03 September 2025
08:07 WIB
Jelang Pertemuan OPEC+, Harga Minyak Stabil Di Tengah Risiko Geopolitik
Harga minyak Brent untuk pengiriman November stabil di US$69,13 per barel pada pukul 08.32 di Singapura, setelah naik lebih dari 1% pada Selasa. OPEC+ dijadwalkan bertemu pekan ini.
Penulis: Fin Harini
Seapup 1 Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ) saat perawatan salah satu sumur minyak dan gas di lepas pantai utara Indramayu, Laut Jawa, Jawa Barat, Minggu (2/4/2023). Antara Foto/Aditya Pradana Putra
SINGAPURA - Harga minyak mentah (crude oil) stabil setelah ditutup pada level tertinggi dalam sebulan karena investor mempertimbangkan sejumlah risiko geopolitik, termasuk potensi eskalasi sanksi AS terhadap Rusia, menjelang pertemuan OPEC+ mengenai pasokan.
Dikutip dari Bloomberg, harga minyak Brent untuk pengiriman November stabil di US$69,13 per barel pada pukul 08.32 di Singapura, setelah naik lebih dari 1% pada Selasa. WTI untuk pengiriman Oktober sedikit berubah di US$65,62 per barel.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, ia mengamati bagaimana Presiden Rusia Vladimir Putin menanggapi upaya untuk mengatur pertemuan dengan mitranya dari Ukraina, dan mengisyaratkan ia sedang mempertimbangkan langkah-langkah tambahan jika perundingan tidak mencapai kemajuan.
Pada saat yang sama, presiden AS mengatakan ia tidak berencana menurunkan tarif untuk India, satu minggu setelah Washington menggandakan pungutan atas sebagian besar impor negara itu menjadi 50% sebagai hukuman atas pembelian minyak Rusia.
Langkah tersebut — yang belum diikuti oleh tindakan serupa terhadap Tiongkok, importir utama lainnya — merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk memaksa Moskow mengakhiri perang di Ukraina.
Harga minyak mentah menguat di awal September setelah merosot bulan lalu di tengah kekhawatiran bahwa pasar global akan mengalami surplus, seiring pelonggaran pembatasan pasokan oleh OPEC+.
Aliansi tersebut, yang mencakup Rusia, dijadwalkan bertemu akhir pekan ini, dan sebagian besar analis dan pedagang memperkirakan kelompok tersebut akan mempertahankan produksi untuk Oktober, menghentikan kenaikan produksi yang telah berlangsung lama.
Selain latar belakang tarif AS, para pedagang minyak memantau dampak serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia, termasuk kilang-kilang minyak. Amerika Selatan juga menjadi fokus, dengan kapal-kapal perang AS dikerahkan di lepas pantai Venezuela dalam upaya anti-perdagangan narkoba. Presiden Venezuela Nicolás Maduro mengatakan upaya AS dimaksudkan untuk menyita minyak mentah negara itu.