25 Oktober 2024
17:44 WIB
Inovasi PLN IP Tekan Emisi Diakui Dunia Internasional
Cofiring menjadi salah satu breakthrough PLN Indonesia Power (PLN IP) dalam program dekarbonisasi nasional dan mendukung net zero emission (NZE) pada 2060
Ilustrasi- PT PLN Indonesia Power menjalankan program cofiring biomass atau substitusi energi primer PLTU dengan biomassa, salah satu inovasi mencapai target nationally determined contribution (NDC) 2030 dan net zero emissions (NZE) 2060. dok. PLN IP
JAKARTA - Sejumlah inovasi yang dilakukan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) dalam menekan emisi karbon, memperoleh pengakuan internasional. Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengatakan, inovasi tersebut merupakan upaya untuk menjawab tantangan dalam memenuhi kebutuhan energi ramah lingkungan.
"Ancaman pemanasan global yang dipicu emisi karbon di depan mata, sebagai pemain utama pada sektor kelistrikan di tanah air, PLN Indonesia Power harus mengambil peran penting dalam menurunkan emisi karbon," ujar Edwin dalam keterangannyadi Jakarta, Jumat (25/10).
Edwin menyebutkan inovasi PLN IP yang telah berjalan di antaranya pelaksanaan program cofiring, untuk mengurangi konsumsi batu bara di PLTU yang digantikan dengan pemanfaatan biomassa sebagai energi primernya.
"Cofiring menjadi salah satu breakthrough PLN Indonesia Power dalam program dekarbonisasi nasional dan mendukung net zero emission pada 2060," kata Edwin.
Edwin melanjutkan, PLN Indonesia Power juga agresif mengembangkan green hydrogen dengan membangun green hydrogen plant (GHP). Green hydrogen yang bahan bakunya berasal dari pembangkit listrik, akan mendukung penurunan emisi dari sektor transportasi dan industri.
"Selain sektor kelistrikan, kami juga fokus mengurangi emisi karbon pada sektor transportasi, green hydrogen ini merupakan energi masa depan yang dapat menyelamatkan Bumi dari ancaman pemanasan global," tutur Edwin.
Inovasi PLN Indonesia Power tersebut mendapatkan apresiasi dalam ajang internasional Asian Power Awards 2024. Dalam gelaran tersebut, Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo juga meraih penghargaan untuk kategori CEO of The Year.
Melalui dua unit bisnis pembangkitan (UBP), PLN IP meraih empat penghargaan yakni PLN IP UBP Suralaya dengan kategori Biomass Power Project of the Year dari inovasi berjudul "Optimization Of The Suralaya Power Plant Land For Biomass Plant Vegetation as A Supply Chain Security Strategy For Co-Firing". Kemudian, kategori Green Hydrogen Power Project of the Year dari inovasi berjudul "Solar PV for Green Hydrogen".
Selain itu, UBP Jawa Barat 2 Pelabuhan Ratu dengan kategori Environmental Upgrade of the Year dari inovasi berjudul "Green Transformation of Pelabuhan Ratu: Solar and Wind Power as Captive Power for a Sustainable Future". lalu, kategori Wind Power Project of the Year dari inovasi berjudul "Wind and Solar Synergy: Driving Pelabuhan Ratu's Sustainable Energy Revolution".
Dilirik Thailand
Sebelumnya, PT PLN Indonesia Power (PLN IP) menyebutkan transformasi digital sistem pembangkitan listrik, yang merupakan karya insinyur perusahaan, kembali dilirik perusahaan energi asal Thailand, Gulf Energy Development Public Company Limited.
Edwin dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, mengatakan, PLN IP mempunyai sistem digitalisasi pembangkit, yang dapat memantau 21 GW berbagai teknologi pembangkit listrik di 20 lokasi dan 90.000 parameter, yang dinamakan Reliability and Efficiency Optimization Center (REOC).
"Di bawah kepemimpinan Bapak Erick Thohir (Menteri BUMN), inovasi dan terobosan ini menjadi daya tarik perusahaan energi asal Thailand, Gulf Energy Development Public Company Limited," serunya.
Sebelumnya, inovasi tersebut menjadi sorotan Banpu Public Company Limited, juga perusahaan asal Negeri Gajah Putih. Edwin menambahkan REOC merupakan suatu bentuk transformasi digital yang memberikan value creation bagi perusahaan.
REOC dikembangkan secara mandiri oleh insinyur PLN Indonesia Power terbaik sebagai wujud dari digitalisasi, inovasi, dan efisiensi power plant, sebuah transformasi digital di bidang pembangkitan, yang mempermudah dalam menganalisa dan memantau operasional secara real time.
"Inilah yang kemudian kami bangun menjadi satu kesatuan digitalisasi yang tidak hanya dilakukan di beberapa pembangkit, tetapi seluruh pembangkit yang ada di PLN IP. Kemudian kami namakan REOC, inovasi teknologi pengelolaan pembangkit listrik terintegrasi berbasis industri 4.0 dan memberikan value tersendiri bagi perusahaan dalam menjalankan proses bisnis khususnya bidang ketenagalistrikan," beber Edwin.
Edwin, yang memperkenalkan REOC kepada perwakilan dari Gulf Energy, membahas lebih kepada system analyst dan manajemen pembangkitan, serta monitoring artificial intelligence REOC. "Saat ini, PLN IP terus melakukan perbaikan dan inovasi untuk membuat performa REOC lebih baik lagi dan bermanfaat untuk pengoperasian pembangkit kami, meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses bisnis yang akan menghasilkan cost efficiency dan juga peningkatan revenue perusahaan," tambahnya.
Pada momen engagement discussion engineer, PLN IP memberikan keterangan kepada Gulf tentang transformasi digitalisasi pembangkit. Para eksekutif Gulf Energy diberi gambaran menyeluruh mengenai teknologi dan sistem yang digunakan di REOC untuk memastikan efisiensi dan keandalan operasional.
Selanjutnya, disimulasikan langsung bagaimana sistem REOC memantau lebih dari 21,08 GW yang tersebar di 35 unit bisnis pembangkitan (UBP) dan satu unit bisnis pemeliharaan (UBH).
"Dikelola dan dipantau secara realtime, diperlihatkan berbagai sistem dan teknologi mutakhir yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan performa pembangkitan yang beroperasi di seluruh Indonesia," sebut Edwin.
Sementara itu, Deputy Chief Executive Officer Gulf Energy K Ravi Kurmarohita menyampaikan kekagumannya serta harapan untuk dapat bekerja sama dengan PLN IP ke depannya. "Transformasi digital pembangkit yang diterapkan PLN IP ini sungguh luar biasa, kesempatan besar bagi kami untuk menyaksikan dan mempelajari secara langsung pengoperasian REOC dan kami berharap bisa bekerja sama dalam waktu dekat," ujarnya.
Sementara itu, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, pemenuhan energi sesuai amanat konstitusi, saat ini mengalami penyesuaian ke arah energi yang ramah lingkungan untuk melaksanakan transisi energi.
"Kami di kementerian ini memang memiliki tanggung jawab yang sangat besar, Kementerian ESDM adalah bagian dari pada amanah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia khususnya Pasal 33 dan dalam konteks itu kita juga mengalami perubahan transisi yang sangat luar biasa, kita bicara tentang green energy dan juga bicara tentang lingkungan yang lebih baik," tuturnya.
Menurut Bahlil, perubahan iklim menjadi salah satu fokus pemerintah, sebab itu pelaksanaan transisi energi merupakan sebuah keharusan untuk mewujudkan target NZE 2060. "Fokus pada perubahan iklim dan komitmen NZE, maka transisi energi harus kita lakukan," pungkasnya.