c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

02 Desember 2022

18:56 WIB

Ini Kata Ketua ASPAKRINDO Soal Terbitnya White Paper CBDC

White paper CBDC menjadi langkah baik untuk mengekplorasi desain CBDC yang tepat untuk Indonesia ke depan dan hubungannya dengan perdagangan aset kripto,

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Fin Harini

Ini Kata Ketua ASPAKRINDO Soal Terbitnya <i>White Paper</i> CBDC
Ini Kata Ketua ASPAKRINDO Soal Terbitnya <i>White Paper</i> CBDC
Ilustrasi uang kripto. Shutterstock/dok

JAKARTA - Bank Indonesia akhirnya merilis white paper pengembangan Central Bank Digital Currency (CBDC) yang dinamakan Digital Rupiah. 

Penerbitan white paper CBDC ini disebut sebagai langkah awal “Proyek Garuda,” yaitu sebuah inisiatif yang memayungi berbagai eksplorasi dan akan menjadi katalisator pengembangan desain CBDC ke depan.

Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO), Teguh Kurniawan Harmanda, menyambut baik dan mengapresiasi diterbitkannya white paper CBDC Digital Rupiah yang telah dinantikan cukup lama. 

Menurutnya dengan adanya white paper ini menjadi langkah baik untuk mengekplorasi desain CBDC yang tepat untuk Indonesia ke depan dan hubungannya dengan perdagangan aset kripto, serta pengembangan adopsi blockchain.

"Ini sebuah kemajuan dalam pendekatan penerbitan CBDC di Indonesia solusi future proof yang prospektif. Benar, perkembangan CBDC bukanlah pilihan, melainkan keniscayaan. Cepat atau lambat Indonesia harus mengarah ke sana. Jika CBDC dirancang dengan hati-hati, berpotensi menawarkan lebih banyak ketahanan, lebih aman, ketersediaan lebih besar, dan biaya lebih rendah," kata dalam pernyataan resminya, Jumat (02/12). 

Manda menjelaskan pihaknya siap bersinergi dengan Bank Indonesia dan seluruh pemangku kepentingan dalam mencapai penerbitan Digital Rupiah. 

Hal ini terkait sinergi dalam proyek Garuda akan menyasar tujuh area prioritas yang bersifat non-exhaustive. Salah satunya area perdagangan aset kripto, termasuk penggunaan Digital Rupiah pada ekosistem Web3.

"Sebagai pelaku usaha di industri perdagangan aset kripto dan Web3, kami dari asosiasi siap melakukan koordinasi dan kerja sama untuk pengoptimalan Digital Rupiah ke depan. Tidak ada satu ukuran pun yang cocok untuk semua. Tidak ada kasus universal untuk CBDC karena sistem ekonomi setiap negara berbeda," jelas Manda.

Dijelaskan dalam white paper Digital Rupiah didesain untuk dilengkapi dengan berbagai jenis penggunaan (use cases), baik di ekosistem wholesale maupun ritel. 

Digital Rupiah dikatakan akan menjadi aset settlement untuk berbagai jenis transaksi di pasar barang dan jasa maupun pasar keuangan, baik yang berada di ekosistem tradisional maupun ekosistem digital, seperti ekosistem Web3 termasuk di dalamnya decentralized finance (DeFi) dan metaverse.

"Kami menyambut positif keberadaan Digital Rupiah. Ini bisa menjadi gateway untuk berbagai layanan di ekosistem Web3, termasuk di dalamnya DeFi dan metaverse. Dengan begitu pengembangan dan adopsi teknologi blockchain akan semakin masif di Indonesia dan menciptakan talenta serta peluang untuk developer lokal mengembangkan bisnisnya," jelas Manda.

Di sisi lain, menurutnya peraturan setingkat Undang-Undang yang ada belum dapat menjadi landasan bagi Digital Rupiah untuk berstatus legal tender. Status tersebut diperlukan Digital Rupiah untuk menjadi jangkar dalam berbagai use cases ekosistem Web3, termasuk DeFi dan metaverse. 

Sementara itu, status legal tender menurut UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang melekat pada uang kertas dan uang logam yang pada prinsipnya tidak dapat digunakan di dalam ekosistem Web3.

Proyeksi Market Aset Kripto di Akhir Tahun 2022
Selain CBDC, market kripto sepanjang bulan November lalu telah menarik perhatian. Pasar mengalami volatilitas tinggi, yang cenderung alami penurunan tajam. Belum reda masalah dari Terra Luna dan Three Arrow Capital, pasar kripto di bulan ini nampaknya menghadapi masalah yang lebih besar. 

Bursa kripto FTX yang sempat memiliki valuasi senilai US$32 miliar harus bangkrut karena krisis likuidasi. Kehancuran FTX ini pun menyebabkan pasar kripto harus menderita dan menyebabkan investor khawatir dan panik.

Melihat hal ini Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, memproyeksikan kripto akhir tahun ini mungkin bisa menjadi awal dari masa pemulihan, namun harus disikapi dengan kehati-hatian.

"Bulan Desember ini mungkin akan menjadi masa pemulihan dari keterpurukan market yang hancur pada November lalu berkaitan dengan runtuhnya FTX. Selain itu, kita mesti optimis dengan proyeksi kebijakan The Fed yang bakal melunak untuk tidak terlalu agresif menaikkan suku bunga acuan di bulan ini," kata Afid.

Diketahui, Ketua The Fed, Jerome Powell, telah mengisyaratkan potensi penurunan kenaikan suku bunga di Desember. Pertemuan FOMC sendiri akan dilaksanakan pada 13-14 Desember, diperkirakan melunaknya sikap The Fed bisa menggenjot market kripto dan memberikan harapan kepada investor.

"Bila suku bunga jangka pendek akan meningkat sebesar 50 basis poin ke kisaran target 4,25 hingga 4,50%. Bisa membuat nilai Bitcoin sedikit meningkat dan kemungkinan akan bertahan hingga akhir Desember. Perlu dicatat bahwa pertemuan FOMC sering memicu volatilitas di pasar krpto," jelas Afid.

Dengan volatilitas yang merendah dari imbas FTX serta potensi pelambatan dalam kenaikan suku bunga The Fed, Bitcoin dan Ethereum kemungkinan akan mengalami bullish di bulan Desember.

Di sisi lain, Afid memproyeksi terdapat tantangan bagi kenaikan harga kripto. Salah satunya adalah efek reli sinterklas diklaim sudah tidak relevan lagi. Reli sinterklas adalah fenomena di mana pasar saham reli pada hari-hari menjelang Natal. 

Oleh karena itu, investor percaya bahwa Desember adalah bulan keberuntungan bagi saham yang juga dapat membantu Bitcoin dan pasar kripto untuk menguat.

"Investor percaya bahwa reli sinterklas di pasar saham akan mengalir ke pasar kripto membuat harga Bitcoin melonjak pada bulan Desember," jelas Afid.

Namun, pada 2021, Bitcoin mencapai level tertinggi sepanjang masa sebesar US$69.044 pada bulan November, tetapi harganya turun pada bulan Desember. 

Artinya, pasar kripto bernasib baik hingga November 2021, tetapi turun pada bulan Desember tanpa efek reli Sinterklas.

Market kripto juga rawan dari aksi profit taking yang masif dilakukan oleh investor di bulan Desember ini. Biasanya, sebut Afid investor akan lebih membutuhkan uang tunai, daripada berinvestasi di musim liburan akhir tahun.

"Harga kripto di bulan Desember bisa jadi sideways, karena investor sedang dalam mood untuk musim liburan dan biasanya taking profit, sehingga beristirahat pada aktivitas pasar," pungkas Afid.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar