporan penggajian non pertanian (NFP) AS lebih kuat dari perkiraan Jumat lalu (3/2/2023), yang membuat investor percaya bahwa Fed tidak akan memperketat lebih dari apa yang telah diperkirakan oleh pasar.
Greenback turun secara keseluruhan, dipimpin oleh kerugian versus yen, franc Swiss, serta dolar Australia dan Selandia Baru.
Baca Juga: Fed Kerek Suku Bunga 25 Basis Poin, Janjikan Kenaikan Berkelanjutan
Dalam sesi tanya jawab di Economic Club of Washington, Powell mengatakan pengembalian ke target inflasi bank sentral AS sebesar 2% akan menjadi proses yang bergelombang, yang akan membutuhkan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Namun, Powell menolak untuk menyamakan kekuatan mengejutkan di pasar kerja yang ditunjukkan dalam laporan ketenagakerjaan Januari, dengan ekspektasi bahwa suku bunga harus lebih tinggi dari perkiraan pejabat Fed akhir tahun lalu.
Laporan pekerjaan AS pada Jumat (3/2/2023) membuat salah langkah para pedagang yang mengandalkan jeda yang akan segera terjadi dalam siklus kenaikan suku bunga Fed, dan memberi dolar dorongan.
"Powell memiliki kesempatan untuk memberi sinyal pergeseran ke sikap yang lebih agresif dan dia tidak menerimanya," tulis Bill Adams, kepala ekonom di Comerica Bank dalam catatan penelitian setelah pernyataan dari pejabat tinggi Fed itu.
Dia memperkirakan dalam waktu dekat, Fed akan kembali menaikkan suku bunga sekali atau dua kali lagi sebelum akhirnya menahannya.
Indeks dolar, yang mengukur kinerja greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, jatuh ke posisi terendah setelah pernyataan Powell. Indeks terakhir turun 0,2% pada 103,39.
Suku bunga berjangka AS menunjukkan bahwa pasar memperkirakan suku bunga dana Fed mencapai puncak tepat di atas 5,1% pada Juni, dibandingkan dengan ekspektasi puncak di bawah 5% sebelum laporan pekerjaan Jumat (3/2/2023).
Dalam perdagangan sore, euro sedikit berubah terhadap dolar di 1,0719 dolar setelah sebelumnya jatuh ke level terendah lima minggu di 1,0670 dolar.
Baca Juga: Fed Diprediksi Naikkan Suku Bunga Hingga 5,5%
Dolar turun 1,2% versus yen menjadi 131,07 yen, setelah naik ke puncak satu bulan pada sehari sebelumnya. Yen terpukul oleh laporan Nikkei yang mengatakan pemerintah Jepang telah memanggil Deputi Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) Masayoshi Amamiya untuk menggantikan Haruhiko Kuroda yang sedang menjabat sebagai gubernur bank sentral.
Amamiya dipandang lebih dovish daripada pesaing lainnya.
Sterling naik 0,1% menjadi 1,2035 dolar setelah jatuh ke level terendah satu bulan di 1,1974 dolar di sesi sebelumnya.
Investor sedang mencari komentar lebih lanjut dari bank sentral minggu ini menyusul apa yang dilihat sebagai hasil dovish dari pertemuan Bank Sentral Inggris minggu lalu.
Dolar Australia naik 0,9% pada 0,6943 dolar AS setelah melonjak 1% karena bank sentral negara itu menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Bank Sentral Australia juga mengatakan diperlukan kenaikan suku bunga lebih lanjut, kebijakan yang dinilai lebih hawkish daripada yang diperkirakan banyak orang.