c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

15 Januari 2025

09:37 WIB

Jelang Hasil RDG BI, IHSG Dibuka Hijau

Meski dibuka hijau, IHSG hari ini (15/1) diprediksi bergerak mixed dalam range 6.900-7.020.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Jelang Hasil RDG BI, IHSG Dibuka Hijau</p>
<p id="isPasted">Jelang Hasil RDG BI, IHSG Dibuka Hijau</p>

Pegawai melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Global (IHSG) di Gedung Bursa Efek, Jakarta, Kamis (28/3/2024). ValidNewsID/Darryl Ramadhan

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip dari RTI, dibuka di level 6.956,66 pada perdagangan Rabu (15/1).

IHSG dari awal dibuka di zona hijau. Hingga pada pukul 09.30 WIB, IHSG menguat sebesar 23,36 poin atau 0,34% menjadi ke level 6.980,03.

Meski dibuka hijau, Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih memproyeksikan IHSG pada tengah pekan akan bergerak mixed.

"IHSG hari ini (15/1) diprediksi bergerak mixed dalam range 6.900-7.020," kata Ratih dalam kajian resmi, Rabu (15/1).

Sebelumnya, pada perdagangan kemarin, Selasa (14/1), IHSG ditutup turun 0,86% atau 60,21 poin ke level 6.956.

Adapun, sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini, antara lain dari dalam negeri,  IHSG terkoreksi dalam dua hari beruntun.

Koreksi IHSG sejalan dengan aksi jual pada saham Blue Chip yang tercermin dari melemahnya indeks LQ 45 dan IDX30, masing-masing sebesar 1,20% dan 1,02%.

Posisi rupiah juga masih tertekan, di mana rupiah Spot berada di level Rp 16.300 per dolar AS pada Rabu (15/1).

Sementara, hari ini pelaku pasar menantikan rilis suku bunga BI-Rate pada RDG periode Januari 2025. Bank Indonesia (BI) berpotensi menahan BI-Rate di level 6%.

Proyeksi tersebut mempertimbangkan posisi rupiah yang tertekan sejak Oktober 2024 seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi AS.

Dari mancanegara, indeks utama Wall Street ditutup bervariasi menjelang rilis data inflasi malam ini. Inflasi pada Desember 2024 diproyeksikan tetap tinggi, sinyal tersebut tercermin dari imbal hasil obligasi AS yang melanjutkan kenaikan.

Dari Asia, jumlah uang beredar (M2) di China pada Desember 2024 tumbuh 7,3% atau lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,1%. Kenaikan M2 ditopang oleh akselerasi penyaluran kredit baru senilai CNY 990 miliar pada Desember 2024, atau lebih tinggi dari posisi November 2024 sebesar CNY 580 miliar.

Lonjakan permintaan kredit senada dengan pemberian stimulus, salah satunya penerbitan obligasi. Namun, jika diakumulasi, permintaan kredit baru di tahun 2024 hanya sebesar CNY 18,09 triliun atau menempati posisi terendah dalam 13 tahun terakhir.

Bergerak Konsolidasi
Secara terpisah, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG pada hari ini akan bergerak konsolidasi.

"Pada perdagangan Senin (15/1), IHSG diperkirakan bergerak konsolidasi, dengan rentang perdagangan di level 6.940 hingga 7.021. Support di level 6.900," tulis Tim Riset, Rabu (15/1).

IHSG pada perdagangan kemarin kembali ditutup melemah, untuk ke-2 kalinya berturut-turut, kali ini sebesar 0,9% menjadi 6.956,7, seiring terus berlanjutnya aksi jual investor asing.

Investor asing kemarin membukukan net selling saham-saham Indonesia sebesar Rp633 miliar. Secara akumulasi, sejak awal tahun, investor asing telah mencatatkan net selling di pasar saham Indonesia mencapai Rp4 triliun atau US$244 juta.

Sementara itu di pasar obligasi pemerintah Indonesia, asing mencatatkan net buying sebesar Rp0,3 triliun di awal tahun. BI masih terus menjaga agar tidak terjadi arus modal asing keluar secara cukup signifikan.

BI pada hari ini akan mengumumkan hasil dari dua hari Rapat Dewan Gubernur (RDG).

"Kami menilai bahwa untuk saat ini penurunan BI rate tidak memungkinkan dan bahkan dengan tingginya tekanan pasar saat ini, khususnya terhadap rupiah, kami memperkirakan BI tidak akan mengubah BI rate pada level 6% sepanjang semester I/2024. BI masih akan tetap mengandalkan penerbitan SRBI untuk menjaga agar tidak banyak dana asing keluar," papar Tim Riset.

Cadangan devisa Indonesia per Desember 2024 mencapai US$155,7 miliar dari hasil penyerapan SRBI. BI masih akan tetap melakukan kebijakan stabilisasi secara terukur.

Nilai tukar dolar AS masih akan terus menguat dalam jangka menengah dengan optimisme prospek ekonomi AS yang lebih baik.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar