01 Februari 2023
20:13 WIB
JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk atau PGE segera melaksanakan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO). Harga penawaran awal saham ditetapkan pada kisaran Rp820 hingga Rp945.
“PGE adalah salah satu perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia dan global yang diukur dengan kapasitas terpasang, serta didukung oleh basis cadangan dan sumber daya yang besar,” kata Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto dalam Public Expose, di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, Rabu (1/2).
Dia menyebutkan, PGE akan melepas sebanyak-banyaknya 10,35 miliar saham atau 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO, dan melaksanakan masa penawaran awal pada 1 Februari hingga 9 Februari 2023. Melalui IPO tersebut, pihaknya menargetkan memperoleh dana sebanyak-banyaknya Rp9,78 triliun yang akan digunakan untuk kebutuhan belanja modal atau capital expenditure (capex) dan pembayaran sebagian fasilitas pinjaman.
Selain itu, perseroan akan mengalokasikan sebanyak-banyaknya 1,50% atau 630,3 ribu saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum untuk Program Opsi Pembelian Saham kepada Manajemen dan Karyawan (MESOP).
Dia menjelaskan, PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang tersebar di enam area dengan kapasitas terpasang 672 megawatt (MW) yang dioperasikan sendiri. Ssebanyak 1.205 MW lainnya, dikelola melalui Kontrak Operasi Bersama atau Joint Operation Contract (JOC).
Kemudian, kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sebesar sekitar 82% dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi emission avoidance karbondioksida (CO2) sekitar 9,7 juta ton per tahun.
Selain itu, menurut dia, pemanfaatan yang dilakukan oleh PGE dari energi geothermal telah berhasil membuat 2,08 juta rumah di Indonesia teraliri listrik. Ia menyatakan, perseroan berambisi meningkatkan basis kapasitas terpasangnya dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada tahun 2027, yang sejalan dengan misi menjadi perusahaan energi ramah lingkungan terkemuka.
"PGE memiliki rekam jejak pengembangan panas bumi dan pembangkit listrik yang solid dan terbukti," kata Ahmad.
Anak perusahaan PT Pertamina (Persero) ini mencatat pendapatan mencapai US$287 juta atau tumbuh 3,9% year on year (yoy) hingga akhir kuartal III- 2022. Sejalan kinerja tersebut, perseroan membukukan kenaikan laba bersih signifikan 67,8% secara tahunan menjadi UIS$111 juta pada kuartal III-2022, serta net profit margin (NPM) juga melesat menjadi 38,8% per akhir kuartal III-2022, dari sebelumnya 24% pada kuartal III- 2021.
Kinerja solid perseroan didukung kesepakatan kontrak jangka panjang atau rata-rata di atas 20 tahun dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sebagai offtaker tunggal.
"PGE memiliki hubungan yang baik dan luas dengan PLN dan secara historis mampu menegosiasikan ulang tarif kontraktual yang ada dengan PLN," tandasnya.
Transisi Energi
Sebelumnya, PGE menyatakan Indonesia mempunyai peluang besar mengoptimalkan kekayaan panas bumi atau geothermal secara ekonomis di tengah kampanye transisi energi.
"Saya percaya dunia mau menuju ke energi bersih, jadi peluang (geothermal) juga semakin besar," kata Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PGE Rachmat Hidayat.
PGE menyebutkan potensi panas bumi makin dilirik sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar fosil. Dalam konteks itu, Indonesia diuntungkan karena memiliki harta karun berupa potensi panas bumi yang melimpah.
Mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sumber daya panas bumi Indonesia ditaksir mencapai 23.965,5 megawatt (MW) atau sekitar 24 gigawatt (GW), nomor dua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat.
Rachmat mengklaim, saat ini, PGE merupakan salah satu perusahaan geothermal terbesar di dunia. "Kapasitasnya 2,3 gigawatt, hampir 82% berasal dari PGE. Ada yang dilakukan sendiri dan ada yang dilakukan oleh partner PGE," ujarnya.
Sementara, berdasarkan laporan keuangan per 2021, pendapatan PGE tercatat sebesar US$369 juta atau setara dengan Rp5,71 triliun (asumsi kurs Rp15.500 per dolar AS).
Geothermal, lanjut dia, merupakan suplai energi terbaik untuk PLN. Hal itu bisa dibuktikan ketika terjadi pemadaman.
"Geothermal itu singkat ketika pengisian. Tidak seperti batu bara yang membutuhkan waktu lama, geothermal bisa langsung dan stabil. Jadi tidak ada intermiten, tidak mengenal siang dan malam," kata Rachmat.
Selain listrik, ia menjelaskan geothermal juga memiliki banyak produk turunan yang dapat dimanfaatkan dalam keseharian, mulai dari agro wisata, mineral "silica" untuk produk kecantikan hingga "green amonia" sebagai bahan bakar tanpa karbon.
Saat ini, PGE memiliki sebaran wilayah kerja di tiga pulau, yakni Sumatera (Medan, Bengkulu, Lampung, dan Sumatera Selatan) serta Jawa Barat dan Sulawesi. "Harapannya ketika dibuka tender lain, PGE juga bisa hadir di daerah timur Indonesia," tandasnya.