c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

23 November 2022

20:32 WIB

Ini Strategi Bank Mandiri Sambut Era Metaverse dan Web 3.0

Bank Mandiri menyebutkan ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan metaverse, terutama untuk sektor perbankan.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

Ini Strategi Bank Mandiri Sambut Era Metaverse dan Web 3.0
Ini Strategi Bank Mandiri Sambut Era Metaverse dan Web 3.0
Gelaran acara Indonesia Digital Conference dan AMSI Award 2022 di Ballroom Hotel JS Luwansa, Jakarta , Senin (21/11/2022). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA - Direktur Information Technology PT Bank Mandiri Persero (Tbk), Timothy Utama menyatakan bahwa sejak lama perseroan sudah memiliki digital banking roadmap. 

"Ini (digital banking roadmap.red) bukan baru kemarin atau dua tahun yang lalu. Kita sudah menyiapkan cukup panjang," kata Timothy saat menjadi pembicara dalam Indonesia Digital Conference AMSI Awards 2022 hari kedua dengan tema "Sektor Keuangan Menyambut Era Metaverse dan Web 3.0", yang dipantau secara daring, Rabu (23/11). 

Menurut Timothy, peluang atau opportunity digital banking bisa terjadi jika perbankan siap dalam hal infrastruktur dan memiliki cara menangani digital. Oleh karena itu, Bank Mandiri memiliki tiga poin besar dalam menyikapi peluang digital ini. 

"Pertama, kita harus digital readiness. Di mana kita harus naik level untuk memastikan infrastruktur, sistem kita, cloud kita, segalanya siap untuk menyambut digital," ujar Timothy. 

Kedua, lanjutnya, kita harus membangun digital-native products. Termasuk hal-hal baru, misalnya perubahan dari semula semua proses dilakukan di cabang secara manual, sekarang masuk ke digital. Untuk itu, Bank Mandiri memperbarui digital channel

"Livin' by Mandiri adalah super app yang kita katakan sebenarnya digital bank kita. Selain Livin' by Mandiri, kita mempunyai Kopra dan Smart Branch," terang dia. 

Ia menambahkan, banyak orang yang bisa menjalankan digital. Namun yang paling penting dari semuanya adalah kepunyaan ekosistem dan bagaimana merangkum ekosistem ini menjadi peluang.

Yang terakhir, dengan adanya digitalisasi, Bank Mandiri berinvestasi untuk memperkuat data analytics dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). 

"Kami menjalankan ring bank digital yang cukup berbeda dengan bank-bank lain. Bank lain mungkin memiliki bank baru atau memberi alasan baru akan meluncurkan bank digital. Tapi, Bank Mandiri transformasi ke bank digital," katanya. 

Asal tahu saja, bank digital memudahkan nasabah untuk tidak perlu lagi datang ke cabang, karena nasabah bisa melakukan sesuatu atau mengakses layanan perbankan dengan cepat dan praktis tanpa harus melalui cabang. 

Bank Mandiri diklaim telah menghadirkan semua layanan keuangan dan terintegrasi dengan ekosistem gaya hidup perkotaan dalam satu aplikasi. 

"Jadi ada tiga besaran besar. Yang pertama adalah comprehensive banking experience, full-suite financial service, dan open ecosystem," tuturnya. 

Super App
Lebih lanjut, Timothy menegaskan bahwa Bank Mandiri telah meluncurkan digital bank financial super app pada 2 Oktober 2021. Setelah diluncurkan dalam satu tahun, pencapaiannya pun menunjukkan hasil yang luar biasa. Yakni, sudah mempunyai 19 juta downloads dan 14,5 juta registered user

Hingga kuartal III-2022, volume transaksi di Livin' telah mencapai 500 juta lebih besar dibanding ATM yang mencapai 262 juta. Begitu pula dengan nilai transaksi, di mana Livin' masih memimpin dibanding ATM, masing-masing nilai transaksi adalah Rp630 triliun dan Rp200 triliun hingga kuartal III-2022. 

Pada saat yang sama, nilai Gross Transaction Value (GTV) atau nilai kotor transaksi via Livin' sudah mendekati Rp2.500 triliun. 

"Digital Mall ini sangat aktif. Kok bisa growth-nya begitu cepat? Karena yang kita fokuskan yang hari-hari adalah customer integration dan customer experience yang kita bangun dengan use cases yang relevan supaya orang mau datang ke kita," jelasnya. 

Bank Mandiri meluncurkan fitur Livin' Sukha untuk menyempurnakan Super App Livin' by Mandiri. Tidak hanya menyajikan layanan perbankan yang lengkap, namun juga menjangkau berbagai kebutuhan gaya hidup nasabah secara digital. 

Hadirnya fitur ini memungkinkan nasabah memenuhi kebutuhan transaksi dalam satu aplikasi, seperti transaksi pembelian tiket pesawat, tiket kereta api, entertainment, pembelian voucher gim, pengajuan kredit, dan lain-lain. 

"Sukha memperlihatkan lifestyle yang kita perlu. Mulai dari beauty & wellnes, culinary, event & attraction, fashion, sport & activities, games & entertainment, hingga travel & leisure. Sementara untuk banking mencangkup account onboarding, savings, transfer, loand, serta investment," terang Timothy. 

Tantangan Metaverse
Masih dalam kesempatan yang sama, Timothy menuturkan bahwa metaverse pada dasarnya membawa virtual experience di dunia kita. Metaverse merupakan jaringan dunia virtual 3D yang berfokus pada hubungan sosial. 

Dengan demikian, dapat diartikan bahwa metaverse adalah sebuah evolusi dari internet yang mengkombinasikan sesuatu yang virtual dan fisik. 

Akan tetapi, ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan metaverse, terutama untuk sektor perbankan. Tantangannya, yaitu bagaimana membawa dunia maya kepada dunia fisik karena semuanya masih terjadi di dunia fisik. 

"Beli gado-gado di GoFood, saya enggak bisa makan di metaverse. Barang itu mesti di depan saya. Ini yang kita masih mencari jalan bagaimana metaverse yang pada dasarnya ada dua, yaitu AR dan VR. VR absolutely dengan avatar, saya enggak bisa makan berasa kenyang dengan avatar. Sedangkan AR, saya bisa merasakan sesuatu yang berbeda. Dalam hal ini, kami masih mencari jalan," ujar Timothy. 

Meski begitu, dirinya percaya untuk ke depannya, kalau sektor perbankan bisa mendapatkan sesuatu yang tepat terkait hal ini. 

Saat ini, ia menegaskan, Bank Mandiri sudah mulai memasuki dunia metaverse. Salah satunya lewat virtual branch, customer loyalty, dan deal hunter

"Virtual branch sudah kita jalankan, customer loyalty sudah kita pikirkan, dan deal hunter masih kita mencari jalan," ungkap dia. 

 Menurut Timothy, pihaknya masih terus memikirkan cara untuk memberikan experience yang berbeda. Pasalnya, metaverse merupakan sebuah ranah yang masih baru. 

"Saya rasa peluangnya masih sangat banyak, tetapi tetap kita harus memikirkan hal-hal regulatory framework, use cases, security, currency & digital payments, dan omniverse," pungkas Timothy.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar