c

Selamat

Jumat, 10 Mei 2024

EKONOMI

01 April 2023

18:00 WIB

Jalan Rusak, Ongkos Pun Membengkak

Jalanan rusak bisa memangkas umur pakai kendaraan bermotor karena sejumlah komponen pun rentan rusak. Selain itu, bahan bakar juga jadi lebih boros dan kecelakaan pun berpotensi meningkat

Penulis: Yoseph Krishna,Khairul Kahfi,Sakti Wibawa,

Editor: Fin Harini

Jalan Rusak, Ongkos Pun Membengkak
Jalan Rusak, Ongkos Pun Membengkak
Ilustrasi jalan rusak. Pengendara motor melintas di jalan yang rusak di Jalan Tegar Beriman, Cibinong, Kabupaten Bogor, Kamis (30/3/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA – Selain macet, jalan rusak acap kali menjadi hal yang ditemui banyak pengendara kendaraan bermotor di negeri ini. Menyebalkan? Tentu saja.

Tak hanya membuat waktu tempuh yang lebih lama, jalan rusak juga mempersingkat umur pakai kendaraan bermotor. Mobil atau sepeda motor jadi rentan rusak. Belum lagi, potensi kecelakaan pun meningkat. Bisa dibilang, ongkos yang seharusnya bisa dihilangkan, jadi muncul karena jalan rusak.

Sekadar catatan, Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memprediksi hingga akhir 2023, kemantapan jalan nasional yang bisa dicapai sebesar 93,57%, lebih rendah dari target yang dipatok pada rencana strategis PUPR sebesar 96%.

Kemantapan jalan sendiri, dikategorikan sebagai kondisi jalan baik dan sedang. Sementara itu, kategori jalan tidak mantap mencakup rusak ringan dan rusak berat. Hingga 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kemantapan jalan masih jauh di bawah angka 93,5%.

Catatan BPS, pada 2021, kemantapan jalan di Indonesia baru mencapai 68,09%. Rinciannya, sebanyak 42,6% panjang jalan di Indonesia berada dalam kondisi baik, dan 25,49% dalam kondisi sedang.

Sisanya, 31,91% tidak mantap alias 16,01% dalam kondisi rusak dan 15,9% dalam kondisi rusak berat. Selain itu, berdasarkan data BPS juga, sebanyak jalan di Indonesia sendiri yang diaspal baru sebesar 67,07% dan yang belum diaspal sebesar 32,93%.

Dampak Buruk Jalan Rusak
Kepada Validnews, Kamis (30/3), pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menyebutkan, ada dampak buruk yang dialami sepeda motor yang terlalu sering melewati jalanan rusak atau berlubang. Menurutnya, hentakan, hantaman dan getaran dari jalanan tersebut dapat mempercepat keausan pada komponen sepeda motor, mulai dari suspensi, ban, roda, hingga sistem kemudi.

“Selain itu, pengaruh buruk dari jalanan yang rusak juga dapat membuat mesin bekerja lebih keras dan berisiko mempercepat keausan mesin,” imbuhnya.

Menurutnya, beberapa suku cadang yang sebenarnya masuk kategori slow moving parts akan lebih cepat rusak akibat sepeda motor terlalu sering beroperasi di jalan rusak. Ban, misalnya, dapat lebih cepat aus dan retak jika terlalu sering menghantam jalan berlubang dan bergesekan dengan batu kerikil pada jalan yang rusak.

Selanjutnya, peredam kejut alias shock absorber juga jadi komponen yang paling cepat rusak dan aus akibat sering melewati jalan rusak. Ini karena komponen tersebut dipaksa menyerap getaran dan guncangan keras dari jalan terus menerus. Kenyamanan berkendara juga tentu menurun.

“Sistem rem akan bekerja lebih keras, sehingga mengakibatkan ausnya komponen seperti kampas rem dan cakram rem,” rincinya.

Suku cadang lain yang juga bakal bekerja lebih keras adalah rantai atau belt yang berfungsi untuk mentransmisikan tenaga dari mesin ke roda belakang. Kerap melewati jalan tidak mantap membuat suku cadang ini lebih cepat rusak akibat sering terkena beban, tension dan tekanan yang lebih besar.

Selain itu, beberapa suku cadang akan lebih mudah aus adalah sprocket rantai atau belt yang berfungsi untuk mentransmisikan tenaga dari mesin ke roda belakang. Termasuk bearing yang berfungsi mengurangi gesekan pada komponen-komponen roda dan poros sepeda motor.

“Belum lagi jika sepeda motor menghantam keras lubang yang cukup dalam, hal ini dapat membuat pelek bengkok hingga pecah, khusunya untuk velg racing alloy. Komponen yang disebutkan di atas bukanlah barang yang murah,” imbuhnya.

Biaya Perawatan Kendaraan
Kepala Mekanik Bengkel Honda Ahass Kukusan Depok Dikky Sudrajat menyebutkan, suku cadang yang paling kerap terganggu akibat guncangan melewati jalan rusak adalah bearing roda, bohlam depan, dan shock breaker.

“Perbedaan hanya lebih cepat penggantian bearing jika yang sering lewat jalan rusak, untuk spare part pastinya lumayan jika sering ganti bearing roda,” katanya kepada Validnews, Rabu (29/3).

Menurutnya, biaya pergantian bearing roda depan berkisar Rp73.000, sudah berikut pasang, sedangkan bohlam depan Rp39.000 berikut pasang.

“Selain bearing roda, biasanya yang sering mengalami kendala adalah komstir, harga suku cadang komstir sendiri berkisar Rp182.000 termasuk pasang,” tuturnya.

Dia menyebutkan, tak bisa memperkirakan panjang umur suku cadang itu. “Yang pasti, kalau lewat jalan normal, lebih awet,” tandasnya.

Sementara itu, Yannes memperkirakan, biaya standar perawatan sepeda motor berkisar antara Rp500.000 hingga Rp1 juta per tahun setelah masa garansi toko, tergantung jenis, merek kelas sepeda motornya. Biaya tersebut meliputi penggantian oli, busi, filter udara, berikut jasanya.

Rata-rata, oli motor diganti setiap 2.000 km-3.000 km atau 2 bulan. Busi diganti setelah 8.000 km atau 10-12 bulan. Filter udara diganti setiap 12.000 km-15.000 km atau 12-15 bulan. V-belt diganti antara 20.000 km-30.000 km atau 2-3 tahun. Nah, pergantian parts-parts tersebut bisa jadi lebih cepat dilakukan dengan jalan yang rusak.

“Intinya itu adalah standar yang sudah disarankan oleh pihak APM,” sebutnya.

Namun, dia menyebut perlu riset khusus untuk mengetahui kenaikan biaya perawatan kendaraan yang kerap melewati jalan rusak.

Sebuah studi kasus yang dilakukan Bobby Pratama dari Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara mengungkapkan, besar biaya operasi kendaraan memang sangat dipengaruhi kondisi jalan yang kerap dilewati.

Dalam penelitian bertajuk "Analisa Biaya Operasi Kendaraan Akibat Kondisi Permukaan Jalan di Kota Medan (2018)" itu disebutkan, biaya operasional sepeda motor di jalan mantap mencapai Rp810,51 per km. 

Sementara jika melaju di jalanan rusak, biaya naik menjadi Rp1.051,84 per km. Hal ini berarti, ada Rp241,33 biaya lebih mahal per km.

Dalam kondisi jalan yang baik, kendaraan ringan akan dikenakan biaya sebesar Rp3.645 per kilometer, sedangkan jika digunakan di jalan yang rusak, biayanya naik menjadi Rp5.201,97 per kilometer. Terdapat perbedaan biaya sebesar Rp1.556,97 per kilometer antara kondisi jalan yang baik dan rusak. Kendaraan ringan yang termasuk dalam penelitian ini meliputi mobil penumpang, opelet, mikrobus, pick up, dan truk kecil.

GM Corporate Communication Astra Honda Motor Ahmad Muhibbudin mengamini jika secara terus menerus kendaraan melewati jalan dengan kondisi rusak atau bahkan rusak berat, beberapa komponen kendaraa memang akan bekerja lebih berat.

“Pastinya akan bekerja lebih berat dari biasanya dan perlu diperiksa secara berkala oleh pengguna. Komponen tersebut antara lain Comp Steering (bearing kemudi), bearing roda, suspensi, rantai roda dan ban. Pengecekan berkala diperlukan untuk memastikan kondisi serta fungsi dari parts tersebut tetap dalam kondisi yang baik untuk digunakan berkendara,” katanya kepada Validnews, Kamis (30/3).

Pergantian suku cadang, lanjutnya, perlu dilakukan apabila komponen motor tersebut sudah dalam kondisi aus, atau sudah melewati batas waktu tertentu. Muhib, panggilan akrabnya menjelaskan, penggantian suku cadang, seperti kampas rem dan saringan, serta oli, bergantung pada intensitas pemakaian.

Tak hanya cepat rusak, pengemudi juga harus bersiap merogoh kocek lebih sering untuk membeli bensin. Yannes menjabarkan, secara garis besar, penggunaan sepeda motor di jalanan yang rusak dapat menyebabkan peningkatan gesekan dan beban pada mesin akibat jalan yang tidak rata.

“Penggunaan throttle yang lebih sering dan lebih kuat agar kendaraan dapat melaju di jalan yang buruk tersebut juga membuat penggunaan bensin lebih banyak,” sebut Yannes.

Penyebab Kecelakaan
Selain biaya perawatan dan operasional kendaraan yang meningkat, kondisi jalan yang tak mantap juga menjadi salah satu penyebab kecelakaan lalu lintas meski tak dominan. Kominfo, mengolah data kepolisian, menjabarkan 30% kecelakaan disebabkan faktor prasarana dan lingkungan, termasuk di dalamnya kerusakan jalan.

Penyebab kecelakaan lainnya adalah 61% faktor manusia, terkait kemampuan dan karakter pengemudi; serta 9% disebabkan faktor kendaraan terkait persyaratan teknis laik jalan.

Sayangnya, jalan rusak yang terlihat di depan mata, justru tak bisa begitu saja dibenahi. Anggaran yang mepet menjadi penyebab target rencana strategis urung tercapai. Tahun ini, pembangunan konektivitas, baik infrastruktur jalan maupun jembatan mendapat jatah Rp49,31 triliun.

Dari jumlah itu, sebanyak Rp8,73 triliun atau 17,71%, khusus dialokasikan untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Sisanya, sebesar Rp40,58 dibagi untuk dukungan manajemen sebesar Rp17,61 triliun, serta preservasi jalan dan jembatan sebesar R22,97 triliun.

“Untuk mencapai target kemantapan jalan pada Renstra sebesar 96% dibutuhkan alokasi anggaran sebesar Rp30 triliun. Sedangkan anggaran preservasi jalan dan jembatan untuk tahun 2023 hanya Rp22,97 triliun, maka prediksi kemantapan jalan yang dapat dicapai adalah sebesar 93,57%,” kata Direktur Jenderal Bina Marga Hedy Rahadian pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR, Selasa (24/1/2023).

Kementerian PUPR menyebutkan terdapat berbagai penyebab kerusakan jalan. Bisa dari konstruksi awal yang kurang sesuai, minimnya drainase yang mengakibatkan genangan air dan menyebabkan aspal terkupas, hingga muatan kendaraan berlebih dari kendaraan yang melintas, juga membuat jalan menanggung beban terlalu berat.

Namun, karena anggaran yang diperlukan untuk memperbaiki dan membangun jalan terbatas, pemerintah pun meminta ada pencegahan mandiri dari pengemudi agar terhindar dari potensi kecelakaan, maupun biaya yang menggelembung.

Ya, apa boleh buat. Ketimbang kemrungsung misuh-misuh menyalahkan pemerintah yang lambat mengalokasikan uang pajak untuk membenahi jalan rusak, kita sebagai pengendara dan pengguna jalan memang mau tak mau harus bisa beradaptasi dengan kondisi. Jika tak ingin kendaraan kesayangan cepat rusak, ada baiknya kita lebih berhati-hati dan cermat berkendara melewati jalan rusak.

Seperti pesan Muhib;

“Untuk menghadapi jalanan rusak, sebaiknya pengendara mengurangi kecepatan, menghindari lubang besar, dan jangan membawa beban terlalu berat. Hal tersebut dapat meminimalisir terjadinya bahaya dan mengurangi potensi kerusakan pada suku cadang,” tutup Muhib.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar