24 Februari 2024
08:08 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Sejumlah bank, tak terkecuali dengan bank pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) akan menghadapi berakhirnya masa restrukturisasi kredit terkait covid-19 pada Maret 2024.
Corporate Secretary Bank Mandiri Teuku Ali Usman mengatakan bahwa Perseroan telah mencatatkan penyusutan nilai kredit terdampak covid-19 yang direstrukturisasi.
Per Desember 2023, outstanding kredit restrukturisasi covid-19 di Bank Mandiri mencapai sebesar Rp17,2 triliun, menyusut dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp35,9 triliun.
Lebih jauh lagi, jumlah tersebut juga telah jauh merosot jika dibandingkan kondisi akhir tahun 2021 yang mencapai Rp69,7 triliun.
Selain itu, nilai kredit restrukturisasi covid-19 sebesar Rp17,2 triliun telah turun drastis jika dibandingkan posisi tertinggi pada Juni 2021 yang sebesar Rp96,5 triliun.
"Dapat kami sampaikan, hingga akhir 2023, portofolio restrukturisasi covid-19 Bank Mandiri mencapai Rp17,2 triliun, turun 52,1% dibandingkan Desember 2022 dan juga telah turun signifikan dibandingkan poisisi tertinggi pada Juni 2021 lalu sebesar Rp96,5 triliun," ujarnya kepada Validnews, Jumat (23/2).
Oleh karena itu, dalam menjaga kualitas kredit, Bank Mandiri secara aktif memantau kondisi usaha debitur melalui indikator early warning signal termasuk membentuk pencadangan yang memadai untuk memitigasi risiko kredit yang timbul.
Baca Juga: Jelang Restrukturisasi Kredit Covid-19 Berakhir, BRI Siapkan Strategi
Adapun, sampai dengan Desember 2023, posisi NPL Bank Mandiri secara bank only juga telah menurun mencapai level 1,02% dengan NPL coverage ratio mencapai 384,36%.
Sebelumnya, berdasarkan data OJK, disebutkan bahwa nilai restrukturisasi kredit covid-19 perbankan per Desember 2023 di buku bank sebesar Rp265,78 triliun.
Jumlah kredit restrukturisasi covid-19 ini sejatinya dalam tren penurunan. Tercatat, pada November 2023, nilai restrukturisasi kredit covid-19 perbankan mencapai Rp285,32 triliun. Artinya, dalam periode satu bulan, yakni November ke Desember 2023 terjadi penurunan sebesar Rp19,54 triliun.
Saat nilai kredit restrukturisasi mengecil, jumlah nasabah pun turut susut 100 ribu peminjam menjadi 1,04 juta nasabah dari 1,14 juta nasabah.
Sejalan dengan penurunan jumlah restrukturisasi kredit covid-19, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perbankan juga menyusut. NPL gross bank tercatat turun dari 2,36% pada November 2023 menjadi 2,19% pada Desember 2023. Lalu, NPL net perbankan turun dari 0,75% menjadi 0,71%.
Kinerja BMRI
Sebelumnya, Bank Mandiri membukukan laba bersih sebesar Rp55,1 triliun sepanjang tahun 2023. Angka tersebut tumbuh 33,7% secara tahunan (year on year/YoY) jika dibandingkan perolehan tahun 2022 yang sebesar Rp41,2 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, perolehan laba tersebut menjadi yang terbesar sejak Bank Mandiri didirikan 25 tahun lalu.
"Dengan strategi bisnis yang konsisten untuk fokus pada pertumbuhan bisnis berbasis ekosistem serta didukung dengan strategi digitalisasi, Bank Mandiri berhasil melewati tahun 2023 dengan mencetak pertumbuhan kinerja gemilang," kata Darmawan dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (31/1).
Baca Juga: BI Masih Yakin Pertumbuhan Kredit 2024 Kisaran 10-12%
Sepanjang 2023, Bank Mandiri mampu meningkatkan pertumbuhan volume bisnis pada seluruh segmen dan memperkuat efisiensi Perseroan. Tercermin dari total aset konsolidasi Bank Mandiri yang berhasil menembus Rp2.174,2 triliun di akhir 2023, naik 9,12% YoY dari tahun sebelumnya sebesar Rp1.992,5 triliun.
"Kenaikan ini tentunya tidak terlepas dari realisasi penyaluran kredit Bank Mandiri di tahun 2023 yang mencapai Rp1.398,1 triliun, tumbuh 16,3% secara tahunan, melampaui pertumbuhan kredit industri yang sebesar 10,38% YoY," jelas dia.
Pertumbuhan kredit yang impresif ini, menurutnya, terjadi di seluruh segmen. Salah satunya didominasi oleh kredit korporasi yang mencapai Rp490 triliun pada akhir 2023, atau tumbuh 18,3% yoy.
Selain itu, kredit komersial juga menorehkan kinerja positif dengan pertumbuhan tertinggi dibanding segmen lain, yaitu sebesar 21,2% YoY menjadi Rp238 triliun di akhir 2023 lalu.