07 November 2025
19:58 WIB
Investor Asing Net Buy Rp12,96 T Di Pasar Saham Pada Oktober
Investor asing melakukan aksi beli di pasar saham senilai Rp179,61 triliun dan melakukan aksi jual senilai Rp166,63 triliun sepanjang Oktober 2025.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta (24/9/2025). Validnews/Hasta Adhistra.
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan investor asing mencatatkan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp12,96 triliun di pasar saham Indonesia pada Oktober 2025.
Secara akumulasi, investor asing melakukan aksi beli senilai Rp179,61 triliun dan melakukan aksi jual senilai Rp166,63 triliun sepanjang Oktober 2025, sehingga mencatatkan net buy senilai Rp12,96 triliun.
"Sejalan dengan arah penguatan pasar pada periode laporan, investor asing membukukan net buy di pasar saham domestik senilai Rp12,96 triliun (mtm). Sehingga, secara year to date (ytd), akumulasi net sell investor asing mencapai Rp41,79 triliun," kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi dalam Konferensi Pers RDK Bulanan (RDKB) Oktober 2025 di Jakarta, Jumat (7/11).
Secara keseluruhan, Inarno menyampaikan, kinerja pasar modal domestik pada Oktober 2025 melanjutkan tren positif, didukung oleh membaiknya sentimen global dan terjaganya kinerja perekonomian domestik.
IHSG pada akhir Oktober 2025 ditutup di level 8.163, terapresiasi 1,28% (mtm) atau 15,31% (ytd).
IHSG maupun nilai kapitalisasi pasar saham pada periode tersebut sempat mencatat posisi tertinggi (all time high/ATH). Tercatat, IHSG mencapai level 8.274,34 pada 23 Oktober 2025 dan kapitalisasi pasar mencapai Rp15.560 triliun pada 10 Oktober 2025.
Inarno menyebut, likuiditas transaksi saham juga terpantau melanjutkan peningkatan. Hal ini terlihat dari rerata nilai transaksi harian (RNTH) saham pada Oktober 2025 yang membukukan rekor all time high (ATH) dengan nilai RNTH sebesar Rp25,06 triliun.
Adapun, secara (ytd) per akhir Oktober 2025, RNTH saham tercatat sebesar Rp16,62 triliun, meningkat dibandingkan angka RNTH 2024 yang hanya mencapai Rp12,85 triliun.
"Peningkatan nilai RNTH tersebut turut dikontribusikan oleh investor individu domestik," tegas dia.
Pasar obligasi dalam negeri juga melanjutkan kinerja positif dengan indeks komposit atau ICBI meningkat 2,02% (mtm), atau 11,55% (ytd) ke level 438,03.
Kemudian, yield SBN rata-rata turun 25,68 bip secara month to month atau 88,36 bip secara (ytd).
Di sisi lain, investor non-resident membukukan net sell pada pasar SBN sebesar Rp27,56 triliun (mtm) selama Oktober 2025 dan (ytd) net buy sebesar Rp3,89 triliun.
Selanjutnya, di industri pengelolaan investasi, per 30 Oktober 2025, nilai asset under management atau AUM sebesar Rp969 triliun, meningkat 4,98% (mtm) atau 15,72% (ytd).
Adapun, nilai aktiva bersih atau NAB reksadana pada periode yang sama mencapai Rp623 triliun, naik 7,95% (mtm), atau 24,83% (ytd).
"Berlanjutnya penguatan NAB reksadana ini turut ditopang oleh net subscription investor sebesar Rp45,10 triliun secara (mtm) atau (ytd) net subscription sebesar Rp90,60 triliun," ujar Inarno.
Sedangkan dari sisi jumlah investor, Inarno menuturkan, pada bulan Oktober 2025, tercatat penambahan sebesar 520 ribu investor baru di pasar modal domestik.
Dengan demikian, secara (ytd) di tahun 2025, jumlah investor di pasar modal meningkat sebanyak 4,31 juta menjadi 19,18 juta, atau naik sebesar 29,01%.
IPO dan Bursa Karbon
Penghimpunan dana di pasar modal juga terpantau tetap kuat. Per akhir Oktober 2025 secara (ytd), nilai penawaran umum oleh korporasi mencapai Rp204,56 triliun, termasuk oleh 17 emiten baru yang melakukan fundraising senilai Rp13,15 triliun.
"Untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF), selama Oktober terdapat 46 efek nilai dana dihimpun sebesar Rp66 miliar, serta terdapat 23 penerbit baru. Dengan demikian, secara agregat telah terdapat 923 penerbit efek dari 547 penerbit serta 188.315 pemodal," papar dia.
Adapun pada pasar derivatif keuangan, sejak 10 Januari hingga 30 Oktober 2025, tercatat 115 pihak yang telah memperoleh persetujuan prinsip OJK. Selama Oktober 2025 ini, volume transaksi mencapai 62.208 lot, sehingga secara (ytd) total volume transaksi tercatat sebanyak 874.432 lot.
Selanjutnya, terkait perkembangan Bursa Karbon, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 31 Oktober 2025, secara total tercatat 137 pengguna jasa yang telah terdaftar.
Total volume transaksi adalah sebanyak 1,6 juta ton CO2 ekuivalen (tCO2e) dengan akumulasi transaksi sebesar Rp78,50 miliar.
Inarno mengatakan, OJK juga terus memperkuat pengawasan transaksi efek guna memastikan terjaganya disiplin dan integritas pasar modal domestik. Agenda tersebut diwujudkan dalam bentuk serangkaian upaya dan inisiatif yang berkaitan dengan pasar primer, pasar sekunder, penguatan infrastruktur maupun pengenaan sanksi yang menimbulkan efek jera.
"Koordinasi dengan berbagai pihak terus diperkuat efektivitasnya ke depan, termasuk dengan aparat penegak hukum APH, pemerintah, dan juga self-regulatory organization (SRO)," pungkasnya.