c

Selamat

Selasa, 23 April 2024

EKONOMI

18 September 2021

17:37 WIB

Investasi Lokal Di Sektor Alkes Tak Kalah Mumpuni

Saat ini terdapat 79 jenis dari total 358 alkes produksi dalam negeri yang sudah dapat menggantikan produk-produk impor di e-katalog LKPP.

Penulis: Zsasya Senorita

Editor: Fin Harini

Investasi Lokal Di Sektor Alkes Tak Kalah Mumpuni
Investasi Lokal Di Sektor Alkes Tak Kalah Mumpuni
Pekerja mengisi ulang tabung oksigen di toko Alat Kesehatan (Alkes) Graha Medika Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (6/7/2021). ANTARAFOTO/Nova Wahyudi

JAKARTA – Perebakan pandemi covid-19 membuat pemerintah mendorong ketahanan dan kemandirian sektor alat kesehatan (alkes) lewat investasi, baik lokal maupun asing. Potensi investasi perusahaan lokal dinilai tak kalah dibandingkan investor asing.

Asisten Deputi Investasi Strategis Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Bimo Wijayanto menyebutkan potensi investasi industri alkes dari perusahaan lokal setara dengan perusahaan asing, bila penyertaan modal lokal dalam joint venture dihitung.

Bimo menginformasikan bahwa saat ini, investasi lokal di bidang alkes yang sudah ada berjumlah Rp209 miliar, sedangkan investasi asing berjumlah Rp232 miliar. Investasi asing ini meliputi perusahaan yang di dalamnya terdapat saham asing, baik 100% perusahaan asing maupun sebagian saham asing.

“Potensi investasi perusahaan lokal bahkan bisa lebih besar,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima pada Sabtu (18/9).

Ia pun menjanjikan, pemerintah akan aktif memfasilitasi komunikasi dengan berbagai pihak untuk menghilangkan hambatan atau debottlenecking atas permasalahan yang dihadapi, baik kepada komitmen investasi yang sudah ada maupun yang akan berjalan.

“Investasi yang sudah berjalan di Indonesia juga perlu diperhatikan, misal dengan fasilitasi atau pendampingan dalam mencari sumber pendanaan dan strategi partner untuk pengembangan bisnis,” tambah Bimo.

Salah satu upaya pemerintah untuk menarik investasi sektor kesehatan adalah dengan mengembangkan   Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang. Rencananya, pemerintah akan mengembangkan sektor kesehatan di lahan seluas 4.300 hektare tersebut.

Dalam perkembangan industri produk alat kesehatan, saat ini terdapat 79 jenis dari total 358 alkes produksi dalam negeri yang sudah dapat menggantikan produk-produk impor di e-katalog LKPP.

Di sisi lain, Direktur Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Sodikin Sadek menyebutkan jumlah industri alat kesehatan dalam negeri pada enam tahun terakhir tumbuh sebanyak 518 industri atau sebesar 268,39% per Juli 2021.

Dia juga menjelaskan bahwa 16 alkes konsumsi terbesar di Indonesia sudah dapat diproduksi dalam negeri

“Dari 19 alkes, 16 sudah mampu diproduksi dalam negeri, tiga impor. Walaupun bahan baku tetap melalui impor,” jelas Sodikin.

Kemenkes mencatat, sampai 2021, terdapat 271 industri formulasi farmasi, 17 industri bahan baku farmasi,132 industri obat tradisional, 18 industri ekstraksi hasil alam. 

Produk farmasi dan alat kesehatan Indonesia juga telah diekspor ke beberapa negara, seperti Belanda, Inggris, Polandia, Nigeria, Kamboja, Vietnam, Filipina, Myanmar, Singapura, Korea Selatan, serta Amerika Serikat.

Untuk mengawal upaya pengembangan industri alkes Kemenko Marves melakukan kunjungan kerja bersama Kemenkes ke KIT Batang pada Jumat, (17/9). Kawasan ini merupakan kawasan industri prakarsa pemerintah yang dibangun untuk menangkap peluang momentum relokasi investasi asing, termasuk PSN berdasarkan Perpres No. 109 Tahun 2020. Proyek ini fokus pada industri otomotif, tekstil, kimia, logistik, ICT, dan teknologi tinggi.

Pada 2020, realisasi investasi di Indonesia sebesar Rp826,3 triliun atau 101,1% dari target. Kemudian sepanjang Semester I 2021, realisasi investasi yang diperoleh sebesar Rp442,8 triliun atau 49% dari target yang dipatok tahun ini.

Direktur Promosi Sektoral Kementerian Investasi/BKPM, Sri Endang Novitasari meyakini, pemerintah dapat mendorong investasi melalui industri padat karya yang berorientasi ekspor, seperti industri farmasi dan alat kesehatan, otomotif, elektronik, dan energi khususnya yang baru dan terbarukan (EBT).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar